18 research outputs found

    Jus Sargassum aquifolium Untuk Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol Dan Kerusakan Histopatologi Aorta Pada Tikus Yang Diberi Diet Aterogenik

    No full text
    Sargassum sp. merupakan rumput laut coklat yang tersebar luas di Indonesia yang memiliki lebih dari 150 jenis di dunia salah satunya yaitu S. aquifolium. Secara kimia Sargassum sp. memiliki kandungan air 27,8%, protein 5,4%, karbohidrat 33,3%, lemak 8,6%, serat kasar 3% dan kadar abu 22,25%. Selain itu, Sargassum sp. juga memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti alkaloid, polifenol, steroid, saponin dan flavonoid. Untuk mendapatkan senyawa bioaktif yang terkandung pada Sargassum sp. dapat menggunakan metode esktraksi slow juicer karena tidak perlu tambahan air dalam prosesnya, selain itu energi panas yang dihasilkan sangat rendah sehingga senyawa bioaktif didapatkan secara maksimal. Kolesterol merupakan golongan lipid yang berkomponen alkohol steroid. Kolesterol dalam tubuh berfungsi sebagai pembangun essensial bagi tubuh. Kadar kolesterol normal pada tubuh sebaiknya yaitu < 200 mg/dl, apabila melebihi dapat menyebabkan gangguan pada tubuh yang disebut Hiperkolesterolemia. Faktor penyebab hiperkolesterolemia yaitu konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang olahraga, faktor keturunan dan juga kebiasaan merokok. Kerusakan aorta dapat ditimbulkan oleh hiperkolesterolemia. Kolesterol yang tinggi dapat menempel di dinding aorta kemudian akan mengakibatkan terbentuknya plak atau disebut dengan aterosklerosis. Pangan fungsional merupakan pangan yang mengandung senyawa bioaktif sehingga memiliki fungsi fisiologis bagi tubuh. Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan. Bahan utama pangan fungsional umumnya yaitu dari tanaman obat-obatan yang mengandung senyawa bioaktif yang dapat mencukupi kebutuhan pangan serta memenuhi kebutuhan khusus yang berhubungan dengan kesehatan. S. aquifolium merupakan rumput laut coklat yang dapat digunakan sebagai pangan fungsional dalam bentuk jus karena S. aquifolium mengandung senyawa bioaktif. Untuk mengetahui senyawa yang terdapat pada S. aquifolium dilakukan uji fitokimia menggunakan metode Harborne (1987). Senyawa bioaktif yang terkandung dalam S. aquifolium yaitu tanin, steroid dan saponin yang dapat berfungsi sebagai antihiperkolesterolemia. Mekanisme senyawa tannin dalam mencegah hiperkolesterolemia yaitu tanin dapat mencegah penyerapan lemak di usus dengan bereaksi dengan sel epitel usus dan protein mukosa. Senyawa saponin berfungsi mampu mengikat kolesterol dalam darah. Saponin memiliki kemampuan untuk melakukan penundaan penyerapan lemak oleh usus dengan cara menghambat aktivitas lipase pankreas, selain itu saponin juga mampu menghambat kelarutan misel untuk menekan emulsifikasi kolesterol dan memungkinkannya diangkut kedalam sel enterosit. Senyawa steroid juga mampu menurunkan kadar kolesterol yaitu menghambat ikatan sterol regulatory element (SRE) sehingga mengakibatkan penurunan aktivitas sintesis kolesterol dalam sel berkurang.Penelitian ini dilakuan dengan menggunakan tikus wistar jantan yang dibagi menjadi perlakuan A, B, C, D dan E. Tikus A dan B merupakan tikus kontrol yang terdiri dari kontrol positif yaitu tikus normal atau tidak diberikan perlakuan (A) dan kontrol negatif yaitu tikus yang diberi diet aterogenik (B). Tikus perlakuan terdiri dari tiga kelompok yang terdiri dari tikus perlakuan C, perlakuan D dan Perlakuan E. Perlakuan C merupakan tikus yang diberi diet aterogenik dan jus S. aquifolium 1mL 1x sehari. Perlakuan D yaitu tikus yang diberi diet aterogenik dan jus S. aquifolium 1mL 2x sehari. Tikus E yaitu tikus yang diberi diet aterogenik dan jus S. aquifolium 1mL 3x sehari. Penelitian ini dilakuakan selama 6 bulan dimulai dari bulan November hingga bulan April. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada tikus dilakukan uji yaitu kadar kolesterol dengan metode CHOD-PAP dan analisis histopatologi aorta menggunakan mikroskop. Hasil menunjukkan bahwa pemberian jus S. aquifolium 1mL 2x sehari mampu menurunkan kadar kolesterol dan mencegah kerusakan histopatologi aorta

    Jus Sargassum aquifolium Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol dan Kerusakan Histopatologi Tikus yang Diberi Diet Aterogenik

