27 research outputs found

    Penyusunan Strategi Peningkatan Kualitas Produk Sari Apel Menggunakan Pendekatan Quality Function Deployment (Qfd) Dan Analytical Hierarchy Process (Ahp) (Studi Kasus Di Ksu Brosem, Batu)

    No full text
    Sari apel merupakan minuman ringan berbahan dasar buah apel yang dicampur dengan air minum dan diberi tambahan gula atau bahan lain yang diizinkan. Minuman ini dianggap mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan perusahaan, terbukti dengan munculnya banyak industri sari apel di pasar lokal. KSU BROSEM adalah salah satu UMKM di Batu yang memproduksi sari apel dan berhasil mendominasi pasar bersama beberapa pesaing lainnya seperti Siiplah dan Flamboyan. Namun dalam proses operasinya, KSU Brosem memiliki beberapa permasalahan berdasarkan masukan yang diberikan oleh pelanggan berkaitan dengan kualitas produk sehingga berpotensi mengancam eksistensinya, seperti adanya kemasan bocor, terdapat lendir pada sari apel, pencetakan label yang miring, serta aroma dan desain kemasan yang masih dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis atribut penting yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen sekaligus menentukan dan melakukan penyusunan strategi atau usulan perbaikan yang dapat dipertimbangkan perusahaan guna meningkatan kualitas produk sari apel Brosem. Melalui hal tersebut, diharapkan kepuasan konsumen dapat tercapai dan penjualan perusahaan dapat meningkat. Upaya peningkatan kualitas produk sari apel Brosem pada penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan QFD (Quality Function Deployment), yaitu sebuah metode yang biasa digunakan untuk mengembangkan suatu produk melalui desain kualitas dengan cara menerjemahkan kebutuhan konsumen ke dalam kebutuhan teknis. Metode QFD dalam penelitian ini berfungsi untuk mengidentifikasi atribut keinginan dan kebutuhan konsumen, mengetahui tingkat kepentingan atribut produk, mengetahui tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan kinerja atribut, serta mengetahui strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk. Penggunaan QFD perlu diintegrasikan dengan metode lain untuk dapat memperoleh urutan prioritas atribut yang telah didapatkan sebelumnya. Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode yang cocok untuk digunakan bersama QFD dan biasa digunakan sebagai pendukung dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan melalui pembobotan multi kriteria yang kompleks ke dalam sebuah hierarki. AHP dalam penelitian ini berfungsi untuk menentukan bobot prioritas respon teknis yang telah dinilai berdasarkan pendapat para responden ahli. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh sebanyak 17 atribut kebutuhan pelanggan yang dikategorikan ke dalam 6 variabel dimensi kualitas dan 8 respon teknis yang perlu dipertimbangkan. Prioritas atribut kebutuhan pelanggan dengan bobot tertinggi diperoleh melalui nilai Normalized Raw Weigth (NRW), yaitu kesesuaian produk dengan standar nasional (8,46). Prioritas strategi atau respon teknis tertinggi diperoleh melalui hasil pembobotan menggunakan metode AHP, yaitu meningkatkan QC saat proses produksi dan distribusi (0,287). Kedua atribut dengan nilai tertinggi tersebut perlu menjadi fokus utama dan prioritas bagi perusahaan untuk dipertimbangkan dan dilakukan perbaikan guna meningkatkan kualitas produk sari apel Bosem

    Penyusunan Strategi Peningkatan Kualitas Produk Sari Apel Menggunakan Pendekatan Quality Function Deployment (Qfd) Dan Analytical Hierarchy Process (Ahp) (Studi Kasus Di Ksu Brosem, Batu)

