22 research outputs found

    Database Riset Bersumber Data Sekunder BPJS Kesehatan

    Get PDF
    Latar Belakang: BPJS Kesehatan dalam pencapaian Universal Health Coverage pada tahun 2019 akan memiliki salah satu basis data pelayanan kesehatan terbesar di dunia. Seiring dengan meningkatnya volume data yang tersimpan, semakin cepatnya proses mengumpulkan dan menghasilkan data, keragaman datanya serta kebutuhan terhadap kualitas data yang mencerminkan fakta, maka menjadi penting bagi BPJS Kesehatan untuk mengkaji kondisi manajemen data saat ini serta penyiapan database riset sebagai salah satu output.Metode Penelitian: Pendekatan kulitatif dilakukan untuk mengembangkan database riset BPJS Kesehatan. Literatur review, diskusi kelompok terarah dan identifikasi data di BPJS Kesehatan dilakukan untuk menggali konsep database riset untuk jaminan kesehatan nasional.Hasil: Database riset BPJS Kesehatan termasuk dalam konsep big data analytics karena volume, jumlah dan frekuensi yang tinggi serta tipe datanya yang beragam. Terdapat 5 dataset yang disepakati untuk dijadikan database riset BPJS Kesehatan. Jumlah peserta BPJS yang terus bertambah menuntut perlunya tatakelola data yang baik untuk memastikan representatif database riset terhadap pertumbuhan tersebut. Beberapa isu lain seperti keamanan data, teknik query dan infrastruktur, serta monitoring penggunaan database riset untuk penelitian perlu dipersiapkan dalam pengembangan database riset.Kesimpulan: Terdapat 3 aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan database riset BPJS Kesehatan, yaitu konsep big data analytics, representasi database riset yang diambil dari transaksi data di BPJS Kesehatan dan manajemen data yang baik

    PEMANTAUAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN DI INDONESIA: TANTANGAN DAN PENGEMBANGANNYA

    Get PDF
    Di fasilitas publik, peran manajemen obat dan perbekalan kesehatan melibatkan berbagai level organisasi, mulai dari pusat, provinsi, kabupaten dan fasilitas kesehatan. Kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di layanan kesehatan primer dilakuan oleh instalasi farmasi level Kabupaten/Kota yang memiliki peran untuk melakukan perencanaan, pembeliaan, penyimpanan, distribusi dan pelaporan. Sistem informasi elektronik juga telah digunakan. Sayangnya, mekanisme pelaporan dari level yang paling bawah tidak dapat berjalan secara optimal akibat kompleksitas pelaporan, keterbatasan sumber daya dan banyaknya obat dan perbekalan kesehatan yang harus dikelola. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan alur pelaporan data obat dan perbekalan kesehatan sebagai upaya melakukan pemantauan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan nasional di Indonesia. Penelitian kualitatif dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2013 untuk mengidentifikasi alur pelaporan, tantangan dan peluang memperkuat sistem informasi obat dan perbekalan kesehatan. Data dikumpulkan melalui diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam dan kunjungan lapangan di 3 instalasi farmasi Kabupaten/Kota dan 1 Instalasi farmasi provinsi. Diskusi kelompok terarah dilakukan di tingkat pusat yang melibatkan penanggung jawab pengelola pelaporan dan pemantauan obat dan perbekalan kesehatan. Sistem informasi obat dan perbekalan kesehatan dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan manajemen logistik obat dan perbekalan kesehatan instalasi farmasi (internal) dan pihak eksternal (laporan), baik pemerintah daerah maupun Kementrian Kesehatan. Pengelolaan informasi tersebut sangat tergantung pada sumber daya, alat bantu dan kemampuan masing-masing instalasi farmasi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi berpotensi untuk mengakomodasi kebutuhan pencatatan dan pelaporan secara lebih baik. Namun demikian, perlu dipertimbangkan untuk penguatan infrastruktur, penggunaan standar data dan dukungan kebijakan dari pemangku kepentingan. Kata kunci: manajemen logistik, pemantauan obat dan perbekalan kesehatan, pencatatan dan pelaporan, sistem informas

    Pengembangan Prototype Sistem Informasi Customer Relationship Management di STIKES Husada Borneo Banjarbaru

