16 research outputs found

    PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN ASI DENGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA TERHADAP TINGKAT IQ ANAK

    Get PDF
    ABSTRAK NUR MASLAHAH, G0007118, 2010. Perbedaan Pengaruh Pemberian ASI dengan Pemberian Susu Formula terhadap Tingkat IQ Anak. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian ASI dengan pemberian susu formula terhadap tingkat IQ anak. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan studi penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional dengan teknik purposive sampling yang dilakukan pada bulan Mei 2010. Besar sampel yang digunakan adalah 72 anak sesuai kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan melalui tes IQ dan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Chi Square menggunakan SPSS for Windows 16.0 dan penghitungan manual. Hasil Penelitian: Hasil analisis Chi Square didapatkan X2 hitung sebesar 8,229. Angka ini lebih besar daripada X2 tabel untuk taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 1, yaitu sebesar 3,841 (p<0,05) dan odds ratio 4,2. Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan pengaruh pemberian ASI dengan pemberian susu formula yang signifikan terhadap tingkat IQ anak. Selain itu, ASI dapat meningkatkan IQ 4,2 kali lebih tinggi daripada susu formula. Kata Kunci: Air Susu Ibu (ASI); Susu formula; Intelligence Quotient (IQ

    PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

    Get PDF
    This study aims to describe student learning outcomes taught using the Problem Based Learning and Discovery Learning learning model and compare student learning outcomes taught using the Problem Based Learning learning model and the Discovery Learning learning model. Research uses experiments of quantitative methods with research design using the actual experimental design (true-ed) with the form of the design of the control group only post-test. The results of the study show that the value is sig. (2-tailed) is 0.045 or smaller than 0.05 meaning rejected and accepted which means comparison of student learning outcomes taught using the Problem Based Learning learning model and the Discovery Learning learning model is not the same. The conclusion of this study is the average learning outcomes of students using the Problem Based Learning learning model of 63.5, the average learning outcomes of students use the Discovery Learning learning model of 49.2, the average student learning outcomes use the BAS problem learning mode

    PERAN HYDRAULIC LIFT JA MBU METE PADA PEMELIHARAAN LENGAS TANAH DAN STATUS AIR JAGUNG SAAT KEKERINGAN / The Role of Cashew Hydraulic Lift in Maintaining Soil Moisture and Water Status of Maize under Drought Condition

    Get PDF
    Hydraulic lift (HL) plants are reported to share water to other plants during drought period. Our previous study found cashew had HL capability, however it was still unclear for sharing water. This study was carried out at the greenhouse of Cimanggu from May to November 2016, to evaluate whether the cashew HL could share water during drought period and its effect on maintaining soil moisture, leaf water potential, transpiration, and photosynthesis of maize. The cashew variety, B-02 and maize variety, Lamuru, planted side by side in the special designed pots, and setted in three conditions, i.e. full irrigation (B), drought without cashew HL access (K), and drought with cashew HL access (H). All of the treated plants were setted in a randomized block design with nine replicates. The results showed the cashew HL could share water to themaize. During the advanced drought periods, the soil moisture of maize was maintained higher ± 2.5% compared to it without access of cashew HL. It promoted water status of maize to be better at 8th day after drought treatment, with decrease of leaf water potential, transpiration, and photosynthesis respectively just about 30%, 36% and 32% of the values on the well irrigated condition. However, those decreased values reached 40%, 70% and 57% for the maize without cashew HL access. This study showed the cashew HL quite effectively induced the sharing water to the maize during drought periods, and alleviated the worse effects of drought stress, so that the maize could maintain a good soil moisture and tissue water status.Keywords: cashew, hydraulic lifts, sharing water, leaf water potential,maize AbstrakTanaman hydraulic lift (HL) dilaporkan dapat memasok air pada tanaman lain di sekitarnya saat periode kekeringan. Hasil studi sebelumnya menunjukkan jambu mete memiliki kemampuan HL, namun belum diketahui potensi pasokan airnya. Penelitian ini dilakukan di komplek rumah kaca Cimanggu antara Mei-November 2016 dengan tujuan mengevaluasi kemampuan pasokan air dari hydraulic lift jambu mete pada periode kekeringan dan efeknya terhadap status air jaringan jagung yang tumbuh di sekitarnya. Jambu mete varietas B-02 dan jagung varietas Lamuru ditanam berdampingan pada pot dengan desain khusus, yang diatur dalam tiga kondisi perlakuan, yakni selalu berkecukupan air (B), kekeringan tanpa ada akses HL jambu mete (K), dan kekeringan dengan akses HL jambu mete (H). Ketiga perlakuan kondisi tanaman tersebut ditempatkan di rumah kaca dalam rancangan acak kelompok dengan sembilan ulangan. Hasil penelitian menunjukkan HL jambu mete dapat memasok air pada jagung, sehingga pada periode kekeringan tingkat lanjut, lengas tanahnya menjadi lebih tinggi ± 2,5% dibandingkan jagung tanpa akses HL jambu mete. Adanya pasokan air tersebut menyebabkan status air jaringan jagung selama periode kekeringan menjadi lebih baik dengan tingkat penurunan nilai dari kondisi kecukupan air pada potensial air daun, transpirasi, dan fotosintesis berturut-turut hanya sekitar 30%, 36%, dan 32%, dibandingkan penurunan nilai tersebut pada kondisi tanpa akses HL jambu mete yang mencapai 40%, 70%, dan 66%. Hasil penelitian ini memperlihatkan pasokan air pada jagung oleh HL jambu mete cukup efektif pada periode kekeringan, dan membantu meringankan efek stres kekeringan pada jagung sehingga dapat memelihara status air jaringannya tetap baik

