9 research outputs found
Penerapan Model Problem Based Learning Berbasis Berdiferensiasi berdasarkan Gaya Belajar Peserta didik pada Pelajaran Biologi Materi Ekosistem Kelas X SMA
This study aims to apply the Differentiated Problem Based Learning (PBL) model in Biology learning Ecosystem material by considering students' learning styles. PBL is a learner-centered learning approach and involves students to be active in the process of solving problems through investigation and collaboration between students. This research was conducted using a qualitative descriptive research method in class X at a high school in Serang City. Data on students' learning styles were collected using observation techniques through questionnaires. The results showed that there was a diversity of student learning styles, with most students identifying visual learning styles. In addition, the application of differentiation-based PBL has a positive impact because it can express potential according to their interests so as to provide a more meaningful learning experience for them
Studi Kasus Gizi Buruk pada Anak Usia 36 Bulan di Desa Cot Kumbang Puskesmas Baktiya Kabupaten Aceh Utara
Malnutrisi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat universal baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Terdapat dua kategori besar malnutrisi yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Stunting, wasting dan underweight paling banyak terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Pasien An. R usia 36 bulan dengan jenis kelamin perempuan, datang ke Puskesmas dengan keluhan diare yang dialaminya dalam 2 hari ini. Dalam pengukuran antropometri didapatkan TB anak 87 cm, BB 8 Kg. Status gizi pasien berdasarkan Z-Score TB/U -2 SD, BB/U -3,4 SD dengan demikian dapat di interpretasikan anak mengalami pendek (stunting) dan gizi buruk. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pasien mengalami gizi buruk dan stunting, diantaranya adalah faktor internal (meliputi asupan makanan dan infeksi) dan faktor eksternal (penghasilan orang tua rendah, pendidikan orang tua, pola asuh yang kurang baik). Kunjungan dilakukan ke rumah pasien sebanyak 3 kali dengan interval tiap kali kunjungan adalah 1 minggu. Kunjungan pertama dan kedua belum ada peningkatan berat badan anak dan perubahan perilaku ibu/keluarga. Namun pada kunjungan terakhir ibu telah memahami dan melakukan anjuran dari edukasi yang telah disampaikan, seperti pola pemberian makan pada anak, gizi seimbang dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kunjungan terakhir didapatkan peningkatan BB anak, yaitu dari 8 Kg menjadi 8,5 Kg. Diharapkan pada ibu dan anggota keluarga lain untuk tetap menerapkan perilaku yang telah di anjurkan agar tercapainya BB ideal dan keluarga yang sehat
Diagnostic accuracy of the 2004 Indonesian Pediatric Society medical standard of care for neonatal sepsis
Penentuan Tarif Kursus Daring
Pandemi global telah memicu perubahan signifikan dalam paradigma pendidikan, mendorong lembaga-lembaga seperti ICE Institute untuk meninjau strategi penentuan tarif kursus daring mereka. Penelitian ini mengungkapkan beberapa temuan kunci terkait kebijakan tarif, kesediaan mahasiswa membayar, dan persepsi terhadap pembelajaran daring. Melibatkan analisis mendalam terhadap faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, pendapatan, dan respon mahasiswa terhadap kuliah daring, penelitian ini memberikan pandangan mendalam untuk membantu lembaga dalam mengambil keputusan yang terinformasi terkait tarif dan strategi pembelajaran masa depan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa mahasiswa bersedia membayar antara Rp 64.294 hingga Rp 140.413 per sks untuk kuliah daring berkualitas baik, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan biaya kuliah; mahasiswa yang bekerja merespons lebih positif terhadap kuliah daring; umumnya, mahasiswa memiliki persepsi positif terhadap kuliah online selama pandemi; penetapan biaya kuliah perlu disesuaikan dengan level pendidikan, pendapatan, dan biaya kuliah di perguruan tinggi; komponen pembayaran melibatkan Annual Consortium Fee, Credit Degree Platform transaction Fees, dan Non-Credit Course Transaction Fees; ICE Institute akan menyediakan berbagai layanan seperti kurasi kursus online dan transkripsi bahasa; Model Konsorsium dianggap efektif dengan persiapan yang cermat oleh ICE Institute dan mitra; dan ICE Institute menyediakan Pricing Calculator App untuk membantu pengelola PT menentukan harga mata kuliah daring
Penentuan Tarif Kursus Daring
Adanya peningkatan minat dari siswa dan mahasiswa untuk mengikuti kursus daring saat ini membuat adanya peningkatan tawaran dari institusi atau organisasi pendidikan terkait dengan kursus daring. Pandemi covid19 pada tahun 2020 semakin membuat siswa beradaptasi untuk melakukan pembelajaran secara daring sehingga menambah minat untuk mengikuti kursus daring. Karena meningkatnya minat pada pembelajaran online, pertanyaan dasar terkait bagaimana merancang biaya untuk pembelajaran online menjadi menarik untuk dibahas. Hasil analisis awal menunjukkan bahwa tarif kursus daring dipengaruhi oleh banyak faktor dan tidak ada angka pasti yang dapat menentukan tarif tersebut. Namun biaya kursus dapat diestimasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya keseluruhan, jumlah siswa yang mengikuti kursus tersebut, kebijakan pemerintah, dan kondisi PT yang mengikuti kursus daring tersebut