    Get PDF
    Latar belakang: Stikes Husada Borneo (SHB) merupakan salah satu institusi pendidikan yang memberikan pelayanan kepada publik, untuk itu SHB dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik dan harus selalu menjaga kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang baik haruslah dikelola secara professional, terutama dalam pengelolaan informasi yang terkait dengan customer. Salah satu sarana untuk mengakomodasi pengelolaan data customer adalah dengan menggunakan sistem informasi Customer Relationship Management (CRM). Dengan adanya sistem informasi CRM ini diharapakan dapat membantu perolehan informasi yang diperlukan para customer SHB menjadi mudah dan cepat sesuai dengan harapan dan kebutuhan para customer serta menjembatani komunikasi antara SHB dan customer. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengembangkan prototype sistem informasi CRM, melakukan uji coba dan evaluasi sistem informasi CRM yang telah dirancang.Metode penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian kualitatif dengan rancangan action research, menggunakan pendekatan prototyping untuk pengembangan sistem.Hasil Penelitian: Prototype sistem informasi CRM ini dirancang dengan memperhatikan kebutuhan pengguna. Sistem informasi CRM ini memungkinkan customer bisa memperoleh informasi dengan mudah dan sesuai dengan dan kebutuhan para customer. Selain itu sistem juga memberikan fasilitas komunikasi antara pihak SHB dengan customer.Kesimpulan: Sistem informasi CRM ini dapat menjembati komunikasi antara customer dan SHB melalui forum dan chatting, serta sistem dapat menampilkan data mahasiswa berdasarkan sekolah asal mahasiswa ataupun sesuai kebutuhan dengan memanfaatkan fasilitas searching

    Penggunaan Sistem Informasi pada Pelaksanaan Jamkesos cob di RSUD Wonosari Yogyakarta

    Get PDF
    Latar Belakang : Universal health coverage (UHC) bertujuan untuk memastikan preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu dan  dibutuhkan, dimana  pelaksanaannya  harus efektif, efisien dan adil. Upaya yang dilakukan di Indonesia dengan Jaminan kesehatan sosial (Jamkesos) . Peranan teknologi dalam sistem informasi  kesehatan sangat  penting untuk mendukung kualitas pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Upaya yang dilakukan oleh Dinkes  DIY untuk mempermudah pelayanan peserta Jamkesos  CoB di  DIY  adalah  penggunaan sistem informasi elektronik pada pelaksanaan Jamkesos CoB DIY.Penggunaan sistem ini diharapkan dapat memudahkan pasien dalam memproses administrasi klaim layanan asuransi kesehatan yang dijamin oleh pemerintah daerah dan provinsi. Proses pelayanan klaim yang semula manual dengan berkas yang menumpuk dan membutuhkan waktu yang relatif lama, bisa lebih cepat dan mudah karena sistem online mempersingkat waktu melalui pertukaran data antar rumah sakit, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan dinas kesehatan provinsi secara realtime.Oleh karena itu penelitian ini ingin mengevaluasi pelaksanaan  penggunaan sistem informasi pada pelayanan  Jamkesos CoB DIY dari aspek input, proses dan output.Metode Penelitian: Penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus, dilakukan di Dinas Kesehatan DIY, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul dan RSUD Wonosari, dengan subyek penelitian diambil secara purposive sampling, dengan jumlah responden 9 orang. Instrumen dalam penelitian ini adalah panduan wawancara mendalam, acuan observasi. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Semua data yang dikumpulkan diolah secara kualitatif.Hasil : sistem informasi pada pelaksanaan CoB Jamkesos DIY yang disebut SIM Jamkesta DIY sudah terpasang sejak Desember 2013, aplikasi sistem ini berlangsung sekitar 1 tahun  baru sampai uji coba. Apabila dilihat dari aspek input: sumber daya manusia yang kompeten belum dipersiapkan dengan baik untuk mengelola sistem, sarana dan dana baru pada fase inisial belum memikirkan keberlangsungan sistem informasi ke depan. Aspek  proses : pengoperasiaan dan pemeliharaan tidak jalan baru sampai uji coba, pengorganisasian dan tata kelola kesistem-informasian belum jelas pembagiannya, ada tarik ulur siapa yang menjadi leader dalam pengelolaan sistem informasi ini. Aspek output tidak bisa dilihat kenyataannya  karena pada prosesnya juga tidak jalan sehingga tidak bisa dinilai dari kualitas data maupun pemanfaatan datanya. Dalam aplikasi SIM Jamkesta DIY ini banyak permasalahan yang ada yaitu: kondisi politis dengan kebijakan top down yang dipaksakan, kurangnya dukungan dan komitmen dari manajemen, tidak ada perencanaan yang memadai, SDM yang inkompetensi teknologi, tidak adanya kesesuaian  kebutuhan produk bisnis dengan pengguna, isu BPJS Kesehatan, sehingga sistem informasi ini mengalami kegagalan.Kesimpulan : Dalam pengembangan sistem informasi dengan kebijakan top down yang dipaksakan dimana : dukungan dan komitmen manajemen eksekutif kurang , perencanaan yang matang, SDM yang inkompetensi teknologi, tidak adanya kesesuain kebutuhan pengguna dengan produk bisnis, adanya isu BPJS Kesehatan, menyebabkan terjadinya kegagalan implementasi sistem informasi.

