33 research outputs found

    AKLIMATISASI DINI MASSA PROTALUS TUMBUHAN PAKU BAHAN OBAT (Cibotium barometz (L.) J. Sm.) HASIL KULTUR SPORA SECARA IN VITRO

    Get PDF
    The golden chicken fern, Cibotium barometz (L.) J. Sm (Cibotiaceae), is an important export commodity used in both traditional and modern medicines. The population of C. barometz in some countries has declined rapidly due to over-exploitation. Therefore, this species has been included in Appendix II of CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) since 1976. The Center for Plant Conservation – Bogor Botanic Gardens-LIPI, is striving to conserve this species ex situ, and has started propagating it through in vitro spore culture. However, C. barometz sporophyte formation from in vitro cultured spores takes a long time. Thus, we sought to acclimatize prothalli masses (gametophytes) that had not yet developed sporophytes, in an attempt to accelerate sporophyte formation. Acclimatization experiments were carried out in two stages. The first experiment used prothalli masses aged 8 months after sowing, and tested 14 kinds of acclimatization media in a transparant plastic box. The second experiment tested prothalli masses aged 15 months with the four best media selected from the first experiment, namely: (1) minced roots of the tree fern Cyathea contaminans (APC); (2) APC: charcolaled rice husk (ASP) in a 1: 1 ratio; (3) APC: cocopeat (CP) in a 1:1 ratio, and (4) APC: ASP:CP (1:1:1), using a plastic box with a translucent plastic lid. Results of the second experiment showed that the best medium for acclimatization is a mixed media composed of minced roots of the tree fern Cyathea contaminans, charcoaled rice husk, and cocopeat (1:1:1). Up to 80% of the prothalli masses grew on the three ingredient mixed media, resulting in the formation of as many as 574 sporophytes

    Konservasi In Vitro Kantong Semar (Nepenthes rafflesiana Jack.) dengan Metode Slow Growth

    Get PDF
    Nepenthes rafflesiana Jack. is one of a unique plant because there is the pitcher on the tips of the leaves to trap insects. This uniqueness makes N. rafflesiana mostly taken from its natural habitat for sale. Big Explored from nature caused extinction and   ecosystem habitats damaged. Efforts to prevent extinction through ex situ conservation by in vitro culture of N. rafflesiana with slow growth method. This study aims were to determine the effect of paclobutrazol on the growth of N. rafflesiana and to obtain the most suitable concentration of paclobutrazole for in vitro conservation of N. rafflesiana. The research was conducted at the Tissue Culture Laboratory of the Research Center for Plant Conservation   and Botanical Gardens from January to April 2020. The experiment was carried out in a Completely Randomized Group Design with a single factor, namely the concentration of paclobutrazol: 0, 1, 3 and 5 ppm. The results showed that the best concentration of paclobutrazol for in vitro conservation of N. rafflesiana was 5 ppm which could inhibit the growth of stem height and number of leaves and could maintain the green color of the leaves.Nepenthes rafflesiana Jack. merupakan tumbuhan unik karena ujung daunnya yang memiliki sulur dengan membentuk kantong untuk merangkap serangga. Keunikannya ini membuat N. rafflesiana banyak diambil dari habitat aslinya untuk dijual. Pengambilan dari alam dapat menyebabkan kepunahan dan kerusakan habitat ekosistem. Upaya mencegah kepunahan melalui konservasi ex situ dengan kultur N. rafflesiana secara in vitro dengan metode slow growth. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap pertumbuhan N. rafflesiana dan untuk mendapatkan konsentrasi paclobutrazol yang paling sesuai dalam konservasi in vitro N. rafflesiana. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya dari bulan Januari sampai dengan April 2020. Rancangan yang dilakukan dalam percobaan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan faktor tunggal yaitu konsentrasi paclobutrazol: 0, 1, 3 dan 5 ppm. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi paclobutrazol terbaik untuk konservasi in vitro N. rafflesiana adalah 5 ppm yang dapat menghambat pertumbuhan tinggi batang dan jumlah daun serta dapat mempertahankan warna hijau daun

    POPULATION AND MICROHABITAT OF Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz IN DANAU PULAU BESAR-DANAU BAWAH WILDLIFE SANCTUARY, SUMATRA