    No full text
    Sari apel merupakan minuman ringan berbahan dasar buah apel yang dicampur dengan air minum dan diberi tambahan gula atau bahan lain yang diizinkan. Minuman ini dianggap mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan perusahaan, terbukti dengan munculnya banyak industri sari apel di pasar lokal. KSU BROSEM adalah salah satu UMKM di Batu yang memproduksi sari apel dan berhasil mendominasi pasar bersama beberapa pesaing lainnya seperti Siiplah dan Flamboyan. Namun dalam proses operasinya, KSU Brosem memiliki beberapa permasalahan berdasarkan masukan yang diberikan oleh pelanggan berkaitan dengan kualitas produk sehingga berpotensi mengancam eksistensinya, seperti adanya kemasan bocor, terdapat lendir pada sari apel, pencetakan label yang miring, serta aroma dan desain kemasan yang masih dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis atribut penting yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen sekaligus menentukan dan melakukan penyusunan strategi atau usulan perbaikan yang dapat dipertimbangkan perusahaan guna meningkatan kualitas produk sari apel Brosem. Melalui hal tersebut, diharapkan kepuasan konsumen dapat tercapai dan penjualan perusahaan dapat meningkat. Upaya peningkatan kualitas produk sari apel Brosem pada penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan QFD (Quality Function Deployment), yaitu sebuah metode yang biasa digunakan untuk mengembangkan suatu produk melalui desain kualitas dengan cara menerjemahkan kebutuhan konsumen ke dalam kebutuhan teknis. Metode QFD dalam penelitian ini berfungsi untuk mengidentifikasi atribut keinginan dan kebutuhan konsumen, mengetahui tingkat kepentingan atribut produk, mengetahui tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan kinerja atribut, serta mengetahui strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk. Penggunaan QFD perlu diintegrasikan dengan metode lain untuk dapat memperoleh urutan prioritas atribut yang telah didapatkan sebelumnya. Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode yang cocok untuk digunakan bersama QFD dan biasa digunakan sebagai pendukung dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan melalui pembobotan multi kriteria yang kompleks ke dalam sebuah hierarki. AHP dalam penelitian ini berfungsi untuk menentukan bobot prioritas respon teknis yang telah dinilai berdasarkan pendapat para responden ahli. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh sebanyak 17 atribut kebutuhan pelanggan yang dikategorikan ke dalam 6 variabel dimensi kualitas dan 8 respon teknis yang perlu dipertimbangkan. Prioritas atribut kebutuhan pelanggan dengan bobot tertinggi diperoleh melalui nilai Normalized Raw Weigth (NRW), yaitu kesesuaian produk dengan standar nasional (8,46). Prioritas strategi atau respon teknis tertinggi diperoleh melalui hasil pembobotan menggunakan metode AHP, yaitu meningkatkan QC saat proses produksi dan distribusi (0,287). Kedua atribut dengan nilai tertinggi tersebut perlu menjadi fokus utama dan prioritas bagi perusahaan untuk dipertimbangkan dan dilakukan perbaikan guna meningkatkan kualitas produk sari apel Bosem

    Perancangan Kemasan Keripik Apel Menggunakan Metode Kansei Engineering (Studi Kasus: CV. Bagus Agriseta Mandiri)