    PENGGUNAAN OPEN SOURCE SOFTWARE (OSS) DI RUMAH SAKIT (SIRS)

    Get PDF
    Penggunaan open source software (OSS) merupakan sebuah pilihan yang diambil oleh rumah sakit untuk menghemat anggaran dan kemudahan dalam pengembangan sistem informasi rumah sakit (SIRS). Penggunaan OSS juga mendukung program pemerintah “Indonesia Goes Open Source”. Sayangnya masih sedikit bukti seberapa jauh OSS digunakan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana OSS di rumah sakit dan bagaimana OSS digunakan untuk pengembangan SIRS pada rumah sakit yang ada di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan studi kasus, mengunakan tipe multikasus holistik. Proses pengumpulan data menggunakan instrumen observasi dan wawancara. Subyek dalam penelitian ini adalah manajer, staff dan programmer pada unit teknologi informasi di 3(tiga sampel) rumah sakit dengan karakteristik yang berbeda. Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa OSS telah digunakan rumah sakit baik untuk kegiatan umum maupun khusus, yaitu pengembangan SIRS. Faktor biaya secara umum bukan merupakan faktor utama ketika memutuskan untuk mengunakan OSS padapengembangan SIRS. Peran vendor yang memiliki komitmen dalam pengembangan SIRS berbasis OSS berpengaruh terhadap keberlangsungan SIRS di rumah saki. Selain itu transfer pengetahuan dan dukungan dari universitas juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keputusan rumah sakit dalam penggunaan OSS untuk pengembangan SIRS.Kata Kunci: Open Source Software, Sistem Informasi Rumah Sakit

    Peran Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga di Kabupaten Bantul

    Get PDF
    Health Center’s Role Alert Village’s Development in Bantul RegencyBackground: Alert village is a village where the residents have the readiness of resources, the ability, and the intention to independently prevent and overcome health problems or threats, disaster, and emergency. Health center has a duty as the facilitator of the alert village’s development, where besides providing basic medical care, health center is expected to be able to carry out the mobilization and the community empowerment. If the facilitation process succeeded, it can evoke intentions and community independence in health, so that alert village’s liveliness comes from community’s initiative and is not from health center. This kind of development strategy leads to community development. Objective: This research aims to review the role of health center within alert village’s development, especially towards the facilitation of alert village’s development. Method: This research uses the qualitative descriptive method along with a case study design, to describe health center’s perception towards alert village’s development and health center’s role as the alert village’s facilitator. The subjects of this research are the heads of health centers and midwife coordinators, as well as the community leaders: the heads of the public’s welfare affair and the chief of village’s women organization. The datas are collected through in-depth interviews. Results: This research showed various activities of Community-Based Health Efforts as the form of alert village’s implementation. The facilitation which health center provides to actualize active alert village had not showed community development, but rather a social mobilization. The obstructions are that health center has not been provided with facilitation techniques and the community’s culture is less independent in health. Conclusion: Alert village’s development towards community development has not been utterly well responded by the community.Keywords: Facilitation, Alert village, Community development.Latar Belakang: Pengembangan masyarakat menjadi salah satu topik yang paling populer didalam konteks intervensi ke- sehatan masyarakat. Di Indonesia, Desa Siaga merupakan ben- tuk pengembangan masyarakat di bidang kesehatan. Desa Sia- ga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber- daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah/ancaman kesehatan, bencana dan kega- watdaruratan secara mandiri. Puskesmas memiliki tugas seba- gai fasilitator pengembangan desa siaga, dimana selain mem- berikan pelayanan medis dasar, diharapkan mampu melaksana- kan tugas penggerakan dan pemberdayaan masyarakat. Fasili- tasi pengembangan desa siaga ini tergantung kemampuan pus- kesmas, disini diharapkan puskesmas mampu menerapkan prin- sip-prinsip fasilitasi yang efektif. Apabila proses fasilitasi ber- hasil akan menumbuhkan kemauan dan kemandirian masya- rakat di bidang kesehatan, sehingga keaktifan desa siaga ber- asal dari inisiatif masyarakat bukan dari puskesmas. Fasilitasi pengembangan seperti ini mengarah pada community devel- opment. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terha- dap peran puskesmas dalam fasilitasi pengembangan desa siaga. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan rancangan studi kasus, untuk mendeskripsikan peran puskesmas sebagai fasilitator desa siaga. Subyek penelitian adalah kepala puskesmas dan bidan koordinator, serta tokoh masyarakat : kepala bagian kesejahteraan rakyat desa, ketua Tim Penggerak PKK desa, dan kader kesehatan. Data dikumpul- kan melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil: Desa siaga telah dilaksanakan dengan berbagai kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), namun belum semuanya berjalan seperti yang diharapkan. Puskesmas telah berupaya dalam mendampingi pengembangan desa siaga, namun fasilitasi yang dilakukan puskesmas belum mewujudkan community development, melainkan lebih kearah mobilisasi sosial. Kesimpulan: Pengembangan desa siaga kearah community development belum terwujud dalam masyarakat.Kata Kunci : Fasilitasi, Desa siaga, Community development

