218 research outputs found

    Pengetahuan Lokal Suku Anak Dalam Mengenai Pemanfaatan Tumbuhan yang Berkhasiat Obat di Kawasan Nasional Bukit Dua Belas Sarolangun : Local knowledge of suku anak dalam about the utilization of medical plants in Bukit Dua Belas Sarolangun Nasional Park Area

    No full text
    Orang Rimba (Suku Anak Dalam) has an excellent knowledge of medicine. They are able to distinguish between poisonous plants including processing them. The purpose of this research is to find out the Species of medicinal plants, part of the plants used and how to process the plants by the Anak Dalam Tribe. This research is a qualitative descriptive research. Data is taken through semi-structured interviews, participatory observations and documentation. From the results of research obtained 48 Species of medicinal plants. Of the 48 Species, 12 Species are utilized for fever medicine, 11 Species for skin medicine, 8 Species for stomach pain / digestive problems, 8 Species for birthing drugs, 1 Species of toothache medicine, 1 Species of canker sores, 1 Species of appetite enhancer drugs, 2 Species of cough medicine, 1 Species of flu medicine and 1 Species of malaria medicine. Parts of plants that are often used for medicine are leaves. Processing the plant into an average medicine by boiling and drinking boiled water plants. Keywords: Suku Anak Dalam, Local knowledge, medical plants   Abstrak Orang Rimba (Suku Anak Dalam) memiliki pengetahuan obat-obatan yang sangat baik. Mereka mampu membedakan tumbuhan beracun termasuk mengolahnya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis tumbuhan obat, bagian dari tumbuhan yang dimanfaatkan dan cara pengolahanny tumbuhan tersebut oleh Suku Anak Dalam. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data diambil melalui wawancara semi terstruktur, observasi partisipatif dan dokumentasi. Dari hasil peneitian didapatkan 48 jenis tanaman obat. Dari 48 jenis tersebut,12 jenis dimanfaatkan untuk obat demam, 11 jenis untuk obat kulit, 8 jenis untuk obat sakit perut/masalah pencernaan, 8 jenis untuk obat proses melahirkan, 1 jenis obat sakit gigi, 1 jenis obat sariawan, 1 jenis obat penambah nafsu makan, 2 jenis obat batuk, 1 jenis obat flu dan 1 jenis obat malaria. Bagian tanaman yang sering dimanfaatkan untuk obat yaitu daun. Pengolahan tanaman tersebut menjadi obat rata-rata dengan cara direbus dan diminum air rebusan tanaman tersebut. Kata Kunci: Suku Anak Dalam, Pengetahuan lokal, Tumbuhan oba

    KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN FENOLOGI PEMBUNGAAN KROKOT (Portulaca oleracea Linn.): Morphological and Phenological Characterization of Purslane Flowering (Portulaca oleracea Linn.)