    No full text
    Hiperkolesterolemia merupakan gangguan metabolisme kolesterol yang disebabkan oleh kadar kolesterol dalam darah melebihi batas normal. Hiperkolesterolemia juga berkaitan dengan gangguan metabolisme dalam darah. Konsumsi makanan berkalori tinggi merupakan salah satu pemicu tingginya kadar kolesterol dalam tubuh. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh seperti diet aterogenik. Hiperkolesterolemia dapat menyebabkan kerusakan lapisan dan dinding pembuluh darah. Kerusakan pada pembuluh darah akan mengakibatkan berbagai macam gangguan. Aterosklerosis adalah salah satu kerusakan yang terjadi pada lapisan pembuluh darah arteri. Plak yang tertimbun di pembuluh darah akan mengakibatkan penyempitan atau penyumbatan. Adanya sumbatan dalam pembuluh darah akan menyebabkan lumen pembuluh darah menjadi sempit dan kehilangan elastis. Hal ini berkaitan dengan intake lemak dan karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan dalam tubuh. Selain itu semakin lama mengkonsumsi kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan hiperkolesterolemia. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kadar kolesterol tikus yang diberi diet aterogenik lebih tinggi dibanding tikus yang diberi pakan normal. Pangan fungsional merupakan bahan pangan yang memiliki fungsi fisiologis disamping utamanya penyedia energi. Sargassum sp memiliki fenolik yang dapat berperan sebagai penurun kadar kolesterol darah. Bioaktif tersebut banyak memberikan manfaat kesehatan, diantaranya penurunan glukosa darah dan peradangan. Sargassum aquifolium merupakan rumput laut coklat yang mengandung senyawa bioaktif seperti tanin dan saponin. Senyawa bioaktif dapat diperoleh dengan cara juicing. Metode slow juicer dilakukan untuk mengekstraksi karena beberapa bioaktif pada suhu diatas 50oC dapat mengalami perubahan struktur serta menghasilkan bioaktivitas yang rendah. Pada penelitian terdahulu bahwa pemberian jus dan dekok S. polycystum pada tikus DM sebanyak 1 mL dan 1,5 mL dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menghambat penyerapan gula darah di usus kecil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan deskriptif. Data yang didapatkan dalam penelitian ini dinyatakan sebagai rerata dan standar deviasi yang disajikan dalam grafik. Data yang diperoleh dianalisis dengan metotede analisis sidik ragam ANOVA dan uji lanjut Duncan dengan selang kepercayaan 5%. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tikus wistar jantan yang dibagi menjadi perlakuan A, B, C, D dan E. Tikus A merupakan tikus kontrol yang diberi pakan normaldan tidak diberi perlakuan. Tikus B merupakan tikus kontrol negatif yang diberi diet aterogenik. Tikus C, D dan E merupaka tikus yang diberi diet aterogenik dan jus S. aquifolium sebanyak 1mL 1x sehari, 1mL 2x sehari dan 1mL 3x sehari. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dimulai dari bulan November 2021 hingga bulan April 2022. Hasil uji fitokimia jus S. aquifolium menunjukan bahwa jus S. aquifolium mengandung 3 senyawa bioaktif yaitu saponin, tanin dan steroid dan tidak mengandung polifenol dan flavonoid. Hasil analisa kolesterol dan histopatologi arteri menunjukan bahwa S. aquifolium 1mL 2x sehari mampu menurunkan kadar kolesterol dan mencegah kerusakan histopatologi arteri

    Jus Sargassum aquifolium Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol dan Kerusakan Histopatologi Hati pada Tikus yang diberi Diet Aterogenik

    No full text
    Hiperkolesterolemia merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah. Umumnya kadar kolesterol normal pada manusia adalah <200 mg/dL. Kadar kolesterol normal pada tikus, yaitu 10-54 mg/dL. Mengonsumsi makanan high fat merupakan salah satu penyebab terjadinya peningkatan kadar kolesterol total dalam darah. Gangguan ini dapat memicu sirosis pada hati. Terdapat senyawa bioaktif yang mampu mencegah peningkatan kolesterol tersebut. Sargassum aquifolium merupakan rumput laut coklat yang memiliki kandungan bioaktif yang dapat dimanfaatkan sebagai pangan fungsional pencegah peningkatan kadar kolesterol tubuh. S. aquifolium mengandung senyawa tanin, saponin, florotanin, dan steroid sebagai senyawa bioaktif yang paling dominan. Kandungan senyawa bioaktif tersebut dapat diperoleh dengan metode slow juicing. Penelitian ini bertujuan mencegah peningkatan kadar kolesterol dan sirosis pada hati tikus. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang, Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang pada bulan November 2021-April 2022. S. aquifolium didapatkan dari Perairan Ekabuana, Teluk Ekas, Kepulauan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Tikus Wistar jantan (Rattus novergicus) umur 2-3 bulan dengan berat ±150 g yang digunakan sebagai hewan coba. Permodelan hiperkolesterol dilakukan dengan cara memberi pakan aterogenik selama 6 bulan. Metode fitokimia ditentukan berdasar metode Harborne. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dimana tiap kelompok terdapat 3 ekor tikus, yaitu kontrol positif, kontrol negatif, hewan coba hiperkolesterol yang diperlakukan dengan pemberian jus 1x, 2x, dan 3x sehari. Parameter yang diamati adalah kadar kolesterol dan profil hati. Analisis statistik yang digunakan untuk kadar kolesterol adalah analisis ANOVA satu arah yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Analisis data kerusakan histopatologi hati menggunakan uji Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan uji lanjut Man-Whitney. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%. Hasil menunjukkan bahwa jus S. aquifolium mengandung tanin, saponin, dan steroid. Hewan coba yang diberi diet aterogenik menunjukkan peningkatan kadar kolesterol serta hati mengalami sirosis. Pemberian jus S. aquifolium sebanyak 2 kali sehari mampu mencegah peningkatan kadar kolesterol serta mencegah kerusakan profil hati. Sedangkan pemberian sebanyak 3 kali sehari dapat menimbulkan efek toksik. Kesimpulannya adalah jus S. aquifolium mengandung senyawa bioaktif yang mampu mencegah peningkatan kadar kolesterol dan mencegah kerusakan profil hati pada tikus yang diberi diet aterogenik