    No full text
    Keripik apel merupakan camilan dari buah apel yang disajikan dengan irisan tipis dan dibuat dengan cara digoreng. Keripik apel memiliki sifat yang renyah dan gurih, serta sangat cocok untuk dikonsumsi di berbagai kesempatan. Selain itu, keripik apel juga mempunyai gizi serta nutrisi yang baik bagi manusia. Salah satu perusahaan yang memproduksi produk keripik apel adalah CV. Bagus Agriseta Mandiri. CV. Bagus Agriseta Mandiri mempunyai rencana untuk melakukan perbaikan pada desain kemasan keripik apel buatanya, serta material kemasan yang digunakan. Rencana ini dilakukan oleh CV. Bagus Agriseta Mandiri untuk menciptakan diferensiasi dengan para kompetitor adalah kemasan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemasan keripik di pasaran serta menelisik keinginan konsumen akan kemasan keripik apel pada CV. Bagus Agriseta Mandiri, dan diolah menggunakan metode Kansei Engineering untuk mendapatkan formula kemasan sesuai dengan keinginan konsumen. Kansei Engineering bertujuan untuk menangkap dan membawa perasaan psikologis pelanggan ke dalam desain produk atau sistem sosial. Kansei Engineering dimulai dengan pengamatan perilaku pelanggan, menangkap emosi menggunakan skala psikologis, dan menganalisis emosi menggunakan beberapa analisis statistik untuk mengarahkan spesifikasi desain produk. Untuk melakukan perancangan kemasan menggunakan metode Kansei Engineering, langkah yang pertama harus dilakukan adalah membuat kuesioner dengan Semantic Diffrential. Pengolahan kuesioner menggunakan uji validitas dan uji realibitas. Analisis faktor untuk mengetahui korelasi antar kata Kansei dan langkah selanjutnya adalah analisis konjoin, yang merupakan acuan utama untuk melakukan perancangan desain kemasan keripik apel. Dari semua kombinasi yang didapatkan, kombinasi yang dipilih untuk menjadi acuan untuk melakukan perancangan desain kemasan adalah kombinasi 1. Hal ini dikarenakan pada kombinasi 1 memiliki nilai utilities sebesar 1,965. Kombinasi 1 menunjukkan elemen kemasan yang digunakan adalah plastik alufoil (0,120), bentuk bantal (0,043), sedikit warna (0,054), label digital printing (0,123), dan seal kemasan yang dipakai adalah 4- Side Seal (0,032). Pemilihan kombinasi 1 didasarkan dari masing-masing variabel Kansei Words yang tertuang pada faktor 1 karena memiliki nilai utilities yang paling tinggi yaitu sebesar 1,965. pada kombinasi 1, terdapat kansei words daya simpan tinggi, mudah dibawa, penutup mudah dibuka, informatif, detail, dan mudah dibaca. Kombinasi yang dipilih untuk menjadi acuan untuk melakukan perancangan kemasan didasarkan dari hasil dari analisis faktor yang berupa faktor baru dan analisis konjoin sesuai dengan nilai overall statistic. Saran yang bisa disampaikan adalah untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika mempertimbangkan harga dari masing-masing elemen yang sudah diipilih, selain itu, penelitian terkait product development menggunakan metode Kansei Engineering ini dapat dikembangkan juga didalam cakupan yang lebih luas. Selain itu, dalam pemilihan kansei words juga harus diperhatikan Kembali, jangan memiliki kata kansei dengan makna yang sama dan kata kansei yang memiliki makna berlawanan secara semantik. Terkait dengan pemilihan sampel juga harus berbeda spesifikasi antara satu sampel dengan sampel lainnya, sehingga tidak membingungkan responden. Untuk perusahaan, saran yang bisa disampaikan adalah untuk kemasan perlu dibuat berbeda dengan kompetitor lainnya

    Analisis Risiko dan Mitigasi Risiko Proses Produksi Jamu Jahe Merah Instan Menggunakan Metode Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis dan Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus: Industri Rumah Tangga ‘Murni’ di Kota Malang)