    Get PDF
    Information regarding flowering phenology and character of ornamental plants, especially purslane still  limited, therefore further studies are needed to provide additional information for purslane ornamental plant cultivators to produce new varieties and also add to the body of knowledge in the world of education regarding flower development and morphology. The purpose of this study was to determine the flowering phenology and morphological characters of purslane flowers, which in turn could be used as an enrichment material for the practicum on the structure of flower development in the form of a practicum guide. The research was conducted in Jambi Kecil Village. The samples used were 15 purslane flowers, with purposive sampling technique. The data obtained in this study are quantitative data and qualitative data. The method used is the method of observation and data collection. Data obtained by direct observation, qualitative data will be analyzed descriptively and quantitative data will be analyzed by simple statistics. The results showed that the flowering phenology of purslane starts from the emergence of the flower bud phase, small buds, yellowish green buds, enlarged buds, flowers bloom, lay, dry, and fall takes 20 to 26 days. The long blooming period is no more than one day starting from around 08.00 WIB to 16.00 WIB. During the flower development period, the weather conditions at the peak of flower blooming until the flowers fall off are quite stable. The flower petals that fall do not produce fruit, leaving only the base of the flower which becomes dry and brown over time. The characterization results showed that there was no difference in the morphological structure of the flowers, there were only differences in the size and number of flower parts. Key Words :  Phenology,  Morphology, Portulaca oleracea Linn.   Abstrak Informasi tentang fenologi pembungaan dan karakterisasi tanaman hias terutama krokot masih terbatas. Oleh karena itu dibutuhkan kajian lebih lanjut untuk menambah pengetahuan pembudidaya tanaman hias ini, sehingga diharapkan mampu menghasilkan varietas-varietas baru. Seain itu hasil kajian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu didunia pendidikan mengenai perkembangan dan morfologi bunga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fenologi pembungaan dan karakter morfologi bunga krokot yang selanjutnya hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai salah satu materi pengayaan pada praktikum struktur perkembangan bunga dalam bentuk penuntun praktikum. Penelitian dilakukan di Kelurahan Jambi Kecil. Sampel yang digunakan sebanyak 15 kuntum bunga krokot, dengan teknik pengambilan sample Purposive Sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode observasi dan dokumentasi. Data didapatkan dengan pengamatan secara langsung, data kualitatif akan dianalisis secara deskriptif dan data kuantitatif akan dianalis dengan statistik sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa fenologi pembungaan krokot dimulai sejak munculnya fase tunas bunga, kuncup kecil, kuncup hijau kekuningan, kuncup membesar, bunga mekar, layu, kering, dan rontok membutuhkan waktu 20 sampai 26 hari. Periode lama mekar adalah tidak lebih dari satu hari dimulai dari sekitar pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Selama masa perkembangan bunga, Kondisi cuaca pada saat puncak mekar bunga hingga bunga rontok cukup stabil. Mahkota bunga yang rontok tidak menghasilkan buah, hanya menyisakan dasar bunga yang lama kelamaan menjadi kering dan kecoklatan. Hasil karakterisasi menunjukkan tidak ada perbedaan dari struktur morfologi bunga hanya terdapat perbedaan pada ukuran dan jumlah bagian-bagian bunga. Kata kunci: Fenologi, Morfologi, Portulaca oleracea Linn.Informasi tentang fenologi pembungaan dan karakter tanaman hias terutama krokot masih terbatas. Oleh karena itu dibutuhkan kajian lebih lanjut untuk menambah pengetahuan pembudidaya tanaman hias ini, sehingga diharapkan  mampu menghasilkan varietas-varietas baru. Seain itu hasil kajian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu didunia pendidikan mengenai perkembangan dan morfologi bunga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fenologi pembungaan dan karakter morfologi bunga krokot yang selanjutnya hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai salah satu materi pengayaan pada praktikum struktur perkembangan bunga dalam bentuk penuntun praktikum. Penelitian dilakukan di Kelurahan Jambi Kecil. Sampel yang digunakan sebanyak 15 kuntum bunga krokot, dengan teknik pengambilan sample Purposive Sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode observasi dan dokumentasi. Data didapatkan dengan pengamatan secara langsung, data kualitatif akan dianalisis secara deskriptif dan data kuantitatif akan dianalis dengan statistik sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa fenologi pembungaan krokot dimulai sejak munculnya fase tunas bunga, kuncup kecil, kuncup hijau kekuningan, kuncup membesar, bunga mekar, layu, kering, dan rontok membutuhkan waktu 20 sampai 26 hari. Periode lama mekar adalah tidak lebih dari satu hari dimulai dari sekitar pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Selama masa perkembangan bunga, Kondisi cuaca pada saat puncak mekar bunga hingga bunga rontok cukup stabil. Mahkota bunga yang rontok tidak menghasilkan buah, hanya menyisakan dasar bunga yang lama kelamaan menjadi kering dan kecoklatan. Hasil karakterisasi menunjukkan tidak ada perbedaan dari struktur morfologi bunga hanya terdapat perbedaan pada ukuran dan jumlah bagian-bagian bunga.   Kata kunci : Fenologi, Morfologi, Portulaca oleracea Linn

    Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol Auricularia nigricans terhadap Candida spp.: Inhibitory Test of Methanol Extract of Auricularia nigricans Against Candida spp.