    Analisis pengaruh nilai Investasi, upah minimum Kabupaten dan jumlah unit usaha, terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil menengah di Kabupaten Sidoarjo 2011-2020

    Get PDF
    Industri merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi daerah. Industrialisasi juga dapat meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui apakah variabel (nilai investasi, upah minimum kabupaten, jumlah unit usaha) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja,selain itu manakah variabel yang dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada IKM di Kabupaten Sidoarjo.Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel (nilai investasi, upah minimum kabupaten dan jumlah unit usaha) secara simultan dan parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja pada IKM di Kabupaten Sidoarjo. Untuk variabel yang paling dominan dalam penelitian ini adalah variabel Jumlah unit usaha.Melihat hal ini sebaiknya pemerintah memberikan investasi yang diarahkan untuk mendirikan dan membuka usaha baru dibandingkan dengan menambah jumlah dari teknologi, sehingga penyerapan tenaga kerja akan bertambah lebih besar

    KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI DAN PRODUKSI TERNA AKSESI NILAM ASAL ACEH DAN SUMATERA UTARA

    Get PDF
    Nilam (Pogostemon cablin) merupakan sa-lah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang mempunyai peranan penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun se-bagai pendapatan petani. Tanaman nilam telah lama dibudidayakan di Indonesia dengan daerah sentra produksi Aceh, Su-matera Utara dan Bengkulu yang meng-alami perkembangan cukup pesat. Minyak nilam digunakan dalam industri parfum, pembuatan sabun kosmetik, antiseptik dan insektisida. Produksi minyak nilam ditentu-kan oleh varietas. Untuk mendapatkan produksi secara kualitas dan kuantitas yang tinggi diperlukan varietas unggul. Ta-hapan penelitian untuk mendapatkan va-rietas unggul dimulai dari eksplorasi ka-rakterisasi morfologi, anatomi dan pro-duksi terna. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik sejak Januari sampai Desember 2009 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi, anatomi dan produksi 10 aksesi nilam asal Aceh dan Sumatera Utara. Parameter yang di-amati meliputi karakter morfologi, anatomi dan produksi terna serta minyak. Berda-sarkan karakter bentuk daun dan batang tidak banyak ditemukan variasi, namun bi-la dilihat dari karakter bentuk pangkal dan ujung daun terdapat variasi, diantaranya berbentuk tumpul, rata, gasal dan runcing. Karakter jumlah sel/kelenjar minyak yang terletak pada sel palisade maupun sel bu-nga karang sangat bervariasi. Potensi pro-duksi terna segar berkisar antara 96,0-319,1 g/phn, tertinggi terdapat pada ak-sesi TM-3 (319,1 g) terendah pada aksesi SK (96,0 g), produksi terna kering berki-sar antara 35,6-97,9 g/phn, tertinggi pa-da aksesi TM-3 (97,9 g) terendah pada aksesi SK (35,6 g). Kadar minyak atsiri berkisar antara 2,52-4,15% per pohon, tertinggi pada aksesi SK (4,15%) dan terendah pada aksesi Sipede 4 (2,52%)

