20,221 research outputs found
KEHIDUPAN KULI PEREMPUAN DI PERKEBUNAN TEMBAKAU DELI SUMATERA TIMUR TAHUN 1870-1930
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kehidupan kuli perempuan di perkebunan Tembakau Sumatra Timur tahun 1870-1930. Latar belakang perekrutan kuli perempuan dikarenakan perawatan dan pengolahan tembakau pascapanen membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Selain itu, upah kuli perempuan lebih murah sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, serta kuli perempuan dijadikan sebagai penghibur para penduduk perkebunan seperti para pejabat dan kuli. Permasalahan yang diteliti adalah proses perekrutan dan kehidupan kuli perempuan di perkebunan. Metode yang digunakan terdiri dari empat tahapan antara lain, tahap heuristic atau pengumpulan sumber, tahap kritik sumber, tahap interpretasi atau penafsiran fakta-fakta hasil kritik sumber, dan historiografi.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa kehidupan kuli perempuan di perkebunan mengalami ketidakadilan gender yang dilakukan oleh pihak perkebunan maupun sesama kuli. Kehidupan kuli perempuan di perkebunan jauh dari kata layak. Kuli perempuan juga mendapatkan upah lebih rendah dari kuli laki-laki. Kuli perempuan juga mengalami tindak kekerasan seperti hukuman dan pemerkosaan, serta paksaan untuk menjalankan pekerjaan sampingan sebagai pelacur dan gundik.Kata Kunci: Kehidupan, Kuli perempuan, Tembakau, Sumatra Timu
Evaluation of The Nutritional Quality of Kuli-kuli (Peanut cake) Produced from Melon seeds and Groundnut.
In the bid to enhance human health and secure food safety as well as public health enlightenment to food, there is the need to evaluate the Nutritional quality of Kuli-kuli from melon seeds. Kuli-kuli which is majorly produced from groundnut is one of the major snacks consumed by most Nigerians especially in the North.The use of melon seeds in the production of Kuli-kuli is not known. Therefore, this research work was carriedout to produce and evaluate the nutrient of Kuli-kuli produced from Melon seeds. Sensory evaluation showed that the Kuli-kuli produced from melon seeds varied in appearance, aroma, texture, taste, and acceptability
Orang Jawa Di Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu : studi tentang sejarah sosial ekonomi di Kelurahan Tangsi Baru
Buku ini dapat memberikan sekelumit gambaran tentang sejarah sosial ekonomi masyarakat Jawa yang ada di Kabawetan khususnya di Kelurahan Tangsi Baru Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Masyarakat Jawa dalam sejarahnya telah ada di Kabawetan semenjak zaman Belanda, mereka di sumberngkan melalui sistem
kerja kuli kontrak. Orang Jawa yang ada di Kabawetan telah berkembang dan telah menempati beberapa desa dan kelurahan di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Keberadaan orang Jawa di Kabawetan telah ikut mewarnai dinamika perkembangan sejarah sosial ekonomi masyarakat yang ada di Kabawetan dan khususunya
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Perkebunan teh Kabawetan pada awal berdirinya mempekerjakan kuli kontrak dari Pulau Jawa. Selain mensumberngkan kuli kontrak langsung dari Jawa,
perkebunan juga menyediakan tanah bagi bekas kuli kontrak yang bersedia menetap dan bekerja sebagai kuli bebas. Pada zaman kolonisasi perkebunan yang ada di Bengkulu kadang mengalami kesulitan untuk mensumberngkan kuli kontrak dari Pulau Jawa sehingga perkebunan perlu menggunakan kuli lokal. Hal ini dialami oleh perkebunan Kabawetan di tahun 1920-an saat perkebunan mengalami kekurangan kuli. Saat itu perkebunan tidak dapat melakukan perluasan lahan, sedangkan lahan yang telah ditanami dalam keadaan terlantar. Akibatnya, produksi kopi menurun, yaitu pada tahun 1920 perkebunan masih menghasilkan 4.957 pikul, tetapi pada tahun 1921 menurun menjadi 2.281 pikul.2 Untuk mengatasi hal tersebut Perkebunan Kabawetan
menggunakan kuli lokal, yaitu dari Pasemah Ulu Manna dan Sungai Pagu (salah satu Kecamatan di Solok Selatan, Sumatera Barat sekarang). Mereka bekerja di perkebunan berdasarkan kontrak antara setengah sampai dua tahun. Pada tahun 1921 dari jumlah kuli sebanyak 249 orang lakilaki dan 187 orang wanita, hanya ada 46 orang kuli lakilaki dan 29 kuli wanita yang bersedia menansumberngani kontrak selama dua tahun
Cultivating Creative Storytelling
This essay investigates how the structural expectations and narrative conventions restrict contemporary creative writing. This work seeks to imagine how, in order to work towards the creation of an anti-racist creative space, a classroom may work without and against the limits set by writing and language conventions. Blending academic research, sample student work, and narrative anecdotes, this essay examines the ways in which storytelling can be used to uplift young writing voices
KAJIAN RISIKO ERGONOMI PADA KULI ANGKUT PASAR AGROBISNIS PLAOSAN MAGETAN