    No full text
    Candida was a fungus that can cause candidiasis infection. Candidiasis could occur of the skin, nails, mucous membranes and the gastrointestinal. The study aims to examine whether Auricularia nigricans methanol extract has the ability to inhibit the growth of Candida albicans, C. glabrata, and C. parapsilosis. Soxhletation was used as the extraction method, and the inhibitory test method involved diffusion paper disk and wells methods. The concentration variations used were 0.2 g/ml, 0.25 g/ml and 0.3 g/ml with 10% DMSO as a negative control. The research results obtained were that no inhibition zones were formed at concentrations of 0.2 g/ml, 0.25 g/ml and 0.3 g/ml so that they were included in the inactive category. Keywords: Auricularia nigricans, Candida, soxhlet method, methanol extract, paper disc and wells method.   Abstrak Candida merupakan jamur golongan khamir yang dapat menyebabkan infeksi kandidiasis. Kandidiasis tersebut dapat terjadi pada kulit, kuku, membran mukosa dan saluran cerna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak metanol Auricularia nigricans dalam menghambat pertumbuhan C. albicans, C. glabrata dan C. parapsilosis. Metode ekstraksi yang digunakan adalah sokletasi selama 10 jam dan metode uji daya hambat antifunginya secara difusi cakram dan sumuran. Variasi konsentrasi yang digunakan adalah 0,2 g/ml, 0,25 g/ml dan 0,3 g/ml dengan DMSO 10% sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian yang diperoleh adalah tidak terbentuknya zona hambat pada konsentrasi 0,2 g/ml, 0,25 g/ml dan 0,3 g/ml sehingga termasuk dalam kategori tidak aktif. Kata kunci: Auricularia nigricans, Candida, metode sokletasi, ekstrak metanol, metode difusi cakram dan sumuran

    Karakter Morfologi Bunga Dan Buah Putat (Barringtonia acutangula (L.) Gaertn.): Morphological Characteristics of Putat Flowers and Fruit (Barringtonia acutangula (L.) Gaertn.)

    Get PDF
    This research delves into the morphological characteristics of Putat (Barringtonia acutangula (L.) Gaertn.) in its natural habitat at Tangkas Lake, Muaro Jambi Regency, Jambi Province. In a landscape where water levels ebb and flow, Putat predominantly swathes the lake, enriching its visual allure and nurturing the area's development into a tourist attraction. The captivating aesthetics of Putat, marked by its distinct and briefly blossoming flowers, enhance the lake's appeal, drawing community interest and tourism. The study is meticulous, utilizing purposive sampling at two strategic locations and employing descriptive analysis supported by visual representations and tables. The findings unveil detailed insights into the plant’s flowers, fruits, and seeds. Putat’s flowers are found to be vibrant, unlimited compound entities, while its fruit evolves from a verdant to a purplish hue upon maturity, encompassing a singular, resilient seed. This in-depth exploration contributes valuable knowledge to the limited existing information, facilitating a deeper understanding of Putat’s unique ecological presence and biodiversity at Tangkas Lake. Keywords: Barringtonia acutangula, Putat, Danau Tangkas, Flower, Morphological character   Abstrak Penelitian ini mengkaji Putat (Barringtonia acutangula (L.) Gaertn.) di habotat alaminya di Danau Tangkas, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Putat yang tumbuh alami di danau memperkaya ekosistem lokal dengan keindahan flora uniknya, dan meningkatkan potensi danau sebagai destinasi wisata. Kajian ini berfokus pada karakterisasi morfologi bunga, buah, dan biji putat, untuk mengisi kekurangan informasi mengenai proses reproduksi tumbuhan ini. Data dikumpulkan menggunakan metode sampling purposif dilanjutkan dengan analisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bunga putat sebagai bunga majemuk tak terbatas dengan corolla merah yang menarik, dan struktur yang kompleks. Buah putat, berbentuk lonjong dan berkembang dari hijau menjadi hijau keunguan saat matang, serta mengandung biji tunggal yang kokoh. Temuan ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman lebih lanjut mengenai biodiversitas dan adaptasi ekologi Putat di habitatnya. Kata kunci: Barringtonia acutangula, Putat, Danau Tangkas, Bunga, Morfologi

    PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KULIT BIJI KAKAO PADA SOFT COOKIES TERHADAP KANDUNGAN GIZI DAN DAYA TERIMA KONSUMEN ANAK USIA SEKOLAH DASAR