    Optimasi Lama Perendaman KOH, Konsentrasi KOH dan Konsentrasi KCl Terhadap Karakteristik Karaginan Rumput Laut Merah (Kappaphycus alvarezii) Asal Kepulauan Aru, Maluku

    No full text
    Produksi rumput laut di Indonesia mencapai 9,12 juta ton. Rumput laut yang cukup potensial di Indonesia yaitu Eucheuma sp. Salah satu jenis Eucheuma sp. adalah Kappaphycus alvarezii. K. alvarezii banyak dibudidayakan hampir di seluruh perairan Indonesia. Salah satunya yaitu Kepulauan Aru. K. alvarezii mengandung unsur utama berupa karaginan. Karaginan yang dihasilkan dari rumput laut ini adalah jenis kappa karaginan. Karaginan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari beberapa spesies rumput laut atau alga merah (rhodophyceae). Ekstraksi karaginan diawali dengan penimbangan bahan baku, pencucian, perlakuan alkali menggunakan KOH atau NaOH, pemasakan, penyaringan, presipitasi menggunakan KCl atau isopropil alkohol, pengeringan dan penepungan. Penelitian mengenai metode ektraksi KOH pada rumput laut asal Kepulauan Aru belum pernah dilakukan, terutama mengenai optimasi produksi karaginan menggunakan metode ekstraksi KOH, lama perendaman KOH dan presipitasi dengan KCl. Berdasarkan penjelasan diatas maka perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap optimasi produksi karaginan dari rumput laut K. alvarezii asal Kepulauan Aru, Maluku Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui optimasi konsentrasi KOH, lama perendaman KOH dan konsentrasi KCl mampu memberikan pengaruh terhadap karakteristik karaginan K. alvarezii asal Kepulauan Aru, Maluku. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2022 sampai April 2023 yang bertempat di Laboratorium Ilmu Teknologi Hasil Perairan Divisi Perekayasaan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Biomassa, Fakultas Teknologi Pertanian dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati, Universitas Brawiaya. Metode penelitian yaitu metode eksperimen. Penelitian ini terbagi dalam dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan digunakan untuk menentukan titik tengah lama perendaman KOH, konsentrasi KOH dan konsentrasi KCl yang digunakan pada penelitian utama. Penelitian utama untuk menentukan optimasi formulasi produksi karaginan dengan menggunakan Design Expert 13. Metode Respon Surface Method (RSM) Box-Behnken dengan kombinasi tiga faktor yaitu lama perendaman KOH (F1), konsentrasi KOH (F2) dan konsentrasi KCl (F3). Variabel respon terdiri dari rendemen (A1), kadar air (A2), kadar abu (A3), kadar abu tidak larut asam (A4), kadar sulfat (5A), viskositas (6A), kekuatan gel (A7) dan derajat warna (A8). Dilanjutkan dengan pengujian ART-FTIR untuk memvalidasi gugus kappa karaginan. Data setiap respon dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel respon. Hasil penelitian pendahuluan diperoleh hasil titik tengah untuk konsentrasi KOH 7%, lama perendaman KOH 1,5 jam dan konsentrasi KCl 1%. Formulasi kombinasi dari ketiga faktor yang digunakan didapatkan nilai viskositas sebesar 23,94 cP. Nilai viskositas tersebut telah memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan oleh SNI yaitu >5 cP. Hasil penelitian utama dilakukan penentuan batas atas dan batas bawah pada dari titik tengah yang diperoleh. Diperoleh yaitu 17 run formulasi produksi karaginan yang disarankan Design Expert 13. Hasil respon rendemen (A1) sebesar 13,05%-20,64%, nilai respon kadar air (A2) sebesar 3.33%-6,63%, nilai respon kadar abu (A3) sebesar 29,3%-38,8%, nilai respon kadar abu tak larut asam (A4) sebesar 0,29%-0,97%, nilai respon kadar sulfat (A5) sebesar 22,22%- 4,68%, nilai respon viskositas (A6) sebesar 17,40-38,01 cPs, nilai respon kekuatan gel (A7) sebesar 959 g/cm3-1821 g/cm3 dan nilai respon derajat warna (A8) sebesar 76,13-84,23. Dilakukan tahap optimasi dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria maksimal untuk respon rendemen, viskositas, kekuatan gel dan derajat warna. Kriteria minimal untuk respon kadar air, kaadar abu tidak larut asam dan kadar sulfat. Keriteria in range hanya untuk respon kadar abu. Diperoleh solusi rekomendasi Design Expert 13 dengan nilai desirabilitas 0,74. Hasil verifikasi tidak berada pada kisaran nilai yang diprediksikan solusi. Hasil ATR-FTIR menunjukan bahwa karaginan berjenis kappa. Dari beberapa analisis yang dilakukan pada penelitian utama tidak didapatkan hasil yang optimal. Hal tersebut dikarenakan jangkauan range konsentrasi yang digunakan terlalu dekat pada faktor yang digunakan. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dan range konsentrasi lebih diperluas sehingga dapat menghasilkan karaginan yang optimal dengan nilai disirabilitas yang tinggi

