46 research outputs found
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA ALTERNATIF LXV DIVISI II.D.2 LOKASI DI RW 07, PATANGPULUHAN, WIROBRAJAN, KOTA YOGYAKARTA, DIY.
EFFECT OF TEMPERATURE ON YIELD PRODUCT AND CHARACTERISTICS OF BIO-OIL FROM PYROLYSIS OF Spirulina platensis RESIDUE
Abstract : Dependence on the use of fossil fuels in Indonesia is still quite high, especially crude oil; if no new energy reserves found, it will disrupt long-term energy availability. Biofuel is a renewable energy source derived from biomass, such as the type of microalgae spirulina platensis (SP). Solid residues from SP extraction still contained high levels of protein and carbohydrates. This solid residue can be processed by pyrolysis to produce bio-oil, water phase, charcoal, and gas. Bio-oil and gas products can use as fuel, charcoal can use for pharmaceutical needs, and the water phase as a chemical can use in food and health. The pyrolysis process carried out in a fixed-bed reactor with temperature ranging from 300-600°C. Heating was carried out by electricity through a nickel wire wrapped outside the reactor. Pyrolysis product in the form of gas condensed in the condenser, the condensate formed measured by weight. Char weight measured after the pyrolysis process completed. At the same time, non-condensable gas calculated by gravity from the initial weight difference of SPR minus liquid weight (bio-oil and water phase) and char. SPR samples were analyzed proximate and ultimate, while bio-oil products examined by the GC-MS method. The experimental results showed that the optimum pyrolysis temperature at 500oC produced by 18.45% of bio-oil, 20% of the water phase, 32.02 of charcoal, and 29.54% of gas by weight. GC-MS results from bio-oil consisted of ketones, aliphatics, nitrogen, alcohol, acids, while PAHs, phenols, and aromatics not found.
Keywords : Bio-oil, Pyrolysis, Spirulina platensi
Interaction of consumer preferences and climate policies in the global transition to low-carbon vehicles
Burgeoning demands for mobility and private vehicle ownership undermine global efforts to reduce energy-related greenhouse gas emissions. Advanced vehicles powered by low-carbon sources of electricity or hydrogen offer an alternative to conventional fossil-fuelled technologies. Yet, despite ambitious pledges and investments by governments and automakers, it is by no means clear that these vehicles will ultimately reach mass-market consumers. Here, we develop state-of-the-art representations of consumer preferences in multiple, global energy- economy models, specifically focusing on the non-financial preferences of individuals. We employ these enhanced model formulations to analyse the potential for a low-carbon vehicle revolution up to mid-century. Our analysis shows that a diverse set of measures targeting vehicle buyers is necessary for driving widespread adoption of clean technologies. Carbon pricing alone is insufficient for bringing low-carbon vehicles to mass market, though it can certainly play a supporting role in ensuring a decarbonised energy supply
Saccharification of rice straw by cellulase from a local Trichoderma harzianum SNRS3 for biobutanol production
Development and analysis of acceptance of a nutrition education package among a rural elderly population: an action research study
MAKNA PERNIKAHAN HINGGA LANJUT USIA: KAJIAN FENOMENOLOGIS PADA PASANGAN LANSIA DI USIA 50 TAHUN PERNIKAHAN
A long term marriage is a marriage that has been experienced
by couples with 50 years of marriage or over. This marriage is a
special case where not everyone can get through it. Individuals
that are successful in achieving everlasting marriage shares
important moments with their couple for years. Such events are
distinctive meaning in their marriage life. The meaning of a
marriage is a meaningful feeling, thought, and significance for
someone in their life
The purpose of this research by using phenomenology analysis
is to understand the meaning of marriage of couple with 50
years old of marriage or over. This research also attempts to
find other important information on conflicts inside marriage,
ways to solve the conflicts, and influential factors in elderly
couple in maintaining marriage.
Research results show that the meaning of marriage for elderly
is an attempt in perserving and maintaining commitment to
achieve main purposes in marriage which are formed by loyalty,
acceptance of each other, supports from partner, self
adaptation, and influence of social environment. Conflicts occur
in marriage caused by elderly couples� inability to adapt with
their couple�s physical, psychological, and social decreasing
condition. Conflict resolutions on this problem are repressing
emotion, making compromies, tolerance, and avoiding. The
elderly couples� reasons to maintain their marriage of over than
50 years are the desire to have life partner, emotional
calmness, affections, and the fear of social punishment
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN FLIPBOOK TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DI SMP N 34 TEBO
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran Flipbook terhadap keaktifan belajar siswa di SMP N 34 Tebo. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar observasi dan dokumentasi. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIB pada mata pelajaran IPA Terpadu yang berjumlah 25 siswa.