    Get PDF
    This research aims to analyze the effect of substitution of cocoa bean shell flour in soft cookies on the nutritional content and consumer acceptability of elementary school age children. The samples in this research were soft cookies substituted for cocoa bean shell flour with three treatments, namely percentages of 10%, 20% and 30%. This research was carried out in the initial stages, namely proximate testing of the nutritional content of soft cookies and organoleptic testing carried out by 20 untrained panelists from Bani Saleh 1 Elementary School students and 20 untrained panelists from Margahayu VIII Elementary School students with assessment aspects including taste, color, aroma, and texture. The results of the proximate test data show that soft cookies meet the national standard quality requirements for nutritional content, namely protein content and fat content. The results of Friedman's test data show that the soft cookies that many students at Bani Saleh 1 Elementary School like are soft cookies with a substitution percentage of 10% with an average value for the taste aspect of 3.80, the aroma aspect of 3.50, and the texture aspect of 3.60. Meanwhile, Friedman's test data shows that the soft cookies that many students at SDN Margahayu VIII like are soft cookies with a substitution percentage of 30% with an average value for the taste aspect of 3.60 and the texture aspect of 3.65. The conclusion of this research is that the best formula for soft cookies substituted for cocoa bean shell flour based on organoleptic tests in two elementary schools and proximate tests that have been carried out is soft cookies with 10% substitution. Keywords: Cocoa Bean Shell Flour, Consumer Acceptability, Nutritional Content, and Soft Cookies   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh substitusi tepung kulit biji kakao pada soft cookies terhadap kandungan gizi dan daya terima konsumen anak usia sekolah dasar. Sampel dalam penelitian ini adalah soft cookies subtitusi tepung kulit biji kakao dengan tiga perlakuan, yaitu persentase 10%, 20%, dan 30%. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan awal adalah pengujian proksimat dari kandungan gizi soft cookies  dan pengujian organoleptik yang dilakukan oleh 20 orang panelis tidak terlatih siswa SD Bani Saleh 1 dan 20 orang panelis tidak terlatih siswa SDN Margahayu VIII dengan aspek penilaian meliputi aspek rasa, warna, aroma, dan tekstur. Hasil dari data uji proksimat menunjukkan bahwa soft cookies yang sudah memenuhi persyaratan mutu standar nasional kandungan gizi adalah kadar protein dan kadar lemak. Hasil dari data uji Friedman menunjukkan bahwa soft cookies  yang banyak disukai siswa dan siswi SD Bani Saleh 1 adalah soft cookies dengan persentase substistusi 10% dengan nilai rata-rata aspek rasa 3,80, aspek aroma 3,50, dan aspek tekstur 3,60. Sedangkan dari data uji Friedman menunjukkan bahwa soft cookies yang banyak disukai siswa dan siswi SDN Margahayu VIII adalah soft cookies dengan persentase substistusi 30% dengan nilai rata-rata aspek rasa 3,60 dan aspek tekstur 3,65. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa formula terbaik dari soft cookies substitusi tepung kulit biji kakao berdasarkan uji organoleptik di dua sekolah dasar dan uji proksimat yang telah dilakukan adalah soft cookies dengan substitusi 10%. Kata Kunci: Daya Terima Konsumen, Kandungan Gizi, Soft Cookies, dan Tepung Kulit Biji Kakao.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh substitusi tepung kulit biji kakao pada soft cookies terhadap kandungan gizi dan daya terima konsumen anak usia sekolah dasar. Sampel dalam penelitian ini adalah soft cookies subtitusi tepung kulit biji kakao dengan tiga perlakuan, yaitu persentase 10%, 20%, dan 30%. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan awal adalah pengujian proksimat dari kandungan gizi soft cookies  dan pengujian organoleptik yang dilakukan oleh 20 orang panelis tidak terlatih siswa SD Bani Saleh 1 dan 20 orang panelis tidak terlatih siswa SDN Margahayu VIII dengan aspek penilaian meliputi aspek rasa, warna, aroma, dan tekstur. Hasil dari data uji proksimat menunjukkan bahwa soft cookies yang sudah memenuhi persyaratan mutu standar nasional kandungan gizi adalah kadar protein dan kadar lemak. Hasil dari data uji Friedman menunjukkan bahwa soft cookies  yang banyak disukai siswa dan siswi SD Bani Saleh 1 adalah soft cookies dengan persentase substistusi 10% dengan nilai rata-rata aspek rasa 3,80, aspek aroma 3,50, dan aspek tekstur 3,60. Sedangkan dari data uji Friedman menunjukkan bahwa soft cookies yang banyak disukai siswa dan siswi SDN Margahayu VIII adalah soft cookies dengan persentase substistusi 30% dengan nilai rata-rata aspek rasa 3,60 dan aspek tekstur 3,65. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa formula terbaik dari soft cookies substitusi tepung kulit biji kakao berdasarkan uji organoleptik di dua sekolah dasar dan uji proksimat yang telah dilakukan adalah soft cookies dengan substitusi 10%