    Optimasi Konsentrasi KOH, Lama Perendaman dengan KOH dan Konsentrasi KCl Terhadap Karakteristik Karaginan Rumput Laut Merah Kappaphycus alvarezii Asal Nunukan, Kalimantan Utara

    No full text
    merah (Rhodophyceae). K. alvarezii berkandungan karaginan, yaitu kappa karaginan. Karaginan diekstrak dengan larutan KOH dan dijendal dengan larutan KCl. Nunukan merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi rumput laut K. alvarezii tinggi sebagai bahan dalam pembuatan karaginan. Penelitian terdahulu mengenai optimasi ekstraksi karaginan bertujuan mendapatkan kualitas karaginan yang lebih baik. Hingga saat ini masih belum banyak kajian mengenai optimasi konsentrasi KOH, lama waktu ekstraksi, dan konsentrasi KCl dalam pembuatan karaginan dari rumput laut asal Nunukan, Kalimantan Utara sehingga harus dilakukan pengkajian lebih lanjut.Tujuan penelitian ini adalah optimasi konsentrasi dan lama waktu perendaman dengan KOH, dan konsentrasi KCl dari rumput laut K. alvarezii dari Perairan Nunukan, Kalimantan Utara. Penelitian terbagi menjadi 2 tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama mencakup penentuan optimasi produksi karaginan hingga verifikasi. Penelitian ini menggunakan aplikasi Design Expert versi 13 dan menggunakan berbagai konsentrasi KOH (6%, 7%, 8%), lama waktu perendaman dengan KOH (1 jam, 1,5 jam, dan 2 jam), dan konsentrasi KCl (0,5%, 1%, dan 1,5%). Analisis terhadap karakteristik fisika dan kimia dari karaginan, meliputi perhitungan rendemen, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sulfat, viskositas, kekuatan gel, derajat warna yang mengacu pada SNI dan FAO, hingga analisis terhadap gugus fungsi dengan menggunakan spektroskopi ATR-FTIR. Hasil respon kadar air, kadar abu, kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sulfat, viskositas, kekuatan gel, dan derajat warna telah memenuhi SNI maupun FAO. Sedangkan hasil respon rendemen masih belum memenuhi SNI, dimana hasil < 25%. Interaksi antara ketiga faktor memberikan pengaruh nyata terhadap respon rendemen, kadar abu, kadar abu tak larut asam, viskositas, kekuatan gel, dan derajat warna. Namun ketiga faktor tidak memberikan pengaruh nyata terhadap respon kadar air dan kadar sulfat. Berdasarkan hasil penelitian run 6 dengan konsentrasi KOH 7%, lama waktu perendaman dengan KOH 1,5 jam, dan konsentrasi KCl 1% memberikan hasil optimum. Hasil analisis ATR FTIR menunjukkan karaginan yang dihasilkan yaitu kappa karaginan karena memiliki ikatan ester sulfat, ikatan D-galaktosa-4-sulfat, ikatan 3,6-anhidro-D-galaktosa, dan ikatan glikosidik

    Jus Sargassum aquifolium Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol dan Kerusakan Histopatologi Otot Soleus Tikus Yang Diberi Diet Aterogenik