Hasil dari pengumpulan lembar observasi keaktifan belajar siswa yang telah diperoleh, didapat nilai rata-rata sebelum diberikan perlakuan menggunakan media pembelajaran Flipbook sebesar 46.8%, sedangkan sesudah diberikan perlakuan menggunakan media pembelajaran Flipbook sebesar 67.2%. Hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung= 12.72 tt 5% = 1.777 sedangkan tt 1% = 2.145. Setelah dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran Flipbook memiliki pengaruh terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIIIB di SMP N 34 Tebo
Pengaruh Model Tanam Dan Aplikasi Pupuk Kascing Pada Tanaman Bayam Merah (Alternanthera Amoena Voss.) Varietas Mira
Bayam merah (Alternanthera amoena Voss.) merupakan sayuran yang
mengandung vitamin, protein, karbohidrat, lemak, mineral, zat besi, magnesium,
mangan, kalium dan kalsium. Vitamin terkandung dalam tanaman bayam merah
ialah vitamin A, C dan E (Syaifuddin, 2015). Bayam merah mengandung
antioksidan yang dapat dijadikan sebagai obat-obatan yang dapat mengobati
penyakit kanker, anemia, memperbaiki fungsi ginjal, menyembuhkan disentri,
mengobati asma, meningkatkan kekuatan tulang dan meningkatkan kesehatan
mata. Saat ini petani di Indonesia melakukan penanaman bayam di lapang
menggunakan model tanam disebar langsung pada bedengan atau dengan disemai
terlebih dahulu kemudian dipindahkan ke lahan yang disiapkan, namun metode ini
biasanya digunakan untuk penanaman hidroponik atau skala rumah tangga saja.
Model tanam yang disebar langsung pada bedengan dapat berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman bayam. Hal ini dapat mengakibatkan kompetisi antara
tanaman dalam memperoleh sinar matahari dan unsur hara, sehingga dapat
memperlambat pertumbuhan bayam merah. Salah satu faktor pendukung adalah
menggunakan pupuk organik yang baik untuk tanaman, misalnya pupuk kascing.
Pupuk kascing merupakan pupuk organik dari perombakan bahan-bahan organik
dengan bantuan mikroorganisme dan cacing. Kascing mengandung berbagai unsur
hara, terutama kaya akan nitrogen dan kaya akan zat pengatur tumbuh yang
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang tersedia. Meningkatnya kandungan
N dan bahan organik dalam tanah memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model tanam yang
dikombinasikan dengan pemberian pupuk kascing agar mendapatkan
produktivitas yang tinggi pada tanaman bayam merah yang sesuai untuk
pertumbuhan sehingga menghasilkan hasil yang maksimal. Hipotesis pada
penelitian ini pengaturan model tanam dilarik setiap bedengan dan pemberian
kascing 8 ton/ha dapat meningkatkan produktivitas tanaman bayam merah secara
maksimal.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2020 di lahan
percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang berada di Desa
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9
perlakuan. Perlakuan tersebut antara lain; A1: Jarak Tanam (15 cm × 15 cm) + 0
ton/ha kascing, A2: Jarak tanam (15 cm × 15 cm) + 4 ton/ha kascing, A3: Jarak
tanam (15 cm × 15 cm) + 8 ton/ha kascing, A4: Disebar + 0 ton/ha kascing, A5:
Disebar + 4 ton/ha kascing, A6: Disebar + 8 ton/ha kascing, A7: Dilarik + 0
ton/ha kascing, A8: Dilarik + 4 ton/ha kascing, A9: Dilarik + 8 ton/ha kascing.
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga memperoleh 27 satuan
percobaan. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain cangkul, cangkil,
meteran/ penggaris, raffia, gembor, timbangan analitik, leaf area meter (LAM),
kamera digital dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah benih bayam merah
varietas Mira dan pupuk kascing. Parameter yang diamati meliputi: tinggi
ii
tanaman, jumlah daun tanaman, bobot segar per tanaman, luas daun per tanaman,
bobot kering tanaman, bobot segar total panen. Data yang didapatkan dari hasil
pengamatan selanjutnya dilakukan analisis dengan meggunakan analisis uji
keragaman (uji F) dengan taraf 5% untuk mengetahui apakah ada pengaruh model
tanam dan pemberian kascing. Jika hasil perhitungan analisis ragam adalah
signifikan maka diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNJ) taraf 5%.