    Analisis Kandungan Karbon di Taman Kehati PT Chandra Asri Cilegon: Carbon Content Analysis at Kehati Asri Park PT Chandra Asri Cilegon

    Get PDF
    CO2 emissions continue to increase every year. The increase in CO2 emissions in Indonesia is caused by an increase in greenhouse gases and the production of CO2 emissions is inseparable from human activities. One of the efforts to reduce CO2 emissions can be done through the Biodiversity Park (Kehati) development program. This study aims to determine the estimation of biomass, carbon stocks and carbon dioxide absorption in PT Chandra Asri's biodiversity park as one of the efforts to reduce carbon emissions. The method used in collecting data on biomass is a non-destructive sampling method using allometric equation analysis to extrapolate biomass. The results showed that the total estimated biomass of all standing categories was 2745 tons/ha, the total carbon stock was 1290.15 tons/ha and the total CO2 absorption was 4734.85 tons/ha. This shows that the carbon stock in Taman Kehati PT. Chandra Asri Cilegon is in the high category because it spans more than 100 tonnes/ha so that PT. Chandra Asri Cilegon can maximize its function as a carbon absorption and storage area to reduce CO2 emissions. Keywords: Allometric equations, biodiversity park, biomassa, carbon dioxide absorption, carbon   Abstrak Emisi CO2 terus mengalami peningkatan di tiap tahunnya. Meningkatnya emisi CO2 di Indonesia diakibatkan oleh meningkatnya gas rumah kaca (GRK) dan produksi emisi CO2 ini tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Salah satu upaya penurunan emisi CO2 dapat dilakukan melalui program pembangunan Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan estimasi biomassa, cadangan karbon dan serapan karbon dioksida di taman kehati PT Chandra Asri sebagai salah satu upaya dalam penanganan untuk mengurangi emisi karbon. Metode yang dipakai dalam pengambilan data biomassa yaitu metode nondestructive sampling menggunakan analisis persamaan allometrik untuk mengekstrapolasi biomassa. Hasil penelitian menunjukan jumlah estimasi biomassa semua kategori tegakan sebesar 2745 ton/ha, jumlah cadangan karbon sebesar 1290,15 ton/ha dan jumlah serapan CO2 sebesar 4734,85 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa cadangan karbon pada Taman Kehati PT. Chandra Asri Cilegon berada dalam kategori tinggi karena berada direntang lebih dari 100 ton/ha sehingga Taman Kehati PT. Chandra Asri Cilegon dapat memaksimalkan fungsinya sebagai salah satu kawasan penyerapan dan penyimpanan karbon untuk untuk mengurangi emisi CO2. Kata kunci: Biomassa, cadangan karbon, persamaan allometrik, serapan karbondikosida, taman kehati

    Kualitas Dan Daya Simpan Buah Naga (hylocereus costaricencis) dengan Edible Coating Pektin Kulit Buah Kakao dan Penambahan Ekstrak Jahe (Zingiber officinale): Quality and Shelf Life of Dragon Fruit with Edible Coating of Cocoa Pod Peel Pectin and Addition of Ginger Extract

