25 research outputs found

    Abundance Telescopium telescopium at Mangrove Ecosystem in Daruba Pantai Village, Morotai Island

    Get PDF
    Mangroves are one of the most important plants in coastal areas that act as a provider of nutrients for aquatic biota. Telescopium telescopium is one of the gastropod species which is found in many mangrove ecosystem areas. The research objective was to analyze the abundance of Telescopium telescopium and the composition of the mangrove species in the waters of Daruba Pantai Village. This research was conducted from December 2019 to January 2020. The method used is quadrant transect line and Telescopium telescopium observation is done visually or directly. Telescopium telescopium abundance data were analyzed descriptively. The results of the research on mangrove communities were varied, consisting of 4-5 types of mangroves. At station (1) there are 4 types of mangroves, stations (2) and (3) there are 5 types of mangroves. The abundance of Telescopium telescopium at three stations, the highest was at station (3) 0.262 (ind / m²), Station (1) 0.212 (ind / m²) and the lowest was at station (2) 0.142 (ind / m²). The abundance of Telescopium telescopiun is found at three stations and the highest is at station (3) 0.262 (ind / m²). The composition of mangrove species contained in Telescopium telescopium are Rhizopohora apiculata, Ceriops tagal and Rhizopora mucronata

    Analisis Kandungan Kimia dan Mikrobiologi Kerupuk Kamplang Ikan Tuna Di Desa Momojiu Pulau Morotai

    Get PDF
    Crackers are one form of small food that most Indonesians have long known. As well as variants in side dishes, crackers can be eaten as exciting foods. Kamplang crackers are produced from sago flour and fish as a local food product. This study aimed to examine tuna crackers' chemical content and the total plate count (TPC). This study was conducted at the Faculty of Fisheries and Marine Sciences Laboratory, Universitas Pasifik Morotai. This research began with the development of bean media tauge extract agar (TEA) extract, measuring the quality of water, protein content, and ALT cracker kamplang tuna fish. The findings showed 4 percent of the water content of crackers and 58.37 percent of protein. The number of colonies of bacteria <25, so it is not used in calculations. This number of microbes complies with SNI 01-2332.3:2006 in tuna crackers.Kerupuk merupakan salah satu jenis makanan kecil yang sudah lama dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk dapat dikonsumsi sebagai makanan selingan maupun sebagai variasi dalam lauk pauk. Kerupuk kamplang merupakan produk makanan lokal daerah Bacan Halmahera Selatan yang dibuat dari tepung sagu dan ikan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kandungan kimia dan angka lempeng total (ALT) kerupuk kamplang ikan tuna. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pasifik Morotai. Penelitian ini dimulai dari pembuatan media tauge ekstrak agar (TEA), pengujian kadar air, kadar protein dan ALTkerupuk kamplang ikan tuna.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air kerupuk sebesar 4% dan protein sebesar 58,37%. Jumlah koloni bakteri yang terhitung <25, sehingga tidak digunakan dalam perhitungan. Ini menunjukkan bahwa jumlah mikroba pada kerupuk kamplang ikan tuna memenuhi SNI 01-2332.3:2006.Chemical content,  Protein content, Water content, Microbiological quality; Kamplang Cracker

