37 research outputs found

    Penggunaan Serai Wangi (Andropogon nardus L.) sebagai Insektisida Nabati pada Tegakan Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese)

    Get PDF
    Serangan Rayap tanah mampu menganggu pertumbuhan tegakan Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) yang dapat mempengaruhi fungsi dan peran kawasan hutan. Untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh hama Rayap Tanah (Mactotermes gilvus Hagen) maka tindakan pencegahan maupun pengendalian harus dilakukan secara efektif dan efisien. Penggunaan insektisida nabati dari tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L) mampu menurunkan populasi hama hingga 90%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui intensitas kerusakan dan luas serangan Rayap Tanah pada tegakan Tusam dan aplikasi ekstrak Serai wangi terhadap mortalitas rayap tanah yang menyerang tanaman Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Nona Ambon. Penelitian lapangan dilakukan pada 4 blok pengamatan dengan 100 pohon. Hasil penelitian menemukan bahwa intensitas serangan pada 4 blok pengamatan berkisar dari 25,35% hingga 54,18%. Aplikasi insektisida Serai Wangi pada rayap tanah di lapangan dan di laboratorium menunjukan hasil yang sama yakni mortalitas tertinggi terjadi pada minggu ke-2 dengan konsentrasi sebesar 5%.Kata kunci: Serai wangi, rayap tanah, insektisida nabati, hutan lindun

    Penyebaran Semut dalam Kawasan Hutan di Pulau Saparua, Propinsi Maluku

    Get PDF
    Semut akan merespon kehadiran manusia dalam habitatnya, dimana kehadiran manusia melalui kegiatan pengambilan hasil hutan akan berdampak terhadap penyebaran semut dan peranannya dalam ekosistem hutan. Respon semut ditunjukan melalui perubahan nilai keragaman jenis, kelimpahan, dan kelimpahannya yang akan berubah sesuai dengan tekanan dalam habitatnya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kehadiran, kelimpahan, dan keragaman semut dalam Hutan Tuhaha yang telah mengalami tekanan akibat kehadiran manusia. Semut dikoleksi dengan tiga metode yakni Hand Collecting, Pitfall trap berisi larutan detergen, bait trap dengan umpan berupa larutan gula dan potongan ikan tuna. Hasil penelitian menemukan 3615 ekor semut dimana 592 ekor semut dengan menggunakan pitfaal trap, 515 ekor menggunakan metode Bait Trap dengan umpan berupa Ikan Tuna Mentah, 669 ekor semut dengan menggunakan umpan berupa larutan gula, dan 1839 ekor menggunakan metode Hand Collecting. Nilai kelimpahan jenis semut tertingi ditemukan pada jalur 10 sebesar 125 % dan Indeks keragaman Jenis tertinggi sebesar 1.45 pada jalur 10, sementara nilai kelimpahan jenis terendah ditemukan pada jalur 9 sebesar 75 % dan Indeks keragaman jenis terendah ditemukan pada jalur 9 sebesar 0.52. Kekayaan Jenis semut tertinggi ditemukan pada jalur 10 sebesar 4.7, sehingga diduga beberapa faktor yang berperan penting dalam penyebaran semut dalam Hutan Negeri Tuhaha yakni pH tanah antara 6.5 - 6.8, ketersediaan bahan organik, suhu udara yang sesuai diantara 250 o C – 27 0 C dan tutupan vegetasi. Spread of Ants in Forest Areas in The Island of Saparua Province Of MollucasAbstractAnts will respond to the presence of humans in their habitat, where the presence of humans through the extraction of forest products will have an impact on the spread of ants and their role in the forest ecosystem. Ant response is shown through changes in the value of diversity of species, abundance, and abundance that will change according to the pressure in their habitat. The research aims to determine the presence, abundance, and diversity of ants in the Forest of Tuhaha that have experienced pressure due to human presence. Three methods collect ants, namely, Hand Collecting, Pitfall Trap contains detergent solution, bait trap with bait in the form of sugar solution and tuna pieces. The results found 3615 ants where 592 ants using pitfall traps, 515 tails using the Bait Trap method with bait in the form of Raw Tuna Fish, 669 ants using bait in the form of a sugar solution, and 1839 using the Hand Collecting method. The highest ant species abundance was found in lane ten by 125%, and the highest species diversity index was 1.45 in lane 10, while the lowest species abundance was found in lane nine by 75 % and the lowest species diversity index was found in lane 9 by 0.52. The highest ant species richness found in lane 10 is 4.7, so it is assumed that several factors play an essential role in the spread of ants in the Tuhaha State Forest namely soil pH between 6.5 - 6.8, availability of organic matter, suitable air temperature between 250 o C - 27 0 C and vegetation cover