    Penerapan Metode User-Centered Design (UCD) Dalam Merancang Rekam Medis Elektronik Poli Kedokteran Keluarga Layanan Primer

    Get PDF
    Latar belakang: Teknologi informasi memberikan dampak pesat terutama pada fasilitas pelayanan kesehatan primer salah satunya klinik. Klinik merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer yang memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat. Klinik Dokter Keluarga Korpagama Universitas Gadjah Mada merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer yang memberikan pelayanan kesehatan dasar. Sistem pelayanan di Klinik Dokter Keluarga Korpagama masih manual dan berencana mengimplementasikan rekam medis elektronik melalui aplikasi SmartClinic. Tetapi, aplikasi SmartClinic masih dalam proses pengembangan rekam medis elektronik pada poli kedokteran keluarga layanan primer sehingga aplikasi SmartClinic masih belum bisa diimplementasikan di Klinik Dokter Keluarga Korpagama.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode User-Centered Design (UCD). Metode UCD memiliki beberapa tahapan diantaranya, menentukan konteks pengguna, menganalisis spesifikasi kebutuhan, melakukan perancangan desain, dan melakukan evaluasi.Hasil: Desain pengembangan rekam medis elektronik pada poli kedokteran keluarga layanan primer melalui aplikasi SmartClinic berdasarkan pada metode User-Centered Design (UCD) dan hasil pengujian mengunakan Black Box Testing.Kesimpulan: Rekam medis elektronik melalui aplikasi SmartClinic mampu memberikan kemudahan bagi pengguna dalam membantu proses pelayanan kesehatan yang lebih baik di Klinik Dokter Keluarga Korpagama Universitas Gadjah Mada

    Using District Health Information System (DHIS2) for Health Data Integration in Special Region of Yogyakarta

    Get PDF
    A number of applications have been used for managing health data and information and tend to be fragmented between health programs in health offices. In consequence, the analysis and interpretation process becomes difficult since the data is scattered in separate sources. One of the solutions offered as an effort to synchronize and integrate health data in Indonesia is through implementing District Health Information Software (DHIS2). DHIS2 is an application that emphasizes data integration at the health office level. Faculty of Medicine, Public Health and Nursing UGM has been partnered with the Special Region of Yogyakarta Health Office to carry out community service activities in the context of utilizing DHIS2 for health data integration in the province. The implementation of DHIS2 was divided into 4 stages, namely workshop on data availability, socialization, and training of DHIS2; data mapping and customizing DHIS2; implementing health data integration; and dissemination, supervision, and evaluation. Six health offices were the target of community service activities in the province. DHIS2 has facilitated health office staff to analyse and visualize health information that is used for decision making and advocacy. This community service activity supports the government’s efforts to provide one-stop data and contributes to strengthening health information systems both nationally and regionally