Studi Kasus: Kecemasan Berbicara Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kecemasan berbicara bahasa inggris sebagai bahasa asing. Penelitian ini secara khusus berfokus untuk menganalisis alasan ketidak terlibatan siswa dalam kegiatan berbicara dikelas bahasa inggris.Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus dengan pendekatan kuantitaif . Data dikumpulkan melalui wawancara individual. Wawancara diberikan dalam bentuk pedoman wawancara semi-terstruktur yang didistribusikan melalui google docs dan disebarkan di salah satu flat form media sosial, mengingat karena pandemik Covid-19 yang belum selesai. Hasil pengumpulan dan analisis data dibuat menjadi beberapa tema. Hasil penelitian menunjukan bahwa keengganan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan berbicara di kelas bahasa inggris bukan tidak menyadari nilai belajar bahasa inggris, kemalasan, atau kurangnya minat dalam bahasa inggris, tetapi karena mereka tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki, takut akan evaluasi negatif dari rekan-rekan mereka, dan takut dibanding-bandingkan oleh rekan-rekan mereka
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN TAKOKAK (Solanum torvum Swartz) SECARA IN VITRO DENGAN METODE DPPH (1,1 difenil-2-pikrilhidrazil Antioxidant activity of the takokak leaf (Solanum torvum Swartz) by DPPH (1,1 diphenyl-2-picrylhydrazyl) in vitro method
ABSTRACTTakokak (Solanum torvum Swartz) is a plant that used as anti-hypertension and appetite enhancer, bloodcirculation, antitussive, and anti-inflammatory. The phytochemical content of takokak leaves are saponins,alkaloids, tannins, flavonoids, and vitamin A which are know as antioxidant. The ethanol extract, and water,n-hexane, ethyl acetate fraction of the leaves of takokak (Solanum torvum Swartz) was tested their antioxidantactivity by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) method in vitro using UV spectrophotometry visible. Leaves ofTakokak (Solanum torvum Swartz) was extracted by maceration using solvents ethanol and than fractionated byliquid-liquid extraction using water, n-hexane, and ethyl acetate. The results showed that the antioxidant activity of the ethanol extract of takokak leaves (Solanum torvum Swartz), water fraction, the fraction of n-hexane andethyl acetate had EC50 as follows 11 μg/ml, 196 μg /ml; 29.557 μg/ml; 46.67 μg/ml; 7.710 μg/ml. The resultsshowed that the ethyl acetate fraction of takokak leaf had the strongest antioxidant activity with the EC50 valueof 7.710 mg/ml. ABSTRAKTakokak (Solanum torvum Swartz) merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat penurun tekanan darahtinggi dan penambah nafsu makan, melancarkan sirkulasi darah, mengatasi batuk (antitusif), dan anti radang.Kandungan yang terdapat pada daun takokak adalah saponin, alkaloid, tanin, flavonoid, dan vitamin A yangberkhasiat sebagai antioksidan. Telah dilakukan pengujian aktivitas antioksidan secara in vitro pada ekstraketanol, fraksi air, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat daun takokak (Solanum torvum Swartz) dengan metodeperedaman DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) menggunakan spektrofotometri UV-Visible. Daun takokak(Solanum torvum Swartz) diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol, fraksinasi dengan caraekstraksi cair-cair menggunakan pelarut air, n-heksana, dan etil asetat. Hasil penelitian menunjukkan aktivitasantioksidan ekstrak etanol daun takokak (Solanum torvum Swartz), fraksi air, fraksi n-heksana, fraksi etil asetatmemiliki EC50 berturut-turut 11, 196 μg/ml; 29,557 μg/ml; 46,67 μg/ml; 7,710 μg/ml. Dari hasil penelitianmenunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun takokak memiliki daya antioksidan paling kuat yaitu dengan nilaiEC50 7,710 μg/ml.Kata kunci: Solanum torvum Swartz, DPPH, spektrofotometri UV-Visible, ECC, EC5
Diagnostic accuracy of the 2004 Indonesian Pediatric Society medical standard of care for neonatal sepsis
Background Neonatal sepsis is a leading cause of neonatal morbidity
and mortality. There are no pathognomonic signs or symptoms
to diagnose neonatal sepsis. Blood culture is the standard tool for
sepsis diagnosis, but it is not available in most district hospitals. In
2004, the Indonesian Pediatric Society (IPS) developed a medical
standard of care to diagnose neonatal sepsis, but its accuracy has
not been adequately verified.
Objective To evaluate the diagnostic accuracy of the IPS medical
standard of care 2004 to diagnose neonatal sepsis.
Methods We conducted diagnostic testing at the Perinatal
Ward, Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta, from June to November
2010. Inclusion criteria were neonates with signs and symptoms
of infection. We excluded neonates with congenital anomalies,
blood disorders, or whose mothers received peripartum antibiotic
treatment. All neonates were assessed by the 2004 IPS medical
standard of care for neonatal sepsis and by blood culture
examinations.
Results A total of 193 neonates with signs and symptoms of
infection were evaluated. The IPS medical standard had a
sensitivity of 88% (95% CI 81 to 94), specificity of 17% (95%
CI 2 to 25), positive predictive value of 53% (95% CI 45 to 60),
negative predictive value of 57% (95% CI 39 to 75), positive
likelihood ratio of 1.06 (95% CI 0.94 to 1.19), and negative
likelihood ratio of0.71 (95% CI 0.36 to 1.42).
Conclusion The 2004 IPS medical standard of care showed
adequate sensitivity for diagnosing neonatal sepsis, but its low
specificity limits its use as a diagnostic tool. [Paediatr lndones.
2012;52:86-90]