    Respon Semut terhadap Kerusakan Antropogenik pada Hutan Lindung Sirimau, Ambon

    Full text link
    The objective of field study was to study the response of ants to forest damage due to presence of human activities in Sirimau Conservation forest, Ambon. The respons of ants was analyzed based on their richness, abundance, diversity, frequency and functional response to anthropogenic damage by used of line transecting method. Secondary parameters measured were local microclimate as well as soil physical and chemical characteristics. The study found 23 species of ants and 16,601 individual ants in the forests; the highest species abundance was 0.158, while frequency and diversity index was 32.44% and 2.92 each and were classified as moderate. Functionally ants consisted of oppurtunist (1 species), generalized myrmicinae (1 species), specialist predators (4 species), tropical climate specialists (6 species), dominant dolichoderinae (4 species), subordinate camponitini (6 species) and criptic species (4 species). Anthropogenic activity contributed to forest habitat destruction through forest opening, logging, forest fires and shifting cultivation. Anthropogenic damage in secondary forest caused fragmentation and degradation, followed by inbalance of environment and ecosystem component

    INSECTS IN TEAK( Tectona grandis L.F) IN THEFOREST AREA OF PASSO VILLAGE CITY OF AMBON MALUKU

    Get PDF
    Teak is the forest species with the highest economic value in Indonesia. It is especially important to many villages in Maluku Province.In order to manage for maximum profitability we need to first understand the pest species attacking this valuable tree species and to determine how much damage is caused. species were identified, and the intensity of pest attack determined.We identified two species acting as major pests;the lady bug , (Coccinella magnifica) and the snoutbeetle(Orchidophilus aterrimus ).The snout beetleand the lady bug were associated with severe damage on 64% and 56% respectively of the  trees sampled although the intensity of damage was low to mediumTeak is the forest species with the highest economic value in Indonesia. It is especially important to many villages in Maluku Province.In order to manage for maximum profitability we need to first understand the pest species attacking this valuable tree species and to determine how much damage is caused. species were identified, and the intensity of pest attack determined.We identified two species acting as major pests;the lady bug , (Coccinella magnifica) and the snoutbeetle(Orchidophilus aterrimus ).The snout beetleand the lady bug were associated with severe damage on 64% and 56% respectively of the  trees sampled although the intensity of damage was low to mediu

    Penggunaan Biopestisida Nabati Dari Bahan Dasar TOGA Untuk Pengendalian Hama Rayap Pada Pembibitan Pala Dan Cengkeh Milik Kelompok Tani Spirit Di Desa Liliboi