    SANITASI DAN HYGIENE PADA PENGOLAHAN TUNA LOIN BEKU DI PT. HARTA SAMUDRA KABUPATEN PULAU MOROTAI

    Get PDF
    Salah satu produk olahan tuna di Kabupaten Pulau Morotai yang telah mencapai pasar internasional adalah tuna loin beku yang diproduksi oleh PT. Harta Samudra. Kondisi sanitasi dan hygiene pada proses produksi menjadi penentu keamanan produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji penerapan sanitasi dan hygiene pada pengolahan tuna loin beku di PT. Harta Samudra. Penelitian dilakukan pada bulan November sampai bulan Desember 2019. Pengambilan data di lapangan terbagi dalam dua tahap yaitu survey dan pengambilan data primer yang terdiri dari wawancara, pengisian kuesioner, dan ikut dalam proses produksi serta data sekunder berupa SSOP PT. Harta Samudra. Data dianalisis secara deskriptif dan studi literature. Hasil penelitian menunjukan bahwa aspek sanitasi dan hygiene yang diamati antara lain: personal hygiene pekerja, sanitasi dan hygiene bahan baku, sanitasi dan hygiene air dan es, sanitasi dan hygiene perlengkapan dan peralatan, sanitasi dan hygiene ruang pengolahan, sanitasi dan hygiene produk akhir, serta sanitasi dan hygiene limbah. Hasil kajian menunjukan bahwa pengolahan tuna loin beku di PT. Harta Samudra sangat memperatian sanitasi dan hygiene berdasarkan standar yang telah ditetapkan dalam SSOP.SANITATION AND HYGIENE FOR FREEZED LOIN TUNA PROCESSING AT PT. HARTA SAMUDRA, MOROTAI ISLAND DISTRICT. One of the refined Tuna product in Morotai Island Regency that have reached International Markets is freezing loin tuna was producing by PT. Harta Samudra.  The sanitary and hygienist of the producing process become the determinant of product’s safety. The purpose of this research is to study the sanitary and hygiene application on the Processing at PT. Harta Samudra. The research has done from November to December 2019. The collecting data is filed divide into two steps, which is survey and collecting the primary data from interview, filling questionnaires, and following the production process, also the SSOP of PT. Harta Samudra as the secondary data. The data analysis in descriptive and literature study ways. The research results shows that the sanitary and hygiene aspects that observed , there are: personal hygiene worker, sanitary and hygiene of materials, sanity and hygiene of water and ice, sanitary & hygiene of the tools, sanitary and hygiene of processing room, sanity and hygiene final product, also sanitary and hygiene of waste. The final study showed that the processing of freezing loin tuna at PT. Harta Samudra is really taking care of the sanitary and hygiene based on the SSOP standard

    Comparison of Macrozoobenthic Abundance in Seagrass Ecosystem During Full and Neap Moon at Panggang Island Seribu Islands

    Full text link
    Macrozoobenthic is one of the organisms whose existence is widely present in the seagrass ecosystem. This study aimed to analyze the differences in individual abundance and macrozoobenthic species in full-moons and neap, to see the correlation of macrozoobenthic abundance with seagrass closure, and to know the contribution of macrozoobenthic species to seagrass habitat. The study was conducted in Panggang Island with 3 makrozoobenthic observation stations in the seagrass ecosystem at March and April 2016. Makrozoobenthic data collection in seagrass systematically using 1x1 m quadrant transect method and 10 cm diameter corer for infauna. Analyzing the density, seagrass cover and macrozoobenthic abundance. Analysis statistics of macrozoobenthic abundance data using ANOVA test, macrozoobenthic density correlation with seagrass cover using simple linear regression and contribution of species on full moon and neap using SIMPER analysis. The result of this research shows that there is no real difference of macrozoobenthic individual abundance in full moon and neap. While the species obtained significant significant differences. The SIMPER analysis shows the highest contribution of macrozoobenthic species in each station on the full moon and the neap is the species of Cerithium salebrosum. Conclusions The density of macrozoobenthic species shows a marked difference in the full moon and the neap, but not the individual abundance

    PERBANDINGAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI EKOSISTEM LAMUN PADA SAAT BULAN PURNAMA DAN PERBANI DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU JAKARTA

    Get PDF
    Makrozoobentos merupakan salah satu organisme yang keberadaannya banyak terdapat di ekosistem lamun. Tujuan penelitian untuk menganalisis perbedaan kelimpahan individu dan spesies makrozoobentos di bulan purnama dan perbani, melihat korelasi kepadatan makrozoobentos dengan penutupan lamun, dan mengetahui kontribusi spesies makrozoobentos pada habitat lamun. Penelitian ini dilakukan di pulau panggang dengan 3 stasiun pengamatan makrozoobentos di ekosistem lamun pada bulan Maret dan April 2016. Pengambilan data makrozoobentos di lamun secara sistematis menggunakan metode transek kuadran 1x1 m dan corer berdiameter 10 cm untuk infauna. Menganalisis nilai kerapatan, tutupan lamun dan kelimpahan makrozoobentos. Analisis data statistik kelimpahan makrozoobentos menggunakan uji ANOVA, korelasi kepadatan makrozoobentos dengan tutupan lamun menggunakan regresi linear sederhana dan kontribusi spesies pada bulan purnama dan perbani menggunakan analisis SIMPER. Hasil penelitian didapatkan tidak adanya perbedaan nyata kelimpahan individu makrozoobentos di bulan purnama dan perbani. Sedangkan spesies didapatkan perbedaan nyata yang signifikan. Korelasi positif antara kepadatan makrozoobentos dengan tutupan lamun dibulan purnama, sedangkan pada bulan perbani berkorelasi negative. Analisis SIMPER menunjukan kontribusi spesies makrozoobentos tertinggi di tiap-tiap stasiun di bulan purnama dan perbani adalah spesies Cerithium salebrosum. Kesimpulan kepadatan spesies makrozoobentos menunjukkan perbedaan nyata di bulan purnama dan perbani, namun tidak pada kelimpahan individu