    Get PDF
    Horticultural commodities, especially fruits, have bright prospects in the agricultural sector. One of the fruits that has bright prospects and is ogled by a number of plantations and is available in fruit shops, markets, and supermarkets is dragon fruit. Efforts that can be made to maintain the quality and shelf life of dragon fruit are by coating methods, namely edible coating of pectin of cocoa pods and the addition of ginger extract. The purpose of this study was to determine the quality and shelf life of dragon fruit with edible coating of pectin of cocoa fruit peel and addition of ginger extract and to obtain the best concentration of addition of ginger extract that can maintain quality and extend shelf life of dragon fruit. This research was carried out in March-April 2022 using a Completely Randomized Design (CRD) consisting of 4 levels, namely 2 grams of cocoa peel pectin with 0% ginger extract, 2 grams of cocoa husk pectin with 9% ginger extract, 2 grams of cocoa husk pectin. with 27% ginger extract, and 2 grams of cocoa rind pectin with 54% ginger extract. The best result was the combination of 2 gram cocoa rind pectin with 54% ginger extract with a fruit weight loss value of 6.728%, fruit texture neutral, fruit color neutral with storage for 14 days. Keywods: dragon fruit, edible coating, ginger extract.   Abstrak Komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan memiliki prospek cerah dalam sektor pertanian. Salah satu buah yang memiliki prospek yang cerah dan dilirik oleh sejumlah perkebunan serta telah tersedia ditoko buah, pasar, dan swalayan yaitu buah naga. usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas dan umur simpan pada buah naga adalah dengan metode pelapisan yaitu edible coating dari pektin kulit buah kakao dan penambahan ekstrak jahe. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas dan daya simpan pada buah naga dengan edible coating dari pektin kulit buah kakao dan penambahan ekstrak jahe dan Mendapatkan konsentrasi penambahan ekstrak jahe terbaik yang dapat mempertahankan kualitas dan memperpanjang daya simpan pada buah naga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret-april 2022 dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 taraf yaitu pektin kulit kakao 2 gram dengan ekstrak jahe 0%, pektin kulit kakao 2 gram dengan ekstrak jahe 9%, pektin kulit kakao 2 gram dengan ekstrak jahe 27%, dan pektin kulit kakao 2 gram dengan ekstrak jahe 54%. Hasil penelitian terbaik adalah pada kombinasi pektin kulit kakao 2 gram dengan ekstrak jahe 54% dengan nilai susut bobot buah 6,728%, tekstur buah netral, warna buah netral dengan penyimpanan selama 14 hari. Kata Kunci: buah naga, edible coating, ekstrak jahe

    Hubungan Tingkat Konsentrasi Pencemar Kromium Dalam Air dan Sedimen dengan Sruktur Komunitas Moluska Sungai Opak Bagian Hilir Kabupaten Bantul: The Relation of Chromium Pollutant Concentration Level in Water and Sediment toward Mollusc Community Structure in the Downstream of Opak River Bantul Regency

    Get PDF
    The declining water quality of the Opak River, due to the heavy metal chromium, may cause disturbances to the life of aquatic biota such as mollusks. The aim of this study was to determine the relation between the concentration of chromium in the air and sediment on the mollusk community structure in the downstream of Opak River. This research was conducted in April – July 2022, in the downstream of Opak River consisting of five sampling stations (Kalasan, Piyungan, Pleret, Imogiri, Pundong) with three replications based on sampling time. The samples analyzed included samples of river water, sediment and molluscs. Analysis of the total chromium content in the sample was carried out by heating preparation at 180oC for 6 hours, then extracted by destruction method using aqua regia solution. The concentration of chromium in the sample was determined using the AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) method. Chromium contaminants were found in all types of samples. The highest concentration was in sediment (1,186 mg/L), followed by molluscs (0.682 mg/L) and the lowest was in water (0.124 mg/L). The types of mollusks in the downstream of Opak River are dominated by two mollusc species from the bivalves class and three mollusc species from the gastropod class with a total of 672 individuals. Corbicula javanica species became the most common mollusk with a total of 264 individuals and became the mollusk species with the highest chromium concentration of 0.914 mg/L. There was a significant relationship between the concentration of chromium in the air (p = 0.041<0.05), and sediment (p = 0.026<0.05) with the level of chromium accumulation in molluscs. Keywods: Chromium, Mollusk, Accumulation, Opak River.   Abstrak Menurunnya kualitas air Sungai Opak, akibat pencemaran logam berat kromium berpotensi menimbulkan gangguan kehidupan biota perairan seperti moluska. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsentrasi pencemar kromium dalam air dan sedimen terhadap struktur komunitas moluska di Sungai Opak bagian hilir. Penelitian ini dilakukan pada April – Juli 2022, di Sungai Opak bagian hilir yang terdiri dari lima stasiun pengambilan sampel (Kalasan, Piyungan, Pleret, Imogiri, Pundong) dengan tiga replikasi berdasar waktu pengambilan sampel. Sampel yang dianalisa meliputi sampel air sungai, sedimen dan moluska. Analisis kadar kromium total pada sampel dilakukan dengan preparasi melalui pemanasan pada suhu 180oC selama 6 jam, kemudian diekstraksi dengan metode destruksi menggunakan larutan aqua regia. Konsentrasi kromium pada sampel ditentukan dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absobtion Spectrophotometer). Pencemar kromium ditemukan pada semua jenis sampel. Konsentrasi tertinggi ditemukan pada sedimen (1,186 mg/L), kemudian diikuti moluska (0,682 mg/L) dan terendah pada air (0,124 mg/L). Jenis moluska sungai Opak bagian hilir didominasi oleh dua spesies moluska dari kelas bivalvia dan tiga spesies moluska dari kelas gastropoda dengan jumlah total sebanyak 672 individu. Spesies Corbicula javanica menjadi moluska yang paling banyak ditemukan dengan jumlah total 264 individu dan menjadi spesies moluska dengan rerata konsentrasi kromium paling tinggi yaitu 0,914 mg/L. Terdapat hubungan signifikan antara konsentrasi kromium pada air (p = 0,041<0,05), dan sedimen (p = 0,026<0,05) dengan tingkat akumulasi kromium pada moluska. Kata Kunci: Kromium, Moluska, Akumulasi, Sungai Opa