Kuli angkut di pasar sayur tradisional dalam pekerjaaannya selalu menerima beban fisik yang terlalu berat pada saat mengangkat beban, dan hal ini dapat menimbulkan risiko ergonomi bagi mereka. Permasalahan dalam penelitian ini adalah mencari hubungan antara umur kuli angkut, kapasitas angkat, frekuensi angkat, jarak manual handling, dan durasi kerja dengan risiko ergonomi pada kuli angkut Pasar Agrobisnis Plaosan Magetan, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan risiko ergonomi pada kuli angkut di Pasar Agrobisnis Plaosan Sarangan, Magetan. Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan dengan rancangan crossectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah kuli angkut Pasar Agrobisnis Plaosan Magetan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, timbangan injak, rollmeter, Nordic Body Map (NBMÂ) dan alat Aculife. Data penelitian ini diperoleh melalui metode observasi, wawancara, NBM, kuesioner dan dokumentasi. Data yang diperoleh dengan menggunakan uji statistik korelasi Pearson dengan taraf signifikansi 5%. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa variabel yang berhubungan dengan risiko ergonomi adalah umur kuli angkut, kapasitas angkat, frekuensi angkat, jarak manual handling dan durasi kerja. Oleh karena itu sebaiknya para kuli angkut mengetahui batasan beban angkut mereka, paham tentang teknik lifting yang benar serta lebih peduli terhadap kesehatan dan keselamatan kerja mereka
HUBUNGAN FREKUENSI DAN BEBAN ANGKAT DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA KULI PANGGUL WANITA DI PASAR PABEAN SURABAYA
Nyeri punggung bawah lebih sering terjadi pada pekerja yang sehari-harinya melakukan kegiatan manual handling (mengangkat, memindahkan, dan menarik benda berat). Salah satu pekerjaan yang mempunyai risiko besar terjadinya nyeri punggung bawah yaitu kuli panggul barang yang biasanya terdapat di pasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi dan beban angkat dengan keluhan nyeri punggung bawah pada kuli panggul wanita di pasar Pabean Surabaya.
Jenis penelitian ini adalah desain studi observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah kuli panggul wanita di pasar Pabean Surabaya sebanyak 57 orang. Sampel sebesar 37 orang dan diambil secara simple random sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah frekuensi dan beban angkat dan variabel terikat adalah nyeri punggung bawah. Pengambilan data dilakukan dengan cara pemberian kuisioner serta melakukan observasi selama 3 hari dan selanjutnya dianalisis menggunakan uji chi square α = 0,1.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (62,2%) kuli panggul wanita mempunyai frekuensi angkat kategori sering, sebagian besar (59,5%) mempunyai beban angkat kategori berat, dan sebagian besar (62,2%) kuli panggul wanita mengalami keluhan nyeri puggung kategori berat. Hasil analisis menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi angkat dengan keluhan nyeri punggung bawah pada kuli panggul wanita di pasar Pabean Surabaya dengan nilai p value yaitu 0,025 < 0,1. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara beban angkat dengan keluhan nyeri punggung bawah pada kuli panggul wanita di pasar Pabean Surabaya dengan nilai p value yaitu 0,001 < 0,1.
Kuli panggul wanita sebaiknya membatasi frekuensi angkat yang lebih dari 9 kali angkatan serta beban angkat yang tidak lebih dari 10 kg untuk menghindari adanya risiko keluhan nyeri punggung bawah
Sosiolek, Alih Kode, dan Campur Kode dalam Percakapan Kuli Bangunan di Kabupaten Ponorogo
Kuli bangunan sebagai salah satu pekerjaan dengan jumlah pekerja yang cukup banyak dengan latar sosial yang beragam pada kebudayaan Jawa, menjadikan kelompok sosial tersebut mempunyai ragam bahasa yang unik dan khas dibanding dengan kelompok sosial lainnya. Hal tersebut yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan topik sosiolek, alih kode, dan campur kode yang terkandung dalam percakapan kuli bangunan di kabupaten Ponorogo ini. Penelitian menggunakan pisau bedah sosiolinguistik atau ilmu yang meneliti ragam bahasa yang ada pada masyarakat yang dipengaruhi latar budaya dan sosial penggunanya. Penelitian menggunakan metode deskriptif-kualitatif yaitu penelitian dengan menggambarkan data yang selaras dengan keadaan asli ketika data ditemukan, untuk selanjutnya dianalisis dan dijelaskan maknanya berdasar teori sosiolinguistik. Tujuan penelitian yaitu mencari dan menggolongkan jenis ragam atau variasi bahasa pada percakapan kuli bangunan di Ponorogo dan aspek yang mendasari terciptanya ragam bahasa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan percakapan kuli bangunan di kabupaten Ponorogo mengandung ragam bahasa yang khas dan unik yang tidak ditemukan pada kelompok sosial lainnya. Temuan tersebut disebabkan oleh beberapa aspek, di antaranya: tingginya sense of humour, tingginya tingkat keakraban, dan panasnya tempat kerja dari para kuli bangunan tersebut.