    Get PDF
    Ramin (Gonystylus bancanus) is one of the major timber species that facing high exploitation in Indonesia. This species can only be found on a specific peat swamp habitat, thus it confines its distribution. Information on its current population and microhabitat characteristics is relatively limited. Here, we investigated natural population and microhabitat of ramin in a peat swamp area in Riau Province using random transects consist of 46 (100m2) sampling plots. Forty-eight individuals of ramin were found in which 46 of these belonged to G. bancanus, while the other two were different species. The estimated population density of ramin in this area was 7.18±2.75 individuals/ha i.e there were approximately seven individuals in each one-ha area of study. The population structure of ramin showed a J-shaped curve bearing many large old trees with few saplings without any seedlings. The microhabitat was investigated using the Discriminant Function Analysis (DFA) and Canonical Analysis, generating two significant variables that discriminated three groups of the population

    Pertumbuhan Planlet Kantong Semar (Nepenthes rafflesiana Jack.) pada Beberapa Media Tanam Selama Tahap Aklimatisasi

    Get PDF
    ABSTRACTThe purpose of this  research  was to determine  the effect of acclimatization media  on  N.  rafflesiana Jack. growth and to obtain the best acclimatization media. This research was conducted at Bogor Botanical Garden from June until September 2009. The research was done in  completely randomized design with threereplications. Five  kinds  media were used  as treatment,  i.e. rice   husk charcoal, cocopeat, sphagnum moss, bamboo leaf compost and combination media rice (rice husk charcoal : cocopeat = 1:1). The r esult showed that   all of the  media can be used  to  acclimate N.  rafflesiana  Jack. planlet.Key words : acclimatization, in vitro,  media combination,  Nepenthes rafflesiana ABSTRAKPenelitian  ini  bertujuan  untuk  mempelajari  pengaruh  macam  media aklimatisasi  terhadap pertumbuhan  N.  rafflesiana  Jack.  dan  untuk mendapatkan  media  yang  paling  sesuai  untuk  aklimatisasi. Penelitian dilakukan di Kebun Raya  Bogor dari bulan Juni sampai dengan September 2009. Rancangan yang digunakan dalam percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Lima jenis media  yang  dipergunakan sebagai  media  aklimatisasi  adalah  arang  sekam,  cocopeat,  sphagnum moss,kompos  daun  bambu dan kombinasi  media  campuran  (arang sekam  : cocopeat  = 1:1).  Hasil  percobaan menunjukkan bahwa semua media dapat digunakan untuk aklimatisasi planlet N. rafflesiana Jack.Kata  kunci: aklimatisasi, in vitro,  kombinasi media,  Nepenthes rafflesian

    PERTUMBUHAN PLANLET VENUS FLYTRAP (Dionaea muscipula Ellis) SELAMA TAHAP AKLIMATISASI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam media aklimatisasi terhadap pertumbuhan Dionaea muscipula Ellis dan untuk mendapatkan media yang paling sesuai. Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Laboratorium Kultur Jaringan, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI pada bulan Januari 2020 sampai bulan Maret 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan menggunakan desain RAL (rancangan acak lengkap). Dalam penelitian ini faktor yang diteliti adalah faktor dari media tanam. Jenis media tanam yang digunakan sebagai media aklimatisasi adalah sphagnum moss, arang sekam, cocopeat, dan kombinasi media campuran (sphagnum moss : arang sekam, sphagnum moss : cocopeat, arang sekam : cocopeat, dan sphagnum moss : arang sekam : cocopeat) sehingga didapatkan tujuh taraf perlakuan dengan tiga ulangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh jenis media tanam tidak berbeda nyata pada jumlah capit dan jumlah daun. Media kombinasi sphagnum moss : cocopeat memberikan pengaruh baik terhadap jumlah daun dan jumlah kantong dalam pertumbuhan planlet Dionaea muscipula Ellis. Persentase hidup tertinggi ditunjukkan pada media kombinasi sphagnum moss : arang sekam. Tujuh media perlakuan dapat digunakan karena memacu dan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan planlet Dionaea muscipula Ellis selama tahapan aklimatisasi. Kesimpulannya bahwa semua media tanam aklimatisasi yang digunakan dalam penelitian ini, dapat memacu pertumbuhan planlet Dionaea muscipula Ellis

    INDUKSI TUNAS PORANG (Amorphophallus muelleri) SECARA IN VITRO DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH BAP DAN TDZ