    Analisa Resiko Kesehatan Cemaran Kromium (Cr) pada Beras di Kecamatan Banguntapan, Yogyakarta: Health Risk Analysis of Chromium (Cr) Contamination in Rice in Banguntapan District, Yogyakarta

    Get PDF
    The leather tanning process using chromium has the potential to cause environmental and health risks. Chromium that is not absorbed by the product will become liquid waste and is simply discharged into water bodies, causing a decrease in water quality, accumulation in soil and rice plants. Rice is the staple food of the Indonesian people and is a source of energy that is needed by the community Rice that has accumulated chromium can be a risk to human health. The purpose of this study is to determine the concentration of hexavalent chromium contained in rice, determine the intake rate based on age group, determine the effect of hexavalent chromium on health risk analysis. The location of this research was in the village of jambidan pedukuhan Combongan, Pamotan, Ponegaran, Kretek Banguntapan sub-district. Hexavalent chromium analysis test on 15 grams of rice samples using HACH DR 2700 Spectrophotometer. Hexavalent chromium in rice samples 0 - 0.901 mg/kg with a mean value of 0.266 mg/kg. The daily chromium intake rate of the community ranged from 0 - 4250 μg / day with an average of 919 μg / day exceeding the quality standard set by WHO of 0.023 μg / day. Health risk analysis of the risk level is unsafe because the RQ value> 1 or the average Non Carcinogen Intake of each Pedukuhan (1.56 mg/kg.day). Carcinogenic Intake in each Pedukuhan The risk level is unsafe because the average intake (6.67E-01) times SF (0.5) ERC value> E-4 exceeds the safe limit set by WHO (E-4). Hexavalent chromium concentration factor is significant with age body weight and length of stay of respondents. Keywods: Hexavalent Chromium, Rice, Health Risk Analysis.   Abstrak Proses penyamakan kulit menggunakan kromium berpotensi menyebabkan risiko lingkungan dan kesehatan, Kromium yang tidak diserap oleh produk akan menjadi limbah cair dan dibuang begitu saja ke badan air sehingga menyebabkan penurunan kualitas air, terjadinya akumulasi pada tanah dan tanaman padi. Beras merukan makan pokok masyarakat Indonesia dan merupakan sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Beras yang sudahterakumulasi kromium dapat menjadi risiko Kesehatan manusia. Tujuan dari penelitian ini dapat mengetahui konsentrasi kromium heksavalen yang terdapat pada beras, mengetahui laju asupan berdasarkan kelompok umur,mengetahui efek kromium heksavalen terhadap Analisis risiko Kesehatan. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di desa jambidan pedukuhan Combongan, Pamotan, Ponegaran, Kretek kecamatan Banguntapan. Uji analisis kromium heksavalen pada 15 gram sampel beras menggunakan Spektrofotometer HACH DR 2700. Kromium heksavalen pada sampel beras 0 – 0.901 mg/kg dengan nilai rerata 0.266 mg/kg. Laju asupan kromium harian masyarakat berkisar antara 0 – 4250 μg/hari dengan rerata 919 μg/hari melebihi standar baku mutu yang telah ditetapkan WHO sebesar 0.023 μg/hari. Analisa risiko Kesehatan tingkat resikonya sudah tidak aman dikarenakan nilai RQ > 1 atau rerata Intake Non Karsinogen setiap Pedukuhan(1.56 mg/kg.hari). Intake karsinogenik pada setiap Pedukuhan Tingkat risikonya tidak aman dikarenakan Rerata intake (6.67E-01) di kali SF (0.5) nilai ERC > E-4 melewati batas aman yang sudah di tetapkan WHO (E-4). Faktor konsentrasi kromium heksavalen signifikan dengan umur berat badan dan lama tinggal responden. Kata Kunci: Kromium Heksavalen, Beras, Analisa Resiko Kesehatan