    No full text
    S. aquifolium merupakan makroalga berwarna coklat yang banyak tumbuh di daerah intertidal di daerah tropis dengan banyak terumbu karang S. aquifolium telah tercatat berada di sebagian besar negara Asia Tenggara. Habitat S. aquifolium pada substrat tanah berpasir dengan aliran air sedang. Rumput laut ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional karena mengandung senyawa bioaktif yang memiliki manfaat fisiologis bagi tubuh diantaranya mencegah penyakit degeneratif salah satunya hiperkolesterolemia. Hiperkolesterol merupakan suatu kondisi dimana kadar kolesterol pada darah melebihi batas normal, hal ini disebabkan oleh gangguan metabolisme lemak yang terjadi pada tubuh. Kadar kolesterol pada orang dewasa dinyatakan tinggi apabila melebihi >240mg/dL, sedangkan pada anak-anak dan remaja kadar kolesterol total dinyatakan tinggi apabila >200mg/dL. Penimbunan lemak pada otot dapat disebabkan karena aktivitas fisik yang kurang. Sel-sel otot akan kehilangan keelastisitasnya dan berkurangnya dalam mengatur tekanan darah. Hal ini disebabkan karena kurangnya pasokan darah ke otot kaki yang menyebabkan otot kaki melemah, selain itu seringnya mengalami kesemutan dan kram pada bagian kaki juga merupakan ciri-ciri tingginya kolesterol pada tubuh. Peningkatan kolesterol dalam tubuh dapat dicegah melalui pemberian pangan fungsional yang memiliki efek antihiperkolesterolemia salah satunya dari S. aquifolium. Senyawa bioaktif dari rumput laut ini dapat diperoleh melalui metode ekstraksi slow juicer. Pemilihan metode ekstraksi tersebut karena dapat meningkatkan sifat fisiologis senyawa bioaktif untuk mencegah terjadinya peningkatan kolesterol dalam tubuh. S. aquifolium mengandung tanin, saponin dan steroid yang memiliki efek fisiologis terhadap hiperkolesterolemia. Penelitian ini bertujuan untuk mencegah peningkatan kadar kolesterol dan kerusakan histopatologi otot soleus. S. aquifolium diperoleh dari Teluk Ekas, Nusa Tenggara Barat. Tikus wistar jantan (Rattus novergicus) umur 2-3 bulan, berat ± 150 g sebagai hewan coba. Pemodelan hiperkolesterolemia dilakukan melalui pemberian diet aterogenik selama ± 6 bulan dengan komposisi total pakan sebanyak 40 g/ekor (lemak babi 80 g, lemak kambing 80 g, 5 kuning telur bebek 75 g, pakan pabrikan (comfeed) 1200 g dan air 200 mL). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang pada bulan November 2021- April 2022. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan ANNOVA dan uji lanjut duncan untuk hasil uji kadar kolesterol dan uji Kruskal wallis dengan uji lanjut Mann-Whitney untuk skor histopatologi otot soleus. Uji fitokimia jus S. aquifolium diperoleh kandungan senyawa tanin, saponin dan steroid dengan hasil positif sedangkan dengan kandungan senyawa polifenol, flavonoid diperoleh hasil negatif. Pada perlakuan dengan pemberian jus S. aquifolium 2 kali sehari merupakan perlakuan terbaik dengan kadar kolesterol dan kerusakan histopatologi otot soleus, sementara pada pemberian jus S. aquifolium 3 kali sehari memberikan efek toksik yang ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol dan kerusakan histopatologi otot soleus pada tiap perlakuan

    Jus Sargassum Aquifolium Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol Dan Kerusakan Histopatologi Ginjal Pada Tikus Yang Diberi Diet Aterogenik

    No full text
    Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan dimana kondisi kolesterol melebihi batas normal didalam tubuh. Kondisi ini dapat mengakibatkan nekrosis pada ginjal. Beberapa bahan aktif diketahui mampu mencegah peningkatan kadar kolesterol. Sargassum aquifolium merupakan salah satu spesies rumput laut coklat yang berkandungan bioaktif. Beberapa bioaktif diketahui beraktivitas pencegah peningkatan kadar kolesterol. Slow juicing diketahui dapat mengekstraksi bioaktif suatu bahan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh jus S. aquifolium terhadap pencegahan peningkatan kadar kolesterol dan kerusakan profil ginjal tikus yang diberi diet aterogenik. S. aquifolium didapatkan dari perairan Ekabuana, Teluk Ekas, Nusa Tenggara Barat. Tikus Wistar jantan (Rattus novergicus) umur 2-3 bulan dengan berat ±150 g. Pemodelan hiperkolesterol dilakukan dengan cara memberi pakan high fat selama 6 bulan. Metode fitokimia ditentukan berdasar metode Harborne. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif, dan hewan hiperkolesterol yang diperlakukan dengan pemberian jus 1x, 2 x, dan 3x sehari. Tiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus. Parameter penelitian ini adalah kadar kolesterol dan profil ginjal. Analisa data yang digunakan yaitu analisis keragaman dan uji lanjutan Duncan dengan selang kepercayaan α=0,05. Hasil menunjukkan bahwa jus S. aquifolium mengandung tanin, saponin, dan steroid. Hewan coba yang diberi diet aterogenik menunjukkan peningkatan kadar kolesterol dan ginjal mengalami nekrosis. Pemberian jus S.aquifolium sebanyak 2x sehari mampu mencegah peningkatan kadar kolesterol total dan mencegah kerusakan profil ginjal dibanding perlakuan lainnya. Pemberian jus S.aquifolium 3 kali sehari memiliki kadar kolesterol paling tinggi dan memberikan efek kerusakan pada ginjal paling tinggi. Kesimpulan bahwa jus S.aquifolium mengandung senyawa bioaktif dan pemberiannya 2 kali sehari mampu mencegah peningkatan kadar kolesterol dan kerusakan profil ginjal tikus yang diberi diet aterogenik

    Optimasi Lama Perendaman, KOH Konsentrasi KOH dan Konsentrasi KCl Terhadap Karakteristik Karaginan Rumput Laut Merah (Kappaphycus alvarezii) Asal Buton, Sulawesi Tenggara

