10 research outputs found

    ANALISIS WACANA KRITIS LIRIK LAGU “KONTRA KEBISUAN” KARYA BAND TARING HARDCORE

    Get PDF
    Penelitian ini berjudul “Analisis Wacana Kritis Lirik Lagu Kontra Kebisuan Karya Band Taring Hardcore.” Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tekstualitas, discourse practice, sociocultural practice serta konstruksi realitas sosial lirik lagu “Kontra Kebisuan” karya band Taring Hardcore. Penelitian ini menggunakan teori analisis wacana kritis Norman Fairclough dengan pendekatan paradigma kritis. Adapun alasan peneliti menggunakan paradigma kritis dikarenakan paradigma ini sangat relevan dan tepat sasaran jika dihubungkan dengan pembedahan teks, mengkritisi teks secara telanjang dengan memfokuskan pada produksi dan reproduksi makna teks. Penelitian ini juga didukung dengan teori konstruksi realitas sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam pembedahan aspek konstruksi realitas sosial dengan hubungannya dengan lirik “Kontra Kebisuan” karya band Taring Hardcore. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu observasi, studi kepustakaan dan wawancara mendalam dengan informan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dalam teks lirik lagu “Kontra Kebisuan” karya band Taring Hardcore adalah lirik lagu yang merepresentasikan keadaan dan situasi kemarahan terhadap lingkungan sosio - kultural yang terjadi di Indonesia. Termasuk didalamnya keadaan institusi pemerintah, tingkah laku elit politik, serta para penguasa yang selama ini dirasakan hanya berkedok janji dengan iming – iming kesejahteraan

    Communicating the untimely: Pope Benedict XVI's resignation and the second Franciscan age

    No full text
    Pope Benedict XVI’s resignation from the See of Rome, announced on 11 February 2013, has been interpreted as an eschatological gesture, most famously by the Italian philosopher Giorgio Agamben. This article reconsiders the evidence of eschatological thinking in the work of Joseph Ratzinger/Benedict XVI and revisits the declaration of resignation of 2013 considering the precedent set by Pope Celestine V’s abdication in 1294. It examines the ecclesiological context of this event and how this context is reflected in Ratzinger/Benedict XVI’s work. It concludes that Benedict XVI’s resignation cannot be understood without acknowledging his own interpretation of Saint Bonaventure’s moderate eschatology, ecclesiology, and theology of history. While focusing on the Church, the article also investigates the political reflections of Celestine V’s abdication and its Bonaventurian background. Via Dante and the reception of his work in the twentieth-century German-speaking context, it finally turns to the ways in which Benedict XVI associated the world with his resignation
    corecore