    No full text
    Jamu adalah salah satu pilihan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk meningkatkan imunitas tubuh ketika wabah Covid-19 terjadi. Jahe merah merupakan bahan baku yang paling banyak digunakan dalam pembuatan jamu. Industri Rumah Tangga ‘Murni’ Kota Malang merupakan salah satu produsen jamu jahe merah instan. Selama kegiatan proses produksi jamu jahe merah yang dilakukan oleh Industri Rumah Tangga ‘Murni’ memiliki kemungkinan terjadinya berbagai macam risiko yang belum pernah dilakukan analisis lebih lanjut. Oleh karena itu tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis urutan prioritas risiko dan usulan terkait alternatif mitigasi yang tepat untuk risiko prioritas pada proses produksi jamu jahe merah instan oleh Industri Rumah Tangga ‘Murni’ di Kota Malang. Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis urutan prioritas risiko adalah metode Fuzzy FMEA yang didasarkan pada hasil FRPN. Risiko dengan nilai FRPN tertinggi digunakan sebagai kriteria dalam menentukan mitigasi risiko dengan menggunakan metode AHP dengan cara menyusun masalah dalam bentuk hierarki. Metode tersebut digunakan untuk menilai alternatif secara sistematis dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) pada setiap alternatif yang dipilih. Hasil dari perbandingan berpasangan berupa bobot setiap alternatif sehingga diketahui alternatif mana yang paling tepat untuk segera diterapkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses produksi jamu jahe merah instan memiliki tiga risiko prioritas pada setiap variabel. Risiko prioritas pada variabel bahan baku adalah kerusakan bahan baku selama penyimpanan. Risiko prioritas pada variabel proses adalah sari jahe tidak mengkristal. Risiko prioritas pada variabel produk akhir adalah bubuk jahe merah mengalami penggumpalan. Nilai FRPN risiko prioritas secara berurutan adalah 0,5082; 0,8893; dan 0,5844. Alternatif prioritas mitigasi risiko yang sarankan pada setiap risiko prioritas secara berurutan adalah membuat perencanaan persediaan bahan baku dengan bobot 0,5479; mengikuti pelatihan pembuatan jamu dengan bobot 0,8145; dan memperhatikan perlakukan penyimpanan produk akhir dengan bobot 0,5080. Saran untuk perbaikan risiko yang dialami oleh IRT ‘Murni’ Kota Malang adalah menerapkan usulan alternatif mitigasi pada risiko paling utama yaitu pada variabel proses berupa sari jahe tidak mengkristal. Tindakan mitigasi yang dapat dilakukan berdasarkan prioritas alternatif adalah mengikuti pelatihan pembuatan jamu, membeli alat tambahan untuk mengukur panas api, dan penerapan SOP pada proses produksi

    Analisis Produktivitas pada Produksi Kacang Shanghai ..Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) dan Fuzzy ..Analytical Hierarchy Process (FAHP) (Studi di PT. Suling ..Mas Tri Tunggal Abadi, Tulungagung)

    No full text
    Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia. Salah satu diversifikasi makanan ringan olahan kacang tanah yaitu kacang shanghai. Kacang shanghai merupakan makanan ringan dari olahan kacang tanah yang dibalut dengan tepung yang telah dibumbui. PT. Suling Mas Tri Tunggal Abadi merupakan perusahaan di Tulungagung yang memproduksi kacang shanghai sejak tahun 1974 dengan merk dagang “Cap Macan”. Adanya persaingan produsen kacang shanghai di Tulungagung membuat perusahaan senantiasa memperbaiki produktivitas perusahaan agar bisa unggul dengan pesaing lainnya. Produktivitas penting bagi perusahaan sebab dijadikan sebagai tolok ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai dalam memanfaatkan sumber daya. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat produktivitas produksi kacang shanghai sekaligus memberikan usulan perbaikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Objective Matrix (OMAX) dan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Proses pembobotan kriteria dilakukan menggunakan metode FAHP. Pengukuran produktivitas perusahaan dilakukan menggunakan metode OMAX. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kriteria bahan baku, jam kerja, energi listrik, dan jam mesin. Hasil akhir dari analisis data tersebut selanjutnya akan diusulkan perbaikan produktivitasnya sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Hasil pembobotan pada responden diketahui yaitu pada kriteria bahan baku 50,9%, jam kerja 8%, energi listrik 20,9%, dan jam mesin 20,2%. Perfomance rata – rata periode 2021 pada kriteria bahan baku 0,960, jam kerja 89,790, energi listrik 3,252, dan jam mesin 23,944. Perolehan produktivitas tertinggi pada bulan Mei 2021 dengan index produktivitas sebesar 150,291, dan terendah pada bulan Agustus 2021 dengan index produktivitas sebesar -86,825. Rencana perbaikan yang diusulkan yang dapat disampaikan yaitu pengecekan penerimaan bahan baku, membagi job desk dengan jelas, penghematan listrik, dan perawatan pada mesin secara berkala. Perusahaan perlu melakukan pengukuran produktivitas secara berkala untuk mengetahui kondisi perusahaan pada periode tertentu. Hal ini dilakukan agar mengetahui kriteria yang berpengaruh pada produktivitas perusahaan

