65 research outputs found

    Collaborative Governance Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata di Desa Ngargogondo Kecamatan Borobudur

    Get PDF
    ABSTRACT Ngargogondo, a village which is close to the world's tourist attractions, Borobudur Temple, wants to be developed into a tourist village. Some of the tourism potentials of this village include language village tours, Balkondes which provides meeting packages, home stays, off road jeeps tour, vw tours, trails tours, and andong village tours, durian nursery centers, ireng mask dance, and the Krobong craft center. Although there is a lot of potential, the development still not massive enough. The research was conducted with descriptive qualitative method. The research location is in Ngargogondo Village, Borobudur District, Magelang Regency, Central Java. Data collected through FGD, interviews, observation, and documentation. Informants were selected purposively. The results of the study indicated that Ngargogondo Village had an uncoordinated stakeholder network structure. They are Disparpora Magelang Regency, Tidar University, PT. Pegadaian, Ngargogondo Village Government, Pokdarwis, Balkondes, BUMDes, and the Social Community. Stakeholders have contributed according to their respective roles. One thing that is unfortunate is that the existing networked structure does not yet have a unified vision and ideals towards the formation of a tourist village. There are concerns that there will be overlapping or friction between the Pokdarwis, Balkondes, and BUMDes fields of tourism business due to the unclear division of labor if an organized network structure is formed.  Keywords : Collaborative Governance, Ngargogondo Village, Tourism Village ABSTRAK Desa Ngargogondo yang dekat dengan obyek wisata dunia yakni Candi Borobudur, ingin dikembangkan menjadi sebuah desa wisata. Beberapa potensi wisata yang dimiliki desa ini antara lain wisata desa bahasa, Balkondes, home stay, jeep off road, vw tour, trabasan trai, wisata desa andong, pisat pembibitan durian, tari topeng ireng, dan pusat kerajibnan krombong. Meskipun terdapat banyak potensi pendukung wisata, namun pengembangannya belum cukup masif. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian di Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik FGD, wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Informan dipilih secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan Desa Ngargogondo memiliki struktur jaringan stakeholder yang tidak terkoordinir dengan baik, yaitu Disparpora Kabupaten Magelang, Universitas Tidar, PT. Pegadaian, Pokdarwis, Balkondes, BUMDes, dan masyarakat itu sendiri. Meskipun masing-masing stakeholder telah menjalankan perannya, namun networked structure yang ada belum memiliki kesatuan visi dan cita-cita menuju terbentuknya sebuah desa wisata. Terdapat kekhawatiran akan adanya tumpang tindih atau terjadi gesekan lahan bisnis wisata di kalangan Pokdarwis, Balkondes, dan BUMDes karena pembagian kerja yang tidak jelasjika suatu saat dibentuk struktur jaringan yang terorganisir. Kata Kunci : Collaborative Governance, Desa Ngargogondo, Desa Wisata

    Analisis Ketercapaian Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik di Pemerintah Kota Semarang (Studi Kasus: Organisasi Perangkat Daerah dan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kota Semarang)

    Get PDF
    Transparansi merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan good governance. Pemerintah didorong untuk dapat bersikap terbuka dalam menyelenggarakan pemerintahan. Salah satu pemerintah daerah yang termasuk dalam kategori informatif dan menempati urutan pertama di Provinsi Jawa Tengah dalam hal transparansi badan publik adalah Pemerintah Kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ketercapaian implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) di Pemerintah Kota Semarang serta faktor-faktor yang mempengaruhi implementasinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualititatif melalui teknik pengumpulan data yaitu observasi dan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah keterbukaan informasi publik di lingkungan Pemerintah Kota Semarang telah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari kelengkapan dan kemutakhiran informasi yang tertera di situs resmi Pemerintah Kota Semarang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti komitmen pemerintah, kompetensi, anggaran dan fasilitas

    UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS VII MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SMP NEGERI 8 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siswa kelas VII SMP Negeri 8 Purworejo. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dengan menggunakan desain penelitian model Kemmis dan Taggart. Tahapan dalam setiap siklus adalah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII E SMP Negeri 8 Purworejo yang berjumlah 32 orang. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dokumentasi, dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan data pengamatan menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II meningkat dibandingkan dengan sebelum dikenai tindakan. Hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 63% atau 20 siswa sudah mencapai KKM. Rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 72,03. Hasil belajar pada siklus II sebanyak 100% atau 32 siswa sudah mencapai KKM. Ratarata nilai siswa pada siklus II adalah 82,66. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran TIK kelas VII SMP Negeri 8 Purworejo. Kata Kunci : motivasi belajar, hasil belajar, Numbered Heads Together

    Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Jenderal Soedirman dalam Penggunaan Produk Kecantikan yang Berbasis Pada Review Beauty Influencer

    Get PDF
    Artikel ini menggambarkan tentang perilaku konsumtif mahasiswi Universitas Jenderal Soedirman dalam penggunaan produk kecantikan yang berbasis pada review beauty influencer. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku konsumtif mahasiswi dalam penggunaan produk kecantikan yang berbasis pada review beauty influencer dan produk kecantikan apa saja yang diminati oleh mahasiswi setelah menonton review produk dari beauty influencer. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif survei deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan Google Formulir dengan instrumen Kuesioner. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 99 responden. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat perilaku konsumtif yang rendah pada responden, yaitu pada aspek pembelian implusif. Pembelian impulsif yang dilakukan responden yaitu melakukan pembelian produk kecantikan karena adanya promo menarik dan rasa tidak puas saat membeli produk kecantikan. Tingkat pembelian impulsif yang dilakukan responden dapat dikatakan tinggi karena 66% responden melakukan pembelian produk kecantikan karena adanya promo menarik dan 76% responden merasa tidak puas dari responden saat membeli produk kecantikan. Kemudian, terdapat 2 ragam produk kecantikan yang sering digunakan oleh responden yaitu produk perawatan kulit dan riasan wajah. Ketertarikan responden terhadap produk perawatan kulit sebesar 68,69%, sedangkan ketertarikan pada riasan wajah hanya 21,21% saja

    PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN SOAL MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTU METODE POLYA SISWA KELAS IV SDN MOJOREJO 1 BATU

    Get PDF
    Matematika merupakan pembelajaran yang paling penting karena memiliki peranan dalam kehidupan sehari-hari baik secara logis, sistematis, dan kreatif. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika harus ditekankan pada berpikir secara sistematis, kritis dan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika, masalah sains lainnya, dan masalah kehidupan sehari-hari dengan bantuan aktivitas matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui beberapa siklus atau pengulangan siklus. Setiap siklusnya mengacu pada metode PTK yang dijelaskan sebelumnya, yaitu terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, observasi dan refleksi. Tahap pelaksanaan observasi dilakukan sebanyak dua pertemuan di setiap siklusnya. PTK dilakukan pada mata pelajaran Matematika. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 A yang berjumlah 29 anak. Pemilihan kelas tersebut didasarkan pada hasil observasi dan studi dokumen yang menginformasikan permasalahan terkait rendahnya keterampilan memecahkan soal matematikaHasil pada penelitian didapatkan dari peneliti memberikan soal tes yang terletak pada kegiatan evaluasi per siklus dengan menggunakan range nilai dan juga lembar obeservasi yang telah dibuat sebelumnya untuk menentukan ketercapaian presentase keberhasilan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Mojorejo 1 Batu, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam soal cerita Matematika dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Promblem Based Learning berbantuan metode Polya. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian berdasarkan persentase dalam siklus mengajar siklus I sebesar 42% dari jumlah seluruh siswa, kemudian meningkat di siklus II, menjadi 70% dari jumlah seluruh siswa. Terlihat peningkatan yang signifikan sebesar 28% dari pembelajaran siklus I ke siklus II. Kata Kunci: Pemecahan masalah, matematika, Problem Based Learnin

    PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN SOAL MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTU METODE POLYA SISWA KELAS IV SDN MOJOREJO 1 BATU

    Get PDF
    Matematika merupakan pembelajaran yang paling penting karena memiliki peranan dalam kehidupan sehari-hari baik secara logis, sistematis, dan kreatif. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika harus ditekankan pada berpikir secara sistematis, kritis dan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika, masalah sains lainnya, dan masalah kehidupan sehari-hari dengan bantuan aktivitas matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui beberapa siklus atau pengulangan siklus. Setiap siklusnya mengacu pada metode PTK yang dijelaskan sebelumnya, yaitu terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, observasi dan refleksi. Tahap pelaksanaan observasi dilakukan sebanyak dua pertemuan di setiap siklusnya. PTK dilakukan pada mata pelajaran Matematika. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 A yang berjumlah 29 anak. Pemilihan kelas tersebut didasarkan pada hasil observasi dan studi dokumen yang menginformasikan permasalahan terkait rendahnya keterampilan memecahkan soal matematikaHasil pada penelitian didapatkan dari peneliti memberikan soal tes yang terletak pada kegiatan evaluasi per siklus dengan menggunakan range nilai dan juga lembar obeservasi yang telah dibuat sebelumnya untuk menentukan ketercapaian presentase keberhasilan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Mojorejo 1 Batu, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam soal cerita Matematika dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Promblem Based Learning berbantuan metode Polya. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian berdasarkan persentase dalam siklus mengajar siklus I sebesar 42% dari jumlah seluruh siswa, kemudian meningkat di siklus II, menjadi 70% dari jumlah seluruh siswa. Terlihat peningkatan yang signifikan sebesar 28% dari pembelajaran siklus I ke siklus II. Kata Kunci: Pemecahan masalah, matematika, Problem Based Learnin

    Pemetaan Potensi Wisata Kampung Berbasis Masyarakat di Kecamatan Magelang Tengah Kota Magelang

    Get PDF
    Pengembangan wisata kampung akan bermanfaat bagi penciptaan lapangan kerja, mengurangi tingkat kemiskinan, pelestarian lingkungan dan kearifan lokal. Kecamatan Magelang Tengah merupakan kawasan dengan potensi wisata yang prospektif untuk dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peta potensi wisata berbasis masyarakat di Kecamatan Magelang Tengah dan menganalisis upaya pemerintah Kecamatan Magelang Tengah Kota Magelang dalam mengembangkan wisata kampung berbasis masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data yaitu survey, wawancara, focus group discussion (FGD), observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan wisata berbasis masyarakat yang dapat dipetakan di Kecamatan Magelang Tengah telah sesuai dengan aspirasi masyarakat di masing-masing RT dan RW yang dijadikan percontohan. Hal ini dibutkikan dari aspek-aspek perencanaan pembangunan, kelembagaan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pengusahaan, pemasaran dengan menggunakan teknologi dan media sosial serta aspek partisipasi masyarakat sudah sesuai. Kemudian dari segi kesiapan sumber daya manusia menurut jumlah penduduk usia produktif rata-rata mendukung terbukti pada saat pemetaan saling berkontribusi. Tingkat keamanan cukup kondusif sehingga layak untuk diselenggarakan wisata kampung. Tingkat ekonomi menunjukkan bahwa masyarakat di kedua obyek wisata kampung tersebut sangat membutuhkan peningkatan pendapatan. Kegiatan dalam organisasi kampung masing-masing sudah berjalan dengan baik
    corecore