    No full text
    Indonesia adalah negara yang menghasilkan rumput laut, salah satu jenis rumput laut yang memiliki potensi besar adalah rumput laut merah (Eucheuma cottonii), yang kini dikenal sebagai Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkannya termasuk dalam fraksi kappa-karaginan. Budidaya rumput laut di Indonesia umumnya menggunakan genus Eucheuma dan salah satu daerah potensial untuk budidaya E. cottonii adalah Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara dengan volume produksi yang dihasilkan mencapai 4.291 ton di tahun 2016 menurut Asimu dan Dwi, (2018). K. alvarezii merupakan penghasil karaginan berjenis kappa yang dibuat dengan proses ekstraksi. Proses ekstraksi karaginan dari rumput laut K. alvarezii diawali dengan penimbangan rumput laut kering, perendaman dengan KOH, pencucian, hydroextraction, penyaringan filtrat, presipitasi dengan KCl, pengeringan dan penepungan. Upaya optimasi produksi karaginan di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara telah dilakukan oleh Afandi et al. (2015), menyatakan bahwa penggunaan konsentrasi KOH 8% dan KCl 0,16% memperoleh nilai rendemen 3,04% dengan lama waktu perendaman 2 jam. Nilai kekuatan gel yang diperoleh sebesar 16,20 g/cm2. Namun belum ditemukan adanya upaya optimasi produksi karaginan yang spesifik berasal dari Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimasi konsentrasi KOH, lama waktu ekstraksi perendaman KOH dan konsentrasi KCl pada proses produksi, terhadap karakteristik karaginan K. alvarezii asal Buton, Sulawesi Tenggara. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2022 sampai April 2023 yang bertempat di Laboratorium Ilmu Teknologi Hasil Perairan Divisi Perekayasaan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Biomassa, Fakultas Teknologi Pertanian dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati, Universitas Brawiaya. Metode penelitian yaitu metode eksperimen. Terbagi menjadi dua tahapan penelitian yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menemukan titik tengah dari 3 variabel bebas yaitu lama waktu perendaman KOH, konsentrasi KOH dan konsentrasi KCl. Penelitian utama dilakukan untuk mengoptimasi formulasi karaginan menggunakan aplikasi Design Expert v 13, metode respon surface method (RSM), Box-behnken Design dengan kombinasi faktor dari variabel bebas dan variabel respon terdiri dari rendemen (Y1), kadar air (Y2), kadar abu (Y3), kadar abu tidak larut asam (Y4), kadar sulfat (Y5), viskositas (Y6), kekuatan gel (Y7), dan derajat putih (Y8). Dilanjutkan dengan pengujian FTIR-ATR untuk memvalidasi gugus kappa karaginan. Data penelitian setiap respon dianalisis menggunakan Analysis Of Variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel respon yang dilakukan.Hasil penelitian pendahuluan diperoleh titik tengah untuk lama waktu perendaman KOH 1,5 jam, konsentrasi KOH 6% dan konsentrasi KCl 2%. Dari kombinasi tesebut didapatkan nilai viskositas sebesar 8,42 cP. Nilai viskositas tersebut telah memenuhi standar mutu karaginan yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu > 5 cP. Hasil penelitian utama dilakukan penentuan batas atas dan batas bawah dari nilai titik tengah. Didapatkan 17 formula karaginan yang telah disarankan oleh program Design Expert v 13. Nilai respon respon rendemen (A1) yang dihasilkan berkisar antara 10-17%. %. Nilai kadar air (A2) berkisar 2,03 -6,03%. Nilai kadar abu (A3) berkisar 36-48%. Nilai kadar abu tak larut asam (A4) berkisar 0,11-0,51%. Nilai kadar sulfat (A5) berkisar 2,07-4,39%. Nilai viskositas (A6) berkisar antara 15-46 cP. Nilai kekuatan gel (A7) berkisar antara 507-2242 g/cm2. Nilai derajat warna (A8) berkisar antara 75-85. Selanjutnya dilakukan tahap optimasi dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria maximize untuk respon rendemen, viskositas, kekuatan gel dan derajat putih. Kriteria minimize untuk respon kadar air, kaadar abu tidak larut asam dan kadar sulfat. Kriteria in range hanya untuk respon kadar abu. Diperoleh solusi rekomendasi Design Expert v 13 dengan nilai desirabilitas 0,726. Kombinasi dari lama waktu perendaman KOH, konsentrasi KOH dan konsentrasi KCl memberikan pengaruh nyata terhadap respon kadar abu dan kekuatan gel, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap respon rendemen, kadar air, kadar abu tidak larut asam, kadar sulfat, viskositas dan derajat warna. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya optimasi produksi karaginan dari K. alvarezii asal Buton, Sulawesi Tenggara belum sepenuhnya tercapai

    Senyawa Minuman Fungsional Campuran dari Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.), Daun Kelor (Moringa oleifera Lam), dan Rumput Laut Cokelat (Sargassum polycystum) sebagai Penghambat Aktivitas α- Glukosidase