    Analisis dan Mitigasi Risiko pada Proses Produksi Jenang Ketan dengan Pendekatan House of Risk (HOR) (Studi Kasus di UKM Jarkasi Blitar)

    No full text
    Penyokong pertumbuhan perekonomian Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh eksistensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang telah menyumbang 61,07% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2018. Salah satu UMKM tersebut yaitu UKM Jarkasi yang berlokasi di kabupaten Blitar yang telah berdiri sejak tahun 1983 dan telah memiliki lima outlet. UKM Jarkasi bergerak di bidang pangan dengan salah satu produknya yaitu jenang ketan. Jenang ketan merupakan makanan tradisional yang terbuat dari tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula kelapa. Dalam proses produksinya, terdapat beberapa risiko yang dapat mempengaruhi hasil akhir produk. Oleh karena itu, diperlukan analisis risiko pada proses produksi jenang ketan dan mengusulkan beberapa alternatif mitigasi risiko. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi risiko, menganalisis risiko, serta merumuskan strategi mitigasi risiko pada proses produksi jenang ketan di UKM Jarkasi. Metode yang digunakan untuk analisis risiko dan mitigasi risiko pada proses produksi jenang ketan adalah metode House of Risk (HOR). Dalam pelaksanaannya, metode ini menggunakan dua fase, yaitu HOR fase 1 dan HOR fase 2. Pada HOR fase 1 dilakukan analisis risiko yang meliputi penilaian kejadian risiko, penilaian agen risiko, penilaian korelasi kejadian risiko dan penyebab risiko, perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP). Selanjutnya dilakukan evaluasi risiko yang meliputi penentuan rangking ARP dan penentuan prioritas agen risiko. Lalu, pada HOR fase 2 dilakukan mitigasi risiko yang meliputi identifikasi strategi pencegahan risiko, penilaian korelasi agen risiko dengan strategi mitigasi, penilaian tingkat kesulitan strategi, perhitungan dan penentuan prioritas nilai Effectiveness to Difficulty (ETD). Output dari HOR fase 1 berupa peringkat prioritas agen risiko, sedangkan output dari HOR fase 2 adalah prioritas strategi mitigasi risiko. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa terdapat 14 kejadian risiko serta 16 agen risiko pada proses produksi jenang ketan. Hasil dari HOR fase 1, agen risiko yang menjadi prioritas yaitu human error pada pekerja (A14) dengan nilai ARP 1764, kemasan besek terlalu sering dibuka-tutup (A15) dengan nilai ARP 576, jadwal perawatan mesin kurang teratur (A12) dengan nilai ARP 255, persediaan atau stok bahan yang sedikit (A5) dengan nilai ARP 228. Setelah dilakukan pengolahan data pada HOR fase 2, diperoleh hasil urutan strategi mitigasi risiko pada proses produksi jenang ketan yaitu membuat Standard Operating Procedure (SOP) proses produksi jenang ketan (PA1), melakukan briefing sebelum proses produksi (PA2), memperbaiki kemasan besek (PA3), membuat jadwal perawatan mesin (PA4), lalu menyediakan safety stock atau persediaan pengamanan (PA5). Dari kelima usulan mitigasi risiko diharapkan dapat diterapkan pada proses produksi jenang ketan. Adanya usulan strategi mitigasi risiko, diharapkan dapat mengurangi risiko yang terdapat pada proses produksi jenang ketan di UKM Jarkasi. Selain itu, diharapkan pula diperoleh hasil produk jenang ketan dengan kualitas yang baik

    Analisis Kinerja Rantai Pasok Menggunakan Metode Supply Chain Operation References (SCOR) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) di PT XYZ