Berdasarkan pada pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
perlakuan dilarik dengan dosis kascing 8 ton per hektar, perlakuan dilarik dengan
dosis kascing 4 ton per hektar, perlakuan disebar dengan dosis kascing 8 ton per
hektar dan perlakuan disebar dengan dosis kascing 4 ton per hektar dapat
meningkatkan produktivitas tanaman bayam mera
Analisis Profitabilitas Usaha Peternakan Ayam Petelur (Layer) Di Desa Gunung Sugih Besar, Lampung Timur
Usaha bidang peternakan sangat potensial dalam bisnis yang sangat besar, mempunyai prospek pasar yang sangat baik dan memengaruhi hidup orang banyak yang terlibat di dalam bidang tersebut contoh yaitu ayam petelur. Peternakan unggas menjadi salah satu komoditi paling populer dalam dunia peternakan. Peternakan unggas merupakan salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat Indonesia. Tujuan utama dari proses pemeliharaan adalah untuk mencapai produktivitas yang tinggi agar pengusaha menerima pendapatan dan profitabilitas yang tinggi. Rasio yang digunakan untuk mengukur pendaptan dan profitabilitas dalam penelitian ini yaitu R/C, BEP unit, BEP Harga, Return on Asset, Return on Equity, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jumlah pendapatan dan rasio profitabiltas pada usaha yang dijalankan. Manfaat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan keilmuan, referensi untuk peneliti yang berkaitan dengan
penelitian ini dan juga sebagai bahan evaluasi bagi pelaku usaha peternakan ayam petelur. Teknik penentuan sampel secara purposive sampling. Sampel yang digunakan pada penelitian ini rasio rasio keuangan pada laporan keuangan usaha peternakan ayam petelur. Teknik pengumpulan data dengan melakukan survei langsung ke usaha peternakan ayam petelur yang ada di Desa Gunung Sugih Besar Lampung Timur, saat survei peneliti juga memberikan kuesioner kepada pelaku usaha peternakan, dalam kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan terkait biaya, penerimaan serta pendapatan pada usaha peternakan ayam petelur.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa lama pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap jumlah kepemilikan aset, latar belakang pendidikan dan jumlah populasi ternak berpengaruh terhadap nilai profitabilitas usaha. Pendapatan bersih Peternak A Rp. 324.461.336, dengan nilai R/C 1,07, BEP unit 181.901/Kg/periode, BEP harga Rp. 22.562/Kg. Peternak B memiliki jumlah pendapatan bersih Rp. 146.919.619, dengan nilai R/C 1,05, BEP unit 128.698/Kg/periode, BEP harga Rp. 22.816/Kg. Kepemilikan jumlah aset dan pendapatan bersih berpengaruh pada rasio ROA, Peternak A rasio ROA 18% dan Peternak B 10%. Laba bersih dan modal milik sendiri berpengaruh terhadap rasio ROE, Peternak A rasio ROE 24% dan Peternak B 24%. GPM dari Peternak A 17% dan Peternak B 16%, walaupun peternak A mempunyai biaya produksi lebih tinggi persentase GPM tetap lebih tinggi dari Peternak B, hal ini dipengaruhi penerimaan dari penjualan produk yang lebih tinggi juga. Jumlah penerimaan laba kotor memberikan pengaruh terhadap rasio OPM, rasio OPM Peternak A 7% dan Peternak B 4%. Jumlah penerimaan laba bersih memberikan pengaruh terhadap
nilai rasio NPM, rasio NPM Peternak A 7% dan Peternak B 4%.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah analisis pendapatan dan profitabilitas pada periode tahun 2022, pendapatan bersih Peternak A Rp. 324.461.336, dengan nilai R/C 1,07, BEP unit 181.901/kg/periode, BEP harga Rp. 22.562/kg. Rasio ROA 18%, ROE 24%, GPM 17%, OPM 7%, dan NPM7 % . Periode tahun 2022 Peternak B memiliki jumlah pendapatan bersih Rp. 146.919.619, dengan nilai R/C 1,05, BEP unit 128.698/kg/periode, BEP harga Rp. 22.816/kg. Rasio ROA 10%, ROE 16%, GPM 16%, OPM 4% dan NPM 4%. Saran yang dapat diberikan penelitian ini adalah untuk usaha peternakan B disarankan untuk mengoptimalkan pengelolaan modal dan manajemen usaha agar mampu mendapat laba yang lebih besar, untuk usaha peternakan A disarankan untuk tetap konsisten dalam pengelolaan modal dan manajemen usaha agar keuntungan yang diterimaselalu bisa maksimal. Perlu dilakukan inovasi bagi Peternak A dan B dari segi pemeliharaan dan pemasaran produk untuk meningkatkan pendapatan dan profitabilitas usaha peternakan