7 research outputs found

    Kebahagiaan pada Buruh Gendong

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebahagiaan dan faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada buruh gendong di pasar tradisional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Metode analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan analisis tema. Pengambilan sampel menggunakan criterion sampling yaitu sampel yang kriterianya sudah ditentukan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek I merasa cukup bahagia. pada aspek kognitif dan aspek afektif, ini ditunjukkan dengan adanya perasaan puas pada berbagai domain kehidupannya seperti adanya penerimaan dari pihak keluarga terhadap kondisi pekerjaan subyek, perasaan puas terhadap keadaan keluarga dan pekerjaan, hubungan yang baik dengan sesama buruh gendong dan pandangan positif mengenai kehidupan masa depan serta dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk keluarga. Hal ini membuat subyek merasa senang dan bersyukur dengan keadaannya, namun dengan kondisi pekerjaannya subyek I mengalami masalah kesehatan yang mengganggu kebahagiaan subyek dikarenakan sering mengalami pegal-pegal pada bagian tubuhnya yang terkadang mengganggu aktifitas pekerjaan subyek bahkan pernah membuat subyek tidak bekerja sehingga membuat subyek merasa sedih dan menyalahkan diri sendiri. Sedangkan pada subyek II juga menunjukkan bahwa subyek II cukup bahagia. Pada aspek kognitif dan afektif juga menunjukkan bahwa subyek II merasa puas dan lebih merasakan afek positif di berbagai domain kehidupannya. Kepuasan terlihat dari adanya dukungan dan tidak adanya pemaksaan terhadap subyek untuk bekerja dari keluarga, interaksi dengan sesama buruh gendong yang baik dan penilaian yang positif serta pemanfaatan waktu luang yang positif yang dilakukan subyek membuat subyek lebih banyak merasakan afek positif seperti senang. Hal yang mengganggu kebahagiaan pada subyek II adalah kondisi kesehatan yang mengakibatkan subyek tidak maksimal dalam bekerja karena mengalami batuk-batuk ketika bekerja terlalu berat. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kebahagiaan kedua subyek buruh gendong bersifat eksternal yakni uang yang didapat dari bekerja sebagai buruh gendong yang dimanfaatkan untuk membahagiakan keluarga. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subyek merasa cukup bahagia, dilihat dari pemenuhan aspek kognitif dan afektif dalam domain kehidupannya seperti keluarga, diri sendiri, pekerjaan, uang, kesehatan dan waktu luang

    Regulasi Emosi pada Penderita Hiv/aids

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui regulasi emosi penderita HIV/AIDS dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi emosi pada penderita HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi kepada subjek penderita HIV/AIDS. Subjek penelitian terdiri dari dua orang penderita HIV/AIDS dengan dua orang significant person. Hasil penelitian menunjukkan regulasi emosi dilakukan oleh kedua subjek untuk mengatur respon emosi dari permasalahan yang muncul setelah kedua subjek terinfeksi HIV/AIDS. Subjek pertama yang merupakan seorang wanita yang telah menikah, menggunakan strategi regulasi emosi antecendent-focussed strategy (cognitive reapraissal). Melalui proses regulasi emosi yang terdiri dari situation selection, situation modification, attention deployment, cognitive change, dan modulation respon. Faktor yang mempengaruhi penggunaan regulasi emosi subjek pertama yakni harapan akan masa depan anak, keterbukaan (self disclosure) dan dukungan sosial (sosial support). Subjek kedua yang merupakan pria yang belum menikah, meregulasi emosi dengan menggunakan strategi regulasi emosi respon focused strategy (expression suppression) melalui proses regulasi emosi situation selection. Penggunaan strategi regulasi emosi ini dipengaruhi faktor ketidakmampuan membuka diri dan dukungan sosial (sosial support). Kesimpulan dari penelitian ini adalah kedua subjek meregulasi emosi dengan pemilihan strategi regulasi emosi yang berbeda. Faktor yang paling mempengaruhi penggunaan regulasi emosi penderita HIV/AIDS adalah dukungan sosial (sosial Support)

    Behind the silence of harmony: risk factors for physical and sexual violence among women in rural Indonesia

    Get PDF
    BACKGROUND: Indonesia has the fourth largest population in the world. Few studies have identified the risk factors of Indonesian women for domestic violence. Such research will be useful for the development of prevention programs aiming at reducing domestic violence. Our study examines associations between physical and sexual violence among rural Javanese Indonesian women and sociodemographic factors, husband's psychosocial and behavioral characteristics and attitudes toward violence and gender roles. METHODS: A cohort of pregnant women within the Demographic Surveillance Site (DSS) in Purworejo district, Central Java, Indonesia, was enrolled in a longitudinal study between 1996 and 1998. In the following year (1999), a cross-sectional domestic violence household survey was conducted with 765 consenting women from that cohort. Female field workers, trained using the WHO Multi-Country study instrument on domestic violence, conducted interviews. Crude and adjusted odds ratios at 95% CI were applied for analysis. RESULTS: Lifetime exposure to sexual and physical violence was 22% and 11%. Sexual violence was associated with husbands' demographic characteristics (less than 35 years and educated less than 9 years) and women's economic independence. Exposure to physical violence among a small group of women (2-6%) was strongly associated with husbands' personal characteristics; being unfaithful, using alcohol, fighting with other men and having witnessed domestic violence as a child. The attitudes and norms expressed by the women confirm that unequal gender relationships are more common among women living in the highlands and being married to poorly educated men. Slightly more than half of the women (59%) considered it justifiable to refuse coercive sex. This attitude was also more common among financially independent women (71%), who also had a higher risk of exposure to sexual violence. CONCLUSIONS: Women who did not support the right of women to refuse sex were more likely to experience physical violence, while those who justified hitting for some reasons were more likely to experience sexual violence. Our study suggests that Javanese women live in a high degree of gender-based subordination within marriage relationships, maintained and reinforced through physical and sexual violence. Our findings indicate that women's risk of physical and sexual violence is related to traditional gender norms

    Mom, Why Don't You Just Look for a New Good Daddy? Women's Lived Experience in an Abusive Marriage

    Get PDF
    This study aimed to understand women's experiences of domestic violence and their decision to terminate the abusive marriage in Yogyakarta. Criterion sampling of three woman survivor of domestic violence was performed. These consented to be interviewed and a semi structure interview guide was used. The women shared their life experiences since the dating time up to the time after divorce. A phenomenological approach was employed to analyze the data, to explore, share, and validate their feelings and insights on their life experiences. From this study numerous factors that facilitated as well as hindered the women to terminate their abusive relationships, and the dynamics of the transition process were identified. The women's experiences reflect the complexity of domestic violence. The women's transformation from victims, meaning women living under the authorities, into survivors, meaning woman with self-autonomy, is demonstrated through their stories. The complexity of domestic violence among Indonesia women is only a little known. By comprehending the complexity of domestic violence, a more visible and practical programs to address the national commitment to improve the Indonesian women's situation can be developed
    corecore