    No full text
    PT XYZ merupakan produsen minuman berkarbonasi berlokasi di Tangerang, Banten. Terdapat berbagai merk minuman berkarbonasi yang diproduksi PT XYZ, salah satunya adalah merk A Dalam beberapa periode terakhir penjualan minuman berkarbonasi PT XYZ menurun. Pada tahun 2019 penjualan mencapai angka 3,71 triliun rupiah, sedangkan pada tahun 2020 penjualan hanya mencapai 1.99 triliun rupiah. PT. XYZ memperlukan cara untuk meningkatkan penjualan, salah satunya dengan meningkatan kinerja dalam mengelola rantai pasok. Kinerja rantai pasok dapat ditingkatkan dengan pengukuran kinerja rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan menggunakan metode Supply Chain Operational Reference (SCOR) dan penentuan prioritas perbaikan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan metode SCOR menghasilkan nilai kinerja sebesar 39,4244. Nilai kinerja rantai pasok secara keseluruhan termasuk kategori poor menandakan kinerja rantai pasok minuman merk A PT. XYZ buruk. Penentuan prioritas untuk penetuan strategi rantai pasok menggunakan metode AHP menunjukkan faktor terpenting dalam menentukan alternatif yang menjadi prioritas perbaikan adalah ketersediaan sumber daya dengan nilai 0,6496 dan alternatif yang menjadi prioritas perbaikan adalah strategi fluktuasi dengan bobot alternatif tertinggi yaitu 0,395

    Analisis Postur Kerja Stasiun Pengemasan Keripik Tempe Dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) Dan Quick Exposure Check (QEC) (Studi Kasus Keripik Tempe Bu Nurdjanah, Sanan, Malang)

    No full text
    Keripik tempe merupakan makanan ringan berbahan baku tempe dari kedelai yang difermentasi. Salah satu daerah yang memproduksi keripik tempe adalah sentra industri tempe dan keripik tempe yang terletak di Jalan Sanan Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang. Keripik Tempe Bu Nurdjanah Sanan memberdayakan penghasil tempe pada sentra industri Sanan sebagai bahan baku untuk memproduksi keripik tempe. Industri ini memproduksi keripik tempe sekitar 700 bungkus perhari atau 14 lonjor tempe yang mana 1,5 meter tempe per lonjor. Proses produksi dilakukan Hari Senin hingga Sabtu pada pukul 07.30 hingga 17.00 WIB. Durasi kerja pada proses pengemasan tidak sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan yaitu 11-12 jam dalam sehari. Pada proses pengemasan terdapat 2 pekerja yang masing-masing melakukan 2 kegiatan berupa pengemasan tempe dan perekatan kemasan. Permasalahan yang ada pada Keripik Tempe Bu Nurdjanah Sanan yaitu pekerja pada stasiun pengemasan mengeluhkan kelelahan pada anggota bagian tubuh seperti pada bagian bahu dan kaki. Penelitian dilakukan untuk menganalisis faktor penyebab MSDs, menganalisis tingkat risiko postur kerja, dan memberikan usulan perbaikan untuk pekerja stasiun pengemasan keripik tempe Bu Nurdjanah. Subjek penelitian ini yaitu 2 orang pekerja pada stasiun pengemasan. Metode yang digunakan pada penelitian adalah REBA dan QEC dengan bantuan kuesioner NBM. Penggunaan kedua metode tersebut karena keduanya saling melengkapi dari permasalahan bagian tubuh yang dikeluhkan antara lain bagian bahu dan kaki. REBA akan menganalisis pada seluruh bagian tubuh dengan berfokus pada bagian atas dan QEC menganalisis bagian atas tubuh yang melibatkan risiko pekerjaan, risiko personal, dan risiko lingkungan yang mencangkup mengemudi, getaran, laju kerja, dan stress. Hasil perhitungan menggunakan metode REBA pada pekerja 1 menunjukkan aktivitas pengambilan kemasan setengah jadi mendapatkan skor yang paling tinggi sebesar 12 dan pada pekerja 2 menunjukkan aktivitas peletakan dan pengambilan kemasan setengah jadi mendapatkan skor yang paling tinggi sebesar 12 dengan tingkat risiko sangat tinggi yang perlu perbaikan sekarang juga. Hasil perhitungan menggunakan metode QEC pada pekerja 1 dan pekerja 2 menunjukkan aktivitas pengemasan keripik tempe dan perekatan kemasan memiliki skor tertinggi sebesar 62,5 dengan tingkat risiko tinggi yang perlu adanya perbaikan segera. Keluhan musculoskeletal yang dialami pekerja stasiun pengemasan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut yaitu postur pekerja yang tidak normal dalam waktu yang lama dan berulang, tata letak dan fasilitas yang belum baik seperti menjangkau terlalu dekat atau jauh, indeks massa tubuh pekerja 1 yang terlalu tinggi, dan umur pekerja 2 yang rentan mengalami keluhan serta cedera. Usulan perbaikan yang diberikan untuk industri keripik tempe Bu Nurdjanah yaitu perbaikan tata letak, penambahan fasilitas kerja berupa meja dan kursi, penetapan ketentuan waktu kerja, dan penetapan ketebalan tempe