    Peran Hydraulic Lift Ja Mbu Mete Pada Pemeliharaan Lengas Tanah Dan Status Air Jagung Saat Kekeringan / the Role of Cashew Hydraulic Lift in Maintaining Soil Moisture and Water Status of Maize Under Drought Condition

    Full text link
    Tanaman hydraulic lift (HL) dilaporkan dapat memasok air pada tanaman lain di sekitarnya saat periode kekeringan. Hasil studi sebelumnya menunjukkan jambu mete memiliki kemampuan HL, namun belum diketahui potensi pasokan airnya. Penelitian ini dilakukan di komplek rumah kaca Cimanggu antara Mei-November 2016 dengan tujuan mengevaluasi kemampuan pasokan air dari hydraulic lift jambu mete pada periode kekeringan dan efeknya terhadap status air jaringan jagung yang tumbuh di sekitarnya. Jambu mete varietas B-02 dan jagung varietas Lamuru ditanam berdampingan pada pot dengan desain khusus, yang diatur dalam tiga kondisi perlakuan, yakni selalu berkecukupan air (B), kekeringan tanpa ada akses HL jambu mete (K), dan kekeringan dengan akses HL jambu mete (H). Ketiga perlakuan kondisi tanaman tersebut ditempatkan di rumah kaca dalam rancangan acak kelompok dengan sembilan ulangan. Hasil penelitian menunjukkan HL jambu mete dapat memasok air pada jagung, sehingga pada periode kekeringan tingkat lanjut, lengas tanahnya menjadi lebih tinggi ± 2,5% dibandingkan jagung tanpa akses HL jambu mete. Adanya pasokan air tersebut menyebabkan status air jaringan jagung selama periode kekeringan menjadi lebih baik dengan tingkat penurunan nilai dari kondisi kecukupan air pada potensial air daun, transpirasi, dan fotosintesis berturut-turut hanya sekitar 30%, 36%, dan 32%, dibandingkan penurunan nilai tersebut pada kondisi tanpa akses HL jambu mete yang mencapai 40%, 70%, dan 66%. Hasil penelitian ini memperlihatkan pasokan air pada jagung oleh HL jambu mete cukup efektif pada periode kekeringan, dan membantu meringankan efek stres kekeringan pada jagung sehingga dapat memelihara status air jaringannya tetap baik

    PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN AIR PADA TIGA AKSESI SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees )TERHADAP MUTU DAN PRODUKSI SIMPLISIA