    Pentingnya Komponen Infrastruktur Sistem dan TIK Dalam Mendukung Transformasi Digital di Rumah Sakit

    Get PDF
    Latar belakang: Ekosistem big data kesehatan perlu diwujudkan untuk perolehan data yang akurat, mutakhir, terpadu dan dapat dipertanggungjawabkan serta kemudahan akses pada layanan kesehatan.  Transformasi digital untuk rumah sakit di Indonesia di prioritaskan pada penerapan rekam medis elektronik  melalui pemenuhan standar data, metadata, interoperabilitas data, dan menggunakan kode referensi dan data induk. Digitalisasi rumah sakit berkontribusi terhadap transformasi digital. Dalam Suatu digitalisasi rumah sakit, infrastruktur menjadi komponen yang sangat vital  sebagai pondasi ketercapaian integrasi satu data bidang kesehatan di Indonesia.Metode: Jenis penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan pendekatan studi cross sectional dengan mengacu kepada data sekunder digital maturitas indeks. Hasil: Maturitas digitalrumah sakit di Indonesia berada pada level 3 dimana digitalisasi rumah sakit telah terbentuk dan memiliki otoritasasi organisasi dengan memiliki roadmap yang jelas dan sistematis. Dari ketujuh domain DMI, system informasi dan infrastruktur Teknologi Informasi Kesehatan (TIK) di rumah sakit sebagai aspek terpenting dalam pengembangan teknologi integrasi data medis berada pada level 3. Adapun aspek maturitas infrastruktur system dan TIK rumah sakit adalah  1) kemampuan arsitektur  layanan front office, 2) kemampuan arsitektur layanan manajemen back office, 3) Kualitas TIK, 4) Kualitas layanan TIK, 5) Layanan Interoperabilitas dan Pelaporan Rutin, 6) Perencanaan sumber daya SI  Kesimpulan:Transformasi digital untuk rumah sakit diarahkan pada penggunaan RME untuk melakukan fungsi pertukaran data elektronik, pengumpulan data kesehatan dan berkontribusi pada satu data bidang kesehatan. Hasil survei maturitas digital memetakan kesiapan rumah sakit di Indonesia bahwa digitalisasi rekam medis sangat layak untuk dikembangkan sebagai upaya menuju percepatan transformasi teknologi kesehatan. Kesiapan rumah sakit atas pencapapaian transformasi digital dihadapkan berbagai tantangan. Rekomendasi percepatan digital yang diajukan adalah penguatan fungsi digitalisasi SIMRS untuk layanan lanjutan dan fungsi RME, realisasi pedoman interoperabilitas yang lebih teknis untuk mengakomodir standar pertukaran, remapping rencana induk melalui analisis kebutuhan sumber daya baik tenaga ahli TI maupun anggaran SI di rumah sakit, mempersiapkan ketersediaan ahli SI dan peningkatan kompetensi tenaga TI, peningkatan utilisasi inovasi teknologi kesehatan di rumah sakit, Penerapan integrasi data bertahap minimalnya dilakukan pada  system internal rumah sakit untuk perolehan akurasi data internal

    Analytical Data for Electronic Medical Records in Primary Health Care

    Get PDF
    Digital health transformation encourages primary health facilities to implement electronic medical records (RME) that are interoperable according to standard medical classification and terminology. The standard RME also allows connecting to wearable devices for direct patient monitoring. An analytical approach to digital data has the potential to support clinical decision making for primary care physicians. This study aims to Strengthening primary care as a center for continuous patient care by using an analytical approach in the form of a dashboard.. This study uses a participatory action research approach in implementing RME in primary care. The 4 stages of action research were carried out by involving primary care physicians (dentists and general practitioners), medical records, nurses, pharmacists and electronic medical record developers. The trial implementation of RME and wearable devices was evaluated using the System Usability Scale (SUS). Structured RME data makes it easy to analyze and visualize in the form of a dashboard to support primary care management and monitor individual patient health status. The analytic features in RME that allow direct patient monitoring are perceived as useful for supporting continuous patient care. The use of data standards in clinical records such as ICPC, LOINC and SNOMED-CT makes it easier to achieve semantic interoperability including potential interoperability with portable medical devices
    corecore