    No full text
    Prevalensi diabetes mellitus yang kian tinggi dan efek samping obat-obatan dalam penangan DM menjadikan pencarian sumber baru yang berasal dari tumbuhan menjadi perhatian. Minuman yang memiliki fungsionalitas dalam kesehatan dicari khususnya oleh konsumen. Campuran beberapa bahan dapat meningkatkan sinergitas fungsional, salah satunya adalah pada campuran beberapa bahan alami pada minuman. Kunyit, kelor, dan rumput laut cokelat diketahui memiliki berbagai senyawa bioaktif. Senyawa-senyawa itu mampu berfungsi sebagai penghambat aktivitas α-glukosidase, yaitu enzim yang melanjutkan pemecahan disakarida dan oligosakarida menjadi glukosa. Menghambat kinerja enzim tersebut menjadi salah satu cara dalam perawatan orang dengan diabetes melitus. Namun, informasi mengenai karakter fisik, karakter kimia, keberadaan senyawa bioaktif pada minuman fungsional campuran rimpang kunyit (C. longa Linn), daun kelor (M. oleifera Lam), dan rumput laut cokelat (S. polycytsum) dan potensinya sebagai pangan fungsional yang dapat memperbaiki kondisi diabetes belum diungkap secara empiris. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh proporsi terbaik campuran bahan dari ketiga bahan sebagai minuman fungsional dan mengungkap mekanisme penghambatan enzim α-glukosidase oleh senyawa minuman fungsional melalui analisis in silico. Tahapan penelitian meliputi tahap karakterisasi bahan untuk mengetahui kadar air dari bahan baku segar dan tepungnya, kandungan fenolik total, florotanin total dari bahan baku segar, tepung, dan dekoknya, rendemen bahan, dan profil senyawa kimia dekok masing-masing bahan. Lalu selanjutnya adalah tahap karakterisasi minuman fungsional untuk mengetahui kandungan fenolik total dan florotanin total, serta profil senyawa kimianya. Tahap terakhir adalah karakterisasi penghambatan α-glukosidase untuk memprediksi aktivitas penghambatan α-glukosidase berdasarkan komposisi senyawa fenolik minuan fungsional dengan metode analisis in silico. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan mendapat ringkasan sebagai berikut. Karakteristik fisika bahan baku, yaitu kadar air menunjukkan bahwa kadar air bahan segar jauh lebih banyak daripada bahan kering yang sudah ditepungkan. Analisis terhadap kandungan fenolik total bahan baku menunjukkan bahwa kandungan fenolik total dalam bentuk tepung lebih tinggi daripada bentuk segarnya. Secara umum proses dekoksi (perebusan bahan) menghasilkan kandungan fenolik total lebih banyak, kecuali pada tepung kunyit. Begitu pula kandungan florotanin rumput laut cokelat lebih banyak saat ditepungkan dan direbus. Penapisan fitkokimia mengungkapkan bahwa dekoksi tepung rumput laut hanya menunjukkan adanya empat senyawa, yaitu saponin, steroid, terpenoid, dan polifenol. Dekoksi tepung daun kelor menunjukkan adanya flavonoid, steroid, terpenoid, tannin, dan polifenol. Dekoksi tepung rimpang kunyit menunjukkan adanya lebih banyak senyawa yang terekstraksi, yaitu alkaloid, saponin, steroid, terpenoid dan polifenol. Rendemen tepung rumput laut, daun kelor dan rimpang kunyit yang telah disaring dengan ayakan 40 mesh menghasilkan rendemen masing-masing dari berat awal sebesar 214,9 g (5,96%), 757,55 g (34%), dan 445 g (10,47%). Penurunan rendemen diakibatkan oleh penurunan kadar air dan adanya partikel yang tidak lolos dari ayakan sehingga mengurangi hasil rendemen. Profil senyawa dekoksi tepung rimpang kunyit hasil analisis LC-HRMS menunjukkan adanya senyawa yang diduga sebagai alkaloid golongan piperidin dan piridin, amida, amidin, amina, asam amino golongan asam amino-alfa, asam fenolat golongan hidroksisinamat, asetofenon, benzaldehida, benzamida, ester, gula amino, indol, keton, lakton, organosulfur golongan sulfonamida, purin, terpenoid golongan monoterpenoid, diterpenoid, dan seskuiterpenoid. Profil senyawa dekoksi tepung daun kelor hasil analisis LC-HRMS menunjukkan adanya senyawa yang diduga sebagai alkaloid golongn piridin, isokunolin, dan piperidin, amina, asam amino golongan alfa-asam amino, asam fenolat golongan asam hidroksibenzoat dan asam hidroksisinamat, asam lemak, asam lemak hidroksi, benzaldehida, diarilheptanoid, ester, fenol, guanidin, gula amino, indol, kuinon, organosulfur golongan sulfonamida, purin, ribonukleosida purin, senyawa karbonil, terpenoid golongan monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Profil senyawa dekoksi tepung rumput laut cokelat S. polycustum hasil analisis LC-HRMS menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang diduga sebagai alkaloid golongan piperidin dan piridin, amida, amina, asam amino golongan asam aminoalfa, asam fenolat golongan asam hidroksisinamat, asam lemak, benzaldehida, benzamida, benzenetriol, ester, indol, lakton, nukleosida, senyawa organofosfat, senyawa organosulfur, purin dan terpenoid golongan seskuiterpenoid. Proporsi campuran terbaik masing-masing bahan untuk minuman fungsional adalah TRL%:TDK%:TRK% (25%:25%:50%) dengan kandungan fenolik total 6,92 ± 0,10 mg GAE/g dan florotanin total 4.85 ± 0,11 mgPGE/g, dan adanya senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, terpenoid, tannin, polifenol. Profil senyawa minuman fungsional hasil analisis LC-HRMS menunjukkan adanya senyawa yang berbeda-beda yang diduga sebagai alkaloid golongan indol, solanaseus, isokunolin, kuinolin, piperidin, dan piridin, alkohol, amida, amida lemak, amina, asam amino golongan asam amino-alfa, asam fenolat golongan asam hidroksi benzoat dan asam hidroksisinamat, asam lemak, asam lemak hidroksi, asam valerenat, asetofenon, benzaldehida, benzamida, benzopiran, diarilheptanoid, ester, flavonoid golongan flavon, flavonol, dan glikosida flavonol, guanidin, hidroksipolieter, indol, keton, kumarin, lainya, oligosakarida, organofosfat, organosulfur golongan sulfonamida, pirimidin, purin, pirolidinon, purin, sinamaldehida, terpenoid golongan monoterpenoid, diterpenoid dan seskuiterpenoid, dan senyawa yang tidak diketahui. Hasil PASS online menunjukkan prediksi sebagian besar probabilitas menjadi aktif walaupun rendah pada senyawa fenolik minuman fungsional campuran rimpang kunyit, daun kelor, dan rumput laut cokelat (Pa<0,5), kecuali pada 3''-OL- rhamnopyranosylastragalin, kuersetin-3β-D-glukosida, trifolin, rutin, isoviteksin, dan kuersetin 3-O-malonilglukosida yang memiliki Pa>0,7. Tiga senyawa dari minuman fungsional membentuk ikatan hidrogen pada residu asam amino yang sama (Glu687) dengan acarbose yaitu, 3''-O-LRhamnopyranosylastragalin, kuersetin-3β-D-glukosida, dan trifolin. Masingmasing memiliki nilai afinitas pengikatan sebesar -9,0 kkal/mol, -7,7 kkal/mol, dan -7,5kkal/mol lebih besar dari acarbose (-7,3 kkal/mol). Ketiga senyawa ini berpotensi menjadi senyawa yang mampu menghambat aktivitas terminal N-SI. Selain itu rutin dan isoviteksin dengan afinitas pengikatan sebesar -9,0 dan -8,4 kkal/mol juga berikatan dengan residu asam amino pada subset gula +1 dan subset gula -1 terminal N-SI juga berpotensi sebagai penghambat. Kuersetin 3- vii O-malonilglukosida memiliki nilai afinitas pengikatan lebih besar yaitu -7,9 kkal/mol dibanding NAG (-6,2 kkal/mol) juga berpotesi sebagai penghambat aktivitas α-glukosidase. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi senyawa lain untuk mejadi penghambat enzim alfa glukosidase