    Rancang Bangun Media Pertumbuhan Karang Dengan Menggunakan Metode Bioreeftek

    Get PDF
    Coral reefs are one of the invertebrates that inhabit an ecosystem, and there is various aquatic biota. Coral reef ecosystems have an essential role both ecologically for aquatic biota and physically as a barrier to sea waves leading to coastal areas. Artificial reef media (bioreeftek) is a new technology in developing of transplantation methods using natural materials such as coconut shell waste and bamboo. The research objective is about the resistance level of the design of coral growth media (bioreeftek). This research was conducted from August to October 2020 by designing the coral reef bioreeftek media, starting with studying the bioreeftek media design method, collecting tools and materials, to making and placing the media in a predetermined location. Making bioreeftek media as many as eight media, with 81 bamboo poles (9 poles for one medium) and 243 coconut shells were prepared. From the observations' results when placing and the first observation to the second observation with the integrity of 100%, which indicates a reasonably efficient media construction.Terumbu karang merupakan salah satu hewan avertebrata yang mendiami suatu ekosistem dan terdapat berbagai biota perairan. Ekosistem terumbu karang memiliki peranan penting baik secara ekologis untuk biota perairan, juga secara fisik sebagai penahan gelombang laut yang menuju ke daerah pantai. Media terumbu buatan (bioreeftek) merupakan metode yang telah lama dikembangkan, namun penelitian ini dimodifikasikan dengan menggunakan bambu dan tempurung kelapa dengan posisi  tempurung tertutup menghadap kebawah. Tujuan penelitian yaitu mengetahui tingkat ketahanan rancang bangun media pertumbuhan karang (bioreeftek). Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2020, dengan melakukan perancangan media bioreeftek terumbu karang dimulai dengan mempelajari metode rancang bangun media bioreeftek, pengumpulan alat dan bahan, sampai dengan pembuatan dan penempatan media pada lokasi yang telah di tentukan. Pembuatan media bioreeftek sebanyak 8 media, dengan tiang bambu sebanyak 81 (9 tiang untuk satu media) dan tempurung kelapa sebanyak 243 yang disiapkan. Dari Hasil pengamatan saat penempatan dan pengamatan pertama sampai pengamatan ke dua didapatkan keutuhan media sebesar 100% yang menunjukkan konstruksi media yang cukup efisien

    Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan di Kabupaten Pulau Morotai

    Get PDF
    Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Pembangunan infrastruktur pada daerah Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) yang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) dapat pula menjadi salah satu faktor yang membentuk fenomena sosial berupa ketimpangan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketimpangan pendapatan masyarakat di Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara; dan menganalisis ketimpangan pengeluaran pada masyarakat nelayan di Kabupaten Pulau Morotai. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2021 di Kabupaten Pulau Morotai. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder yang dianalisis menggunakan analisis rasio gini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan pendapatan di antara nelayan di Kabupaten Pulau Morotai yang ditunjukkan dengan nilai rasio gini 0,45; sedangkan pengeluaran nelayan di Kabupaten Pulau Morotai relatif merata di antara nelayan ditunjukkan dengan nilai rasio gini yang rendah sebesar 0,25. Rekomendasi kebijakan untuk menurunkan ketimpangan pendapatan nelayan adalah mendorong peningkatan kapasitas usaha khususnya pada golongan nelayan pendapatan terendah diharapkan mampu meningkatkan pendapatan nelayan.Title: Inequality of Fishermen’s Income and Expenditure in Morotai Island RegencyOne of the economic development goals is to solve the problems of poverty and income inequality. Infrastructure development in the Integrated Fisheries Marine Center (SKPT) area initiated by the Ministry of Marine Fisheries (KKP) can also shape income inequality. This study examines income inequality in Pulau Morotai Regency, North Maluku Province; and examines inequality of income and expenditure on the fishing community in Pulau Morotai Regency. The study was conducted from March to April 2021. The data collected are primary and secondary data analyzed using gini ratio analysis. The results showed that income inequality among fishers in Pulau Morotai Regency was indicated by a gini ratio of 0.45, while fishermen’s expenditure in Pulau Morotai Regency was relatively distributed among fishers indicated by gini ratio of 0.25. Policy recommendations to reduce fishermen’s income inequality encourage increased business capacity, especially in the lowest income fishermen are expected to increase fishermen’s income