    Get PDF
    Rayap adalah serangga sosial yang berasal dari ordo Isoptera dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi, dimana rayap akan menyerang bagian batang hingga akar tanaman akibatnya daun tanaman akan menguning, batang akan membengkak dan akar tanaman terputus. Serangan rayap yang terjadi secara terus - menerus akan semakin sulit dibasmi apabila tidak mendapat perhatian yang serius oleh petani. Petani Desa Liliboi mengalami kesulitan dalam budidaya tanaman pala dan cengkeh karena setiap tahun selalu diserang oleh rayap dengan intensitas kerusakan sedang hingga tinggi dengan luas serangan lebih dari 50 %. Kondisi ini sangat berdampak buruk terhadap kualitas maupun kuantitas tanaman yang dibudidayakan didalam areal hutan kemasyarakatan Desa Liliboi. Warga kehilangan tanaman Pala dan Cengkeh bahkan terjadi penurunan pendapatan masyarakat dari pengelolaan hutan rakyat milik petani hutan. Pengendalian hama rayap umumnya dilakukan oleh petani setempat dengan menggunakan bahan kimia diantaranya Furadan, Sutrin 100 EC dan Bantrek 480 EC yang harganya sangat mahal dan sulit terjangkau oleh kelompok tani, akibatnya mereka selalu merugi tiap tahunnya. Untuk itu perlu dicari solusi yang tepat dalam menangani persoalan yang dihadapi oleh kelompok tani Desa Liliboi. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan kepada petani yakni penggunaan biopestisida nabati dari Tanaman Obat keluarga (TOGA) yang mudah dan murah didapat untuk memberantas serangan rayap yakni Sereh, Daun Pepaya dan Daun Sirsak. Biopestisida nabati memiliki keuntungan antara lain mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang. Penggunaan biopstisid nabati dalam dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah, mudah diperoleh di alam, dan cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial ekonomi penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil. Pembuatan biopestisida secara sederhana berorientasi kepada penerapan usaha tani berinput rendah, sehingga target yang akan dicapai dari kegiatan PKM yakni meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan  kelompok tani hutan melalui perbaikan sistem budidaya dan pemeliharaan tanaman pala dan cengkeh hutan, peningkatan kemampuan petani dalam mendiagnosa gejala serangan hama rayap pada pala dan cengkeh serta kemampuan petani meracik obat pembasmi hama rayap secara masal dari bahan TOGA untuk meningkatan produktivitas tanaman sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejehteraan ekonomi masyarakat petani. Kegiatan yang akan dilaksanakan yakni penguatan kapasitas kelompok tani melalui kegiatan penyuluhan tentang budidaya tanaman pala dan cengkeh, pengenalan gejala dan tanda serangan rayap, peracikan bahan obat pembasmi hama rayap dan pembuatan biopestisida nabati dari tanama obat keluarga (TOGA) yakni Daun Sereh, Daun Pepaya dan Daun Sirsak dalam bentuk larutan.  Oleh sebab itu dilaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat untuk mencari solusi yang dihadapi masyarakat yang dilakukan dengan 2 cara yaitu: (1) presentasi materi biopestisida, budidaya pala-cengkeh yang diikuti dengan diskusi dan (2) demo pembuatan biopestisida dari bahan tanaman obat keluarga daun pepaya, sereh dan daun sirsak. Hasil diskusi yang berlangsung selama kegiatan presentasi terungkap banyaknya pertanyaan dari peserta yang belum banyak memahami budidaya pala dan cengkeh serta penggunaan biopestisida guna mendukung pertanian organik, juga tentang pemahaman mengenai cara perawatan pala-cengkeh, pembuatan biopestisida nabati dari tanaman obat keluarga yang bahan-bahannya mudah didapat didesanya. Demo pembuatan biopestisida berjalan dengan lancar dimana peserta juga terlibat aktfif dalam demo tersebut sehingga diharapkan nanti mereka bisa membuat sendiri biopestisida untuk memenuhi kebutuhan kelompok tani

    EFFECTIVENESS OF BOTANICAL BIOPESTICIDES WITH DIFFERENT CONCENTRATIONS OF TERMITE MORTALITY

    Get PDF
    The aim of this study was to determine the effect of  botanical biopesticide extracts and concentrations on soil termite mortality of Coptotermes curvignathus, Holmgren. This research was an experimental study using a fully randomized design (CRD) consisting of 2 3-level treatments that were repeated three times. Treatment was a type of botanical biopesticide consisting of three levels, namely are A1 (papaya leaf), A2 (soursop leaf), A3 (lemongrass leaf). In comparison, the concentration of botanical biopesticide consists of three levels: B0 (without or as a control biopesticide), B1 (500 grams), B2 (1,000 grams) and B3 (1,500 grams) which have been repeated three times. The data that had been tabulated was then analyzed using Variant Analysis, and if there was any influence, the difference test was continued at 5 % and %. The results showed that the treatment of papaya leaf biopesticides (A1) had a faster reaction to the death rate of termite (95.6  % ) and the lowest was the death rate of soursop leaf (A2) termite (90.7 % ). In comparison, lemongrass (A3) caused soil termite mortality (94.1 %). In addition , treatment of biopesticide concentrations of B3 (1,500 grams) resulted in higher termite mortality of 96.67 %. compared to B2 (1,000 grams) with mortality of 94.07 % and B1 (500 grams) with mortality of 89.62 %.Whereas, for the interaction between the two treatments, the highest level of termite mortality was papaya leaf biopesticide with a concentration of 1,500 grams (A1B3) and termite mortality was 100 %