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis eksplan dan pemberian kombinasi zat pengatur tumbuh BAP dan TDZ terhadap induksi tunas porang (Amorphophallus muelleri) secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 faktorial. Faktor pertama yaitu eksplan daun dan batang dari kultur porang yang disubkulturkan ke media Murashige & Skoog (MS). Faktor kedua adalah penambahan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh 0, 0.5, 1, 1.5, dan 2 mg/l BAP dan 0, 0.1, dan 0.2 mg/l TDZ. Semua eksplan yang telah disubkultur di inkubasi di tempat yang gelap dan dilakukan pengamatan untuk peubah persentase eksplan hidup dan mati, jumlah kultur yang membentuk kalus dan tunas, ukuran, warna dan tekstur kalus, serta jumlah tunas yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hidup eksplan batang 63,7% dan daun 44,4%. Jumlah eksplan yang membentuk kalus dari eksplan batang 63,7% dan daun 36,3%. Jumlah Eksplan yang membentuk tunas dari eksplan batang dan daun adalah 57% dan 28,1%. Jumlah tunas terbanyak yaitu pada eksplan batang dengan 1,5 mg/l BAP + 0 mg/l TDZ (12,00 tunas). Perlakuan 0 mg/l BAP + 0,2 mg/l TDZ menghasilkan kalus dengan diameter paling besar yaitu 1,4 cm. Tekstur kalus didominasi dengan tekstur kompak baik pada eksplan batang maupun daun, dan sebagian besar kalus yang terbentuk menunjukkan warna yang semakin gelap

    KEBUN RAYA BATAM SEBAGAI BAROMETER KONSERVASI TUMBUHAN PULAU-PULAU KECIL DAN PESISIR DI INDONESIA

    Get PDF
    Establishment of new ex-situ  conservation areas is one of the conservation strategy  applied by Indonesian Botanic Garden in collaboration with the local governments to minimize the degradation of native plant diversity. Located at Malay Peninsula, the theme “conservation of small islands and coastal flora of Indonesia” has defined by the city government of Batam. It is hope that the establishment of Batam Botanic Gardens will give a great contribution  to the city and its surrounding through functional  and environmental services ts given. Infrastructure and management planning of The Batam Botanic Gardens has been established Currently the garden’s conservation management has been taken by the city government with plant  exploration activities to the main and other small island surrounding Batam as the main program. The collected plants were  then cultivated as registered and non-registered collection according to its category. Plants that are listed as threatened or native to the region become the main target. To date there are  2,472 plant specimens consisting of 42 families from 140 genera and 193 species. Other 824 specimen are still need further identification work. All of these collection are expected to become sources for various garden’s conservation program in the future

    Pengaruh Iradiasi Gamma pada Karakter Kuantitatif dan Kualitatif Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack.)

    Get PDF
    Kantong semar (Nepenthes) merupakan tanaman yang potensial dikembangkan sebagai tanaman hias. Peningkatan keragaman genetik diperlukan dalam pengembangan tanaman ini, salah satunya dengan menggunakan iradiasi gamma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis iradiasi gamma terhadap pertumbuhan kantong semar (Nepenthes ampullaria). Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu dosis iradiasi (0 (kontrol), 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 Gy) dan diulang sebanyak tiga ulangan. Bahan tanaman yang digunakan adalah planlet N. ampullaria yang berumur 10 bulan lalu diaklimatisasi pada botol kultur dengan media sphagnum moss dan disimpan pada ruang kultur. Planlet N. ampullaria yang telah diiradiasi kemudian dipindahkan pada botol kultur baru yang telah diisi sphagnum moss kemudian disimpan di ruang kultur dan diamati pertumbuhannya. Berdasarkan hasil pengamatan selama 12 minggu setelah perlakuan, belum didapatkan LD50 pada penelitian ini. Karakter kuantitatif yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah kantong mengalami penurunan akibat peningkatan dosis iradiasi dibandingkan dengan kontrol. Semakin tinggi dosis iradiasi, pertumbuhan N. ampullaria semakin terhambat. Selain itu, pada dosis 30 Gy sebagian besar pucuk mengalami nekrosis (menguning) dan lama-kelamaan menjadi coklat. Variasi tanaman paling banyak ditemukan pada dosis 15 Gy yaitu variasi pada bentuk daun dan kantong. Daun yang terbentuk hanya dari tulang daun tanpa helaian daun dan terbentuk kantong pada ujung tulang daun. Selain itu, didapatkan helaian daun yang bergelombang dan terbentuknya bagian penutup kantong (lid) pada ujung daun