    Analisis Produktivitas Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) Pada Proses Produksi Makanan Ringan di CV. X, Malang

    No full text
    Makanan ringan merupakan bidang usaha yang banyak dilakukan oleh UMKM. Hal tersebut karena bahan baku yang melimpah dan produksi yang relatif mudah serta pada umumnya produk bertahan cukup lama. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi makan ringan yaitu CV. X yang memproduksi berbagai macam varian stik seperti stik keju, wortel, rumput laut, brokoli, seaweed broccoli, dan carrot broccoli. Produk stik memiliki minat yang tinggi di konsumen Malang dan sekitarnya sehingga perusahaan diharuskan untuk melakukan produksi yang efektif dan efisien sehingga meningkatkan produktivitas. Untuk mengetahui tingkat produktivitas maka butuh dilakukannya analisis produktivitas pada proses produksi di CV. X. Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat produktivitas dan memberikan saran usulan untuk perbaikan produktivitas makanan ringan di CV. X. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk analisis produktivitas adalah metode objective matrix (OMAX). Penelitian ini menggunakan metode OMAX karena dapat menjelaskan efek dari kriteria yang mempengaruhi penurunan atau kenaikan produktivitas secara langsung. Selain itu metode ini juga menggunakan bobot berdasarkan penilaian ahli yang berasal dari perusahaan sehingga hasil pengukuran dapat mencerminkan produktivitas dengan akurat. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini meliputi bahan baku, penggunaan listrik, jam mesin dan jam kerja karyawan. Bobot dari setiap kriteria yang ada dihitung dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan dari hasil kuesioner responden ahli yang berjumlah tiga orang yaitu pemilik perusahaan dan dua karyawan. Produktivitas parsial pada bahan baku dan jam mesin memiliki nilai tertinggi pada Agustus minggu ke-4 dengan nilai 6. Kriteria penggunaan listrik dan jam kerja karyawan tertinggi terdapat pada Agustus minggu ke-1 dengan nilai 8 dan 10. Hasil produktivitas CV. X menunjukkan nilai tertinggi pada bulan Agustus minggu ke-3 yaitu senilai 5,404. Nilai indeks produktivitas tertinggi terdapat pada bulan Agustus minggu ke-1 dengan nilai 74,445%. Hasil usulan perbaikan yang dapat diterapkan dalam menghasilkan 41,010 kg output adalah dengan menggunakan 44,298 kg bahan baku, 7,875 jam mesin, 4,372 kWh penggunaan listrik, dan 13,518 jam kerja karyawan. Usulan yang dapat dilakukan dalam rangka memperbaiki produktivitas di perusahaan adalah dengan memerhatikan tempat penyimpanan untuk menjaga kualitas bahan baku yang digunakan seperti tepung terigu, keju dan sayur. Usulan pada kriteria penggunaan lisitrik yaitu perusahaan dapat mematikan lampu saat sedang tidak digunakan. Usulan pada jam mesin adalah dengan memperbaiki jadwal proses produksi. Untuk kriteria jam kerja karyawan adalah dengan menerapkan jam kerja yang sesuai dengan output dan menerapkan perencanaan kombinasi output produksi