    Aktivitas Enzim Kitinase Actinobacteria Asal Perkebunan Kelapa Sawit PTPN VI Muaro Jambi dalam Menghambat Ganoderma boninense: Activity of The Chitinase Enzyme Actinobacteria from Palm Oil Plantation PTPN VI Muaro Jambi in Inhibiting Ganoderma boninense

    Get PDF
    Actinobacteria are gram-positive bacteria that can produce primary metabolites in the form of enzymes, one of which is the chitinase enzyme. Chitinase is an enzyme that has the ability to degrade chitin which is the main structure in the cell wall of plant pathogenic fungi. One of the Actinobacteria that have the ability to produce enzymes can be obtained from the soil of the PTPN VI Muaro Jambi oil palm plantation which can be used as a biocontrol agent for plant pathogenic fungi, namely Ganoderma boninense. The purpose of this study was to determine the magnitude of the activity of the chitinase enzyme Actinobacteria and to determine the magnitude of the inhibitory activity of the enzyme chitinase Actinobacteria against Ganoderma boninense. This research was conducted with a quantitative descriptive method. The results showed that one isolate of Actinobacteria (SP1) had enzyme activity (Crude Extract Enzyme (EEK) and concentrated chitinase enzyme). The activity of the chitinase enzyme was higher at 0.0296 U/mL compared to the EEK activity of 0.0288 U/mL. The inhibitory power using the concentrated chitinase enzyme also had a higher value, namely 57.3% compared to the inhibitory power using EEK, which was 56.6%. Keywords: Actinobacteria, Perkebunan Kelapa Sawit PTPN VI Muaro Jambi, Enzim Kitinase, Ganoderma boninense   Abstrak Actinobacteria merupakan bakteri gram positif yang dapat menghasilkan senyawa metabolit primer berupa enzim, salah satunya yaitu enzim kitinase. Kitinase merupakan enzim yang memiliki kemampuan dalam mendegradasi kitin yag menjadi struktur utama pada dinding sel jamur patogen tanaman. Actinobacteria yang memiliki kemampuan dalam menghasilkan enzim salah satunya dapat diperoleh dari tanah perkebunan kelapa sawit PTPN VI Muaro Jambi yang dapat dijadikan sebagai agen biokontrol jamur patogen tanaman, yaitu Ganoderma boninense. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya aktivitas enzim kitinase Actinobacteria dan mengetahui besarnya aktivitas penghambatan enzim kitinase Actinobacteria terhadap Ganoderma boninense. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian diperoleh satu isolat Actinobacteria (SP1) yang memiliki aktivitas enzim (Enzim Ekstrak Kasar (EEK) dan enzim kitinase hasil pemekatan). Aktivitas enzim kitinase hasil pemekatan lebih tinggi yaitu 0,0296 U/mL dibandingkan dengan aktivitas EEK yaitu 0,0288 U/mL. Daya hambat menggunakan enzim kitinase hasil pemekatan juga memiliki nilai lebih tinggi yaitu 57,3% dibandingkan dengan daya hambat menggunakan EEK yaitu 56,6%. Kata kunci: Actinobacteria, PTPN VI Muaro Jambi Oil Plantation, Chitinase Enzyme, Ganoderma boninense

    195

    full texts

    218

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Biospecies
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