    Pengaruh Alih Fungsi Lahan terhadap Keanekaragaman Semut dalam Hutan Lindung Gunung Nona-ambon

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keragaman jenis semut pada empat tipe habitat dalam kawasan hutan lindung Gunung Nona Ambon dan mengetahui pengaruh alih fungsi hutan lindung terhadap keragaman semut dalam kawasan. Pengambilan sampel dilakukan pada empat tipe habitat dalam kawasan hutan, masing-masing hutan murni, areal pemukiman, areal pertanian/perkebunan dan areal hutan tanaman. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan menggunakan sistem line transec pada areal seluas 50 ha dengan 3 metode pengambilan sampel yakni menggunakan Pitfall trap, Bait trap dan Soil and Leaf litter sieving. Hasil penelitian menemukan adanya 4 genus dominan pada empat tipe habitat yakni Paratrechina, Pheidole, Lophomyrmex dan Tetraponera. Hasil inventarisasi ditemukan 30 jenis semut dalam areal hutan murni, 17 jenis dalam hutan tanaman, 15 jenis pada areal pertanian/perkebunan dan 5 jenis pada areal pemukiman penduduk. Indeks keragaman jenis semut menunjukkan pada hutan murni sebesar 2,76 disusul areal pertanian/perkebunan 2,07, areal hutan tanaman 1,09 dan areal pemukiman 0,87. Perubahan penggunaan lahan sangat mempengaruhi keragaman semut dalam hal ketersediaan pakan dan kondisi iklim mikro di tiap habitat

    PERANAN EKOLOGI DUSUNG DAN NON DUSUNG DAN KONTRIBUSINYA PADA KONSERVASI LINGKUNGAN DI DESA URENG KECAMATAN LEIHITU KABUPATEN MALUKU TENGAH

    Get PDF
    The research study aims to determine the ecological conditions of dusung and non dusung, and the role of the contribution to environmental conservation in Ureng Village. The research method used was purposive sampling with observation parameters were microclimate (CO2 content, air temperature, humidity), vegetation conditions and soil conditions (soil temperature, soil moisture, soil pH, soil moisture content, soil macrofauna and organic C) . The results of  Paired of each parameter measured mostly show a smaller calculated t value compared to the t0.05 table value (1.8595) which means that the parameter is not a real difference, ie for the air humidity, t count = 0.27,; soil pH, t count = 0.6; soil macrofauna, t count = -0.66 and vegetation, t count = 1.01. As for the parameters of CO2; air temperature, soil temperature, , soil water content and organic C, t value of CO2 gives the value t count = - 16.06; air temperature = -5.11; soil temperature = -3.62; soil moisture, t count = 2,16; soil water content = 8.47, and C-Organic = 8.53; t count value which is greater than t table value which shows that there is a significant difference between CO2, air temperature, soil temperature, soil moisture, soil water content and C-Organic content in the dusung area which is greater than in the non-dusung area. From the results of the analysis it is known that dusung has a better role in environmental conservation when compared to non dusung which is indicated by the value of CO2 air temperature, soil temperature, soil moisture, soil water content and C-organic content

    Pengelolaan Jagung Tepung (Zea Mays Var. Amylacea) Sebagai Makanan Pokok Masyarakat Dusun Romleher Selatan, Desa Wonreli, Kecamatan Pulau - Pulau Terselatan

    Get PDF
    Jagung merupakan bahan pangan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia, dan merupakan makanan pokok di beberapa daerah. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat Deskriptif Kualitatif. Lokasi pada penelitian ini yaitu Dusun Romleher Selatan, Desa Wonreli, Kecamatan Pulau – pulau Terselatan. Populasi dalam penelitian ini yaitu diambil sebanyak 20 orang, sedangkan sampel yang diambil adalah sebanyak 10 orang yang dipilih secara random atau acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Setelah data – data penelitian ini dikumpulkan, maka selanjutnya data – data tersebut akan dianalisis berdasarkan teknik analisis data yang diambil oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan, penepungan dengan metode basah (perendaman) menghasilkan rendemen tepung lebih tinggi dibandingkan dengan metode kering (tanpa perendaman). Namun, kandungan nutrisi tepung lebih tinggi pada penepungan dengan metode kering. Pengolahan tepung jagung secara mekanis dengan alat penyosoh dan penepung menghasilkan tekstur tepung yang sangat halus
    corecore