    Analisis Pengaruh Kompleksitas Prosedur Sertifikasi, Kesadaran Produsen, Regulasi Sertifikasi, Dan Dorongan Eksternal Terhadap Adopsi Sertifikasi Halal Usaha Mikro Kecil Food Souvenir di Kota Malang

    No full text
    Kota Malang termasuk salah satu destinasi wisata utama di Jawa Timur membuat banyak wisatawan domestik berkunjung dan mencari produk pangan sebagai oleh-oleh. Hal ini menjadi peluang bagi UMKM khususnya produk food souvenir atau oleh-oleh makanan. Food souvenir merupakan makanan yang dibawa saat kembali dari suatu tempat. Sebagai salah satu kota wisata, usaha mikro kecil food souvenir harus memberikan jaminan kualitas dan halal agar konsumen lebih nyaman dan aman. Berdasar UU RI Nomor 33 Tahun 2014 tentang jaminan produk halal, pemerintah mewajibkan semua produk bersertifikat halal. Kenyataannya, sampai tahun 2020 hanya 70 usaha mikro kecil yang tersertifikasi halal sedangkan menurut Diskopindag Kota Malang usaha mikro kecil di bidang pangan sudah mencapai 580 pada tahun 2021. Penelitian ini mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi adopsi sertifikasi halal. Variabel yang digunakan dalam penelitian mulai dari variabel kompleksitas prosedur sertifikasi (X1), kesadaran produsen (X2), regulasi sertifikasi (X3), dan dorongan eksternal (X4). Objek penelitian ini adalah Usaha Mikro Kecil Food Souvenir di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square (PLS). Variabel bebas penelitian ini variabel kompleksitas prosedur sertifikasi (X1), kesadaran produsen (X2), regulasi sertifikasi (X3), dorongan eksternal (X4), dan variabel terikat adopsi sertifikasi halal (Y). Penelitian dilakukan pada usaha mikro kecil Kota Malang bulan Maret 2021. Pada penelitian ini diperoleh 30 sampel yang menjadi responden. Data responden yang terkumpul diuji kualitas data dan selajutnya dilakukan pengolahan dan analisis menggunakan SmartPLS. Hasil analisis PLS indikator yang berpengaruh pada variabel kompleksitas prosedur sertifikasi (X1) adalah lama sertifikasi (X12). Indikator yang berpengaruh pada variabel regulasi sertifikasi halal (X3) adalah kerjasama pemerintah dan lembaga sertifikasi (X33). Indikator pelatihan sistem jaminan halal (X43) merupakan indikator yang berpengaruh pada variabel dorongan eksternal (X4). Hasil uji hipotesis diperoleh variabel yang mempengaruhi adopsi sertifikasi halal pada usaha mikro kecil food souvenir di Kota Malang hanya variabel dorongan eksternal (X4). Variabel kompleksitas prosedur sertifikasi (X1), kesadaran produsen (X2), regulasi sertifikasi (X3) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap adopsi sertifikasi halal. Variabel dorongan eksternal (X4) berpengaruh signifikan terhadap adopsi sertifikasi halal. Hal ini menunjukkan semakin kuat dorongan eksternal membuat usaha mikro kecil di Kota Malang menyegarakan adopsi sertifikasi halal. Implikasi praktis yang dapat diterapkan yaitu instansi pemerintah dapat mengundang produsen usaha mikro kecil bersertifikat halal sebagai role model saat sosialisasi. Implikasi manajerial berupa sosialisasi dan edukasi sertifikasi halal skema self declare terkait persyaratan dan keuntungan yang diperoleh serta edukasi terkait Halal Control Point (HCP) dapat dilakukan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, Perguruan Tinggi dan BPJPH untuk meminimalisir kendala tersebut
    corecore