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian airterhadap tiga aksesi sambiloto untuk meningkatkan produktivitas dan mutusimplisia. Dilaksanakan di rumah kaca Balittro (Balai Penelitian TanamanObat dan Aromatik), Bogor, dari bulan Juni sampai Desember 2006.Rancangan yang digunakan adalah petak terbagi, dengan ulangan tigakali. Petak utama adalah aksesi sambiloto (3 nomor) yaitu Cmg-1, Cmg 2,dan Blali-1, anak petak adalah pemberian air (5 perlakuan) yaitu 3, 4, 5, 6,dan 7 mm/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksiantara aksesi sambiloto dan tingkat pemberian air terhadap pertumbuhantanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang dan luas daun), kecuali padaproduksi berat segar 2 bulan setelah tanam (BST) dan produksi beratkering pada 4 BST. Perlakuan Cmg-2 dikombinasi dengan pemberian air 5mm/hari menghasilkan berat segar dan kering tertinggi. Perlakuanpemberian air 3-7 mm/hari/tanaman dapat menghasilkan produksi danmutu simplisia yang dapat memenuhi standar Materia Medika Indonesia(MMI) berdasar kadar air, kadar abu, dan kadar sarinya. Dengan demikiankebutuhan air sambiloto setara dengan palawija atau sayur-sayuran. MutuBlali-1 dan pada perlakuan pemberian air 3 mm/hari menunjukkan kadarsari larut alkohol tertinggi (22,28%) dan Cmg-2 pada perlakuan pemberianair 4 mm/hari menunjukkan kadar sari larut air paling tinggi (28,14%) dankadar andrografolid simplisia 1,78%.Kata kunci : Sambiloto,  Andrographis  paniculata  Nees,  tingkatpemberian air, produksi, mutu simplisiaABSTRACTThe effects of water treatment on some numbers ofaccessions on the quality and production of the sympliciaof sambiloto, the king of bitter (Andrographis paniculataNees )The experiment was carried out to study the effect of watertreatment three accession of sambiloto, the king of bitter, to increase itsproductivity and symplicia. The experiment was conducted in the greenhouse of the Indonesian Medicinal and Aromatic Crop Research Institute(IMACRI), Bogor, from June to December 2006. The experimentarranged in split plot design with three replications, The main factor wasthree accession number of sambiloto i.e. Cmg-1, Cmg-2, and Blali-1,whereas the sub factor was water treatments i.e. 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6mm, and 7 mm/day. The results showed that there was no interactionbetween the numbers of accessions and water treatment on the plantgrowth except for fresh weight production at 2 Month After Planting(MAP) and dry weight production at 4 MAP. Cmg-2 treatment combinedwith water treatment (5 mm/day) produced the highest fresh and dryweight. Water treatment of 3 - 7 mm/day produce the yield and quality thatmeet standard of the Materia Medika Indonesia (the material medical ofIndonesia) based on the water, ash, and gist contents. Therefore, waternecessity of sambiloto is evenly balanced with secondary crops orvegetables. The quality of Blali-1 on the water treatment of 3 mm/dayindicated the highest dissolved gist of alcohol (22.28%) meanwhile theCmg-2 on the water treatment of 4 mm/day showed the highest dissolvedgist of water (28.14%) and andrographolid content of symplicia is 1.78%.Key words : King of bitter, Andrographis paniculata Nees, watertreatment, yield, quality of symplici

    PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN MUTU SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap per-tumbuhan, produksi dan mutu sambiloto. Pene-litian pottelahdilaksanakan di rumah kaca Cimanggu, Balittro Bogor mulai Juli sampai dengan Nopember 2007. Penelitian mengguna-kan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri atas 13 perlakuan dosis larutan NaCl dengan ulangan 3 kali. Setiap satuan percobaan terdiri atas 6 tanaman. Masing-masing perla-kuan adalah; N0 = Disiram air (tanpa NaCl) 2 hari sekali, N1= Disiram larutan NaCl 1 g/l (86 mM) 2 hari sekali , N2 = Disiram larutan NaCl 1 g/l 3 hari sekali, N3 = Disiram larutan NaCl 1 g/l/tan 4 hari sekali; N4 = Disiram larutan NaCl 2 g/l (172 mM) 2 hari sekali; N5 = Disiram larutan NaCl 2 g/l 3 hari sekali; N6 = Disiram larutan NaCl 2 g/l 4 hari sekali; N7 = Disiram larutan NaCl 3 g/l/tan (258 mM) 2 hari sekali; N8 = Disiram larutan NaCl 3 g/l 3 hari sekali, N9 = Disiram larutan NaCl 3 g/l 4 hari sekali;  N10 = Disiram larutan NaCl 4 g/l (344 mM) 2 hari sekali; N11 = Disiram larutan NaCl 4 g/l 3 hari sekali; N12 = Disiram larutan NaCl 4 g/l (344 mM) 4 hari. Tingkat pemberian air atau larutan 4 mm/hari. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang, luas daun), produksi (bobot segar dan kering pangkasan), dan mutu simpli-sia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ting-kat salinitas tidak berpengaruh terhadap per-tumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah cabang), namun berpengaruh terhadap indeks luas daun, bobot segar terna, bobot segar batang dan bobot kering batang. Produksi segar pada perlakuan penyiraman NaCl 2 g/liter air interval 2 hari sekali diperoleh 69,14 g/tanam-an, dengan peningkatan 3,87% dibanding pada pemberian air optimun (52,33 g/tanaman). Penyiraman NaCl 1 g/l dengan interval penyi-raman 2 hari sekali menghasilkan kadar andro-grapolida simplisia tertinggi (1,18%) pening-katannya sebesar 1,06% dibandingkan dengan penyiraman air optimum 4 ml/hari (0,70%).