Kata Kunci: Sosiolek, Alih Kode, Campur Kode, Percakapan Kuli Banguna
KEHIDUPAN KULI KONTRAK JAWA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU SUMATERA TIMUR TAHUN 1929-1942
Diterapkannya politik etis oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda membuat kehidupan rakyat pribumi mengalami perubahan, atas dasar politik etis itulah banyak orang-orang Jawa berbondong-bondong meninggalkan pulau Jawa untuk mencari kehidupan yang lebih baik lagi. Salah satu tempat yang menjadi tujuan emigrasi orang-orang Jawa adalah Sumatra Timur, hal itu dikarenakan di Sumatra Timur terjadi pembukaan perkebunan secara besar-besaran oleh para investor asing. Namun kehidupan para kuli-kuli Jawa ini sangat jauh dari harapan mereka yang berharap dapat merubah nasib di tanah perantauan, para kuli-kuli ini diperlakukan secara tidak manusiawi oleh petinggi-petinggi perkebunan.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, antara lain (1) bagaimana keadaan perkebunan tempat kuli kontrak bekerja; (2) Mengapa banyak orang Jawa yang menjadi kuli kontrak di perkebunan tembakau; dan (3) bagaimana kehidupan kuli kontrak di perkebunan Sumatera Timur. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sejarah dengan empat tahap, antara lain tahap pertama heuristik, yang merupakan tahapan untuk mengumpulkan sumber; tahap kedua kritik; ketiga tahap intepretasi, tahap melakukan perangkaian terhadap fakta yang ada berdasarkan intepretasi dalam memahami data sejarah yang telah melalui proses kritik sebelumnya; keempat historiografi, pada tahap ini peneliti melakukan penulisan sejarah.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kehidupan kuli kontrak Jawa selama bekerja di perkebunan tembakau jauh dari kata makmur, meski sudah dibangun beberapa fasilitas dan perkebunan mempunyai penghasilan terbesar di Hindia-Belanda karena hasil penjualan tembakau. Hal ini dikarenakan berbagai tindakan semena-mena dari para atasan mereka, terlebih lagi beberapa peraturan yang dilanggar oleh petinggi perkebunan. Kehidupan mereka di perkebunan tidak sesuai dengan ekspektasi awal mereka ketika mereka bekerja di perkebunan.
Kata Kunci: Kuli Kontrak, Tembakau, Sumatera Timur
Mycological detection of aflatoxin producing gene (Aflr) in Aspergillus Spp found in commercial raw groundnut and groundnut cake (Kuli kuli) in some selected market in Katsina state, Nigeria
The effect of aflatoxin intoxication from groundnut and groundnut products has lead to a large amount of deaths some of which are not yet accounted of. Kuli-kuli formally referred to as groundnut cake, is a byproduct of oil extraction from groundnut which have been further fried, sweetened or spiced. This research aimed at determining the mycological quality and molecular detection of Aflatoxin gene aflR in Aspergillus spp found in raw Groundnut and groundnut cake (Kuli-kuli). A total of 120 samples (60 groundnut samples and 60 groundnut cake samples) were randomly collected from four selected markets in Katsina state and subjected to mycological assessment based on colonial morphology on PDA and microscopy. Out of the total samples, 16 samples (8 raw groundnut samples and 8 groundnut samples) were selected for determination of total Aflatoxin concentration using ELISA technique. Isolates were also screened for aflR gene using polymerase chain reaction technique, and subsequently sequenced using Sanger method. Eleven (11) fungi isolate including Aspergillus niger, Scedosporium apiospermum, Cladophialophora bantiana, Aspergillus flavus, Aspergillus nidulans, Microsphaeropsis arundinis, Cladosporium, Cladophialophora carrionii, Rhizopus arrhizus, Aspergillus parasitus and Aspergillus fumigatus were identified to produce aflatoxin concentration ranging from 0.4–3.5 ppb from the samples of the raw groundnut and groundnut cake (Kuli-kuli). Therefore, the findings of this research has raised serious food safety concerns, especially in consumption of raw groundnut and groundnut cake (Kuli-kuli) sold in Katsina as such relevant regulatory agencies such as NAFDAC are advised to deploy drastic measure to curtail a possible aflatoxin intoxication outbrea
- …