    ANALISIS KEPADATAN MAKROZOOBENTOS PADA FASE BULAN BERBEDA DI LAMUN, PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU JAKARTA

    Get PDF
    Ekosistem lamun dihuni oleh banyak jenis invertebrata bentik, organisme demersal serta pelagis yang menetap maupun yang tinggal sementara di ekosistem lamun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepadatan makrozoobentos dalam dua fase bulan yang berbeda dan mengetahui kontribusi setiap spesies makrozoobentos di setiap stasiun penelitian di padang lamun. Pengambilan sampel organisme makrozoobentos diambil di Pulau Panggang pada tiga stasiun pengamatan (barat, timur, dan selatan) dengan menggunakan transek quadrat 1 x 1 m dan corer sedimen dengan diameter 10 cm. Analisis data secara statistik, analisis data dilakukan dengan mencari tahu persentase kesamaan kontribusi spesies menggunakan uji SIMPER. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa macrozoobentos yang ditemukan untuk dua fase bulan bervariasi di setiap stasiun. Total makrozoobentos yang ditemukan selama dua fase bulan adalah 28 dan 11 spesies di stasiun barat, 24 dan 20 spesies di stasiun timur, dan 18 dan 24 spesies di stasiun selatan, masing-masing. Di ketiga stasiun, dua jenis spesies makrozoobentos tertinggi dan terendah selama dua fase bulan yaitu Cerithium salebrosum (283 ind/m2) dan Cerithium punctatum (169 ind/m2); dan Geotrochus multicarinatum (7 ind/m2). Selain itu, spesies makrozoobentos yang paling banyak di habitat lamun di seluruh stasiun adalah Cerithium salebrosum.Seagrass ecosystems are inhabited by many species of benthic invertebrates, demersal and pelagic organisms that reside or stay temporarily in seagrass ecosystems. This research aimed to analyze the density of the macrozoobenthos in two different moon phases and to seek the contribution of each macrozoobenthic species in each research stations at seagrass beds. Sampling of the macrozonthic organisms was taken in three research stations of Panggang Island (west, east, and south) by using a 1 x 1 m of quadratic transect and a sediment corer with 10 cm in diameter. The data analysis statistically analysis data was carried out by finding out the similarity percentage of the species contribution using SIMPER test. Results of this research indicate that the discovered macrozoobenthos for two phases of moon are varied in each station. The total found macrozoobenthos during two moon phases are 28 and 11 species in the west station, 24 and 20 species in the east station, and 18 and 24 species in the south station, respectively. In the three stations, the two highest and the lowest species density of macrozoobenthos during the two moon phases namely are Cerithium salebrosum (283 ind/m2) and Cerithium punctatum (169 ind/m2); and Geotrochus multicarinatum (7 ind/m2). Moreover, the most contributor species of macrozobenthos in the seagrass habitat of the entire stations is Cerithium salebrosum

    Concentration of Heavy Metals on Roots, Stem and Leaves of Enhalus Acoroides, in Tunda Island, Banten Bay

    Get PDF
    Heavy metal pollution is one of serious problem for tropical mangrove ecosystem. Heavy metals can decrease the quality of a waters. The decreasing in water quality can caused by pollutants such as heavy metals with high concentrations greatly affects the aquatic environment, especially living organisms. The aimed of study is to determine the accumulation level of heavy metals such as Al, Cu, Pb, As, Ni, Cr, Ti, Mn, dan Fe, in root, leaves and stem of E. acoroides. The sampling was carried out in the northern and southern parts of Tunda Island, in March 2015. The method used for seagrass destruction is 6 mL 65% HNO3 and mL H2O2 30%, sediment destruction using Milestone Start D microwave labstation. and using ICP-OES (Inductive Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry) Thermo Scientific iCAP 700 Series. The result show that, the Al, was the dominant heavy metals observed both in sea water and sediment surrounding the observed sea grass areas. Similar result was also observed for seagrass. The dominant sediment grain size absorbing heavy metals is silt-clay because it has more organic matter to control the binding of heavy metals. Heavy metal bioaccumulation is predominant in seagrass leaves and stems due to heavy metal entry into seagrass, substance storage tissue, and seagrass characteristics that are completely submerged in water. Seagrass meadow ecosystem in Tunda Island has been contaminated by several heavy metals
    corecore