    PERTUMBUHAN TANAMAN KANTONG SEMAR (Nepenthes rafflesiana Jack.) DENGAN MODIFIKASI KONSENTRASI MEDIA DAN pH SECARA IN VITRO

    Get PDF
    This research about growth of pichter plant Nepenthes rafflesiana Jack was aimed to determine the modification medium’s concentration and pH at in vitro . This research has been conducted in the laboratory of plant concervation center Bogor Botanical Garden. This research was doing from Juni to September 2010. research using randomized block design with 2 factor, the first factor is modification concentration medium MS, consisting of 5 level is 1 MS, 1/2 MS, 1/4 MS, 1/8 MS, dan 1/16 MS; and the second factor is the pH medium was consisted 3 level: pH 4,7, pH 5,7 dan pH 6,7 was repeated four times. The results showed that concentration medium 1/8 MS and all pH medium were significant the variable of number pichter, number rootlet, percentage of planlet life, percentage of planlet pichter, percentage of planlet rootlet.Key words: Nepenthes rafflesiana Jack, medium concentration, pH

    KERAGAMAN MORFOLOGI HIBRID Begonia sageaensis Wiriad. x Begonia galeolepis Ardi & D.C. Thomas HASIL IRADIASI SINAR GAMMA

    Get PDF
    Hybridization and gamma ray irradiation have been used in several ornamental plant species to increase genetic variability. This study aimed to determine the effect of gamma ray irradiation on seed germination and determine the effect of hybridization and gamma ray irradiation on the morphological variability of Begonia from a hybrid of B. sageaensis Ardi x B. galeolepis D.C.Thomas. Gamma ray irradiation doses applied were 0, 15, 30, and 45 Gy. Observation of seed germination was carried out on the trait's first day of germination and the number of germinated seeds. Morphological observations were applied to vegetative characters and included eight quantitative dan 33 qualitative variables. Results showed that the dose of gamma rays used did not significantly affect the seed germination and the survival rate of seeds. Hybridization and gamma ray irradiation formed a new diversity grouped into nine: Begonia HM 1–HM 9. The analysis of variance showed that the dose of gamma ray irradiation had no significant effect on all observed quantitative vegetative characters. Results of the analysis of variance showed that the Begonia hybrid had a significant effect on plant height, stem diameter, plant width, leaf length, leaf width, petiole length, petiole diameter, and the number of leaves. Qualitative changes due to gamma ray irradiation include changes in variegated leaf colour. New variability was estimated both in hybridization and gamma ray irradiation.  Hibridisasi dan iradiasi sinar gamma telah banyak digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik pada beberapa tanaman hias. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh iradiasi sinar gamma pada perkecambahan biji dan pengaruh hibridisasi dan iradiasi sinar gamma terhadap keragaman morfologi tanaman Begonia hibrid dari biji hasil silangan B. sageaensis Wiriad x B. galeolepis Ardi & D.C. Thomas. Dosis iradiasi sinar gamma yang digunakan adalah 0, 15, 30, dan 45 Gy. Pengamatan perkecambahan biji dilakukan untuk mengetahui perkecambahan biji pada hari pertama berkecambah dan jumlah biji yang berkecambah. Pengamatan morfologi dilakukan pada karakter vegetatif yang meliputi delapan peubah kuantitatif dan 33 peubah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis sinar gamma yang digunakan tidak berpengaruh nyata pada hari pertama berkecambah dan persentase jumlah biji yang berkecambah. Perlakuan iradiasi sinar gamma dan persilangan membentuk keragaman baru yang dikelompokkan menjadi sembilan grup yaitu Begonia HM 1–HM 9. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa dosis iradiasi sinar gamma tidak berpengaruh nyata pada semua karakter kuantitatif vegetatif yang diamati. Selanjutnya hasil analisis ragam menunjukkan bahwa Begonia hibrid berpengaruh nyata pada karakter kuantitatif yaitu tinggi tanaman, diameter batang, lebar tajuk, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, diameter tangkai daun, dan jumlah daun. Perubahan kualitatif akibat iradiasi sinar gamma antara lain daun menjadi variegata. Keragaman baru diduga terbentuk dari perpaduan iradiasi sinar gamma dan persilangan
    corecore