    PENGARUH HERBISIDA DAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN ARTEMISIA

    Get PDF
    Penelitian untuk mengetahui pengaruh herbisida dan fungi mikoriza arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan dan pro-duksi tanaman artemisia dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik di Gunung Putri, Kabupaten Cianjur, mulai Maret sampai Desember 2007. Percobaan disusun menu-rut rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor I adalah cara pengendalian gulma, terdiri atas 6 taraf : P0=kontrol; P1=disiang manual; P2=1,6 kg diuron; P3=2,4 kg diuron; P4=0,63 kg oxyfluorfen; dan P5=0,83 kg oxyfluorfen/ha. Faktor II adalah dosis FMA, terdiri atas 4 taraf : M0=tanpa FMA; M1=5,0 g FMA; M2=10 g FMA; dan M3=15 g FMA/kg tanah. Penelitian merupakan percobaan pot yang berisi media campuran tanah dan pupuk kandang (8 + 2 kg); 3,5 g Urea; 1,5 g SP-36; dan 1,5 g KCl/pot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diuron 1,6 dan 2,4 kg/ha, dan oxyfluorfen 0,63 dan 0,83 kg/ha efektif mengendalikan gulma sampai 4 bulan setelah tanam (BST). Oxy-fluorfen dosis 0,63 dan 0,83 kg/ha tidak meracuni tanaman artemisia dan tidak mengganggu perkembangan populasi FMA. Sedangkan diuron dengan dosis 1,6 dan 2,4 kg/ha meracuni tanaman artemisia cukup berat, namun tidak berpengaruh negatif  terhadap  perkembangan FMA. Hal ini terbukti dari populasi FMA pada per-lakuan diuron cukup tinggi (153-208,25 g/kg tanah) relatif sama dengan yang disiang manual (207,25 g/kg tanah). Pada pemberian 0,63 dan 0,83 kg oxyfluorfen/ ha, populasi FMA berkisar antara 128-163,75 g/kg tanah, relatif sama dengan yang disiang manual, dan lebih tinggi serta berbeda nyata dibanding kontrol. Tanaman artemisia mengalami keracunan berat oleh diuron dosis 1,6  dan 2,4 kg/ha sehingga pertumbuhannya terhambat dan bahkan ada yang mati. Oxyfluorfen dosis 0,63 dan 0,83 kg/ha tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan, jumlah cabang, diameter batang, maupun bio-massa artemisia. Pada 4 BST, bobot bio-massa tanaman artemisia tertinggi diper-oleh pada perlakuan oxyfluorfen dosis 0,63 kg/ha (2.344,28 g/tanaman), diikuti dosis 0,83 kg oxyfluorfen/ha (2.119,70 g/tanaman), masing-masing lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan yang disiang manual (1.787,85 g/tanam-an) maupun kontrol (1.480,95 g/tanam-an). Pemberian 10 g FMA/kg tanah dan 0,63 kg oxyfluorfen/ha merupakan kombi-nasi dosis optimal bagi pertumbuhan artemisia yang tercermin dari bobot bio-massa tertinggi (2.987,40 g/tanaman). Penggunaan FMA meningkatkan kadar artemisinin 3,27%
    corecore