    Pemanfaatan Selada Romaine (Lactuca sativa L.) Dan Pseudomonas putida Sebagai Bioremediator Limbah Ikan Koi (Cyprinus carpio L.) Pada Sistem Akuaponik

    No full text
    Indonesia merupakan salah satu sentra perikanan yang memberikan kontribusi signifikan terhadap produksi ikan secara internasional. Jumlah produksi ikan tersebut tak lepas dari kegiatan budidaya baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Salah satu ikan hias yang dikembangkan dan menjadi komoditas utama untuk diperdagangkan ialah ikan koi, bahkan menjadi komoditas andalan di beberapa daerah diantaranya Sukabumi, Cianjur, dan Blitar (Kursini, 2015). Tujuan penelitian ini adalah: Memperoleh efektivitas bioremidiator budidaya ikan koi dengan pemberian Pseudomonas putida, Memperoleh efektivitas bioremediator limbah budidaya Ikan koi menggunakan selada romain pada sistem akuaponik, Memperoleh pengaruh air hasil bioremediator terhadap performa ikan koi selama pemeliharaan. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial. Faktor pertama adalah penambahan bakteri dalam sistem budidaya ikan, dimana ikan diberikan 20 ekor/aquarium. Adapun model RAL Faktorial yang secara umum sebagai berikut: P1 = tanpa penambahan bakteri , P2 = dengan penambahan P.putida. Faktor kedua adalah tiga taraf kepadatan tanaman selada yang mengacu pada penelitian Marpaung et al. (2017) dengan modifikasi, yaitu: T1 = 5 tanaman/aquarium, T2 = 10 tanaman/aquarium, T3 = 15 tanaman/aquarium. Hasil untuk SGR tertinggi 4,8 dengan kepadatan 15 tanaman dan terendah 3,6 dengan kepadatan 10 tanaman. SR tertinggi 100% dengan kepadatan 15 tanaman dan terendah 86% dengan kepadatan 10 tanaman. Suhu 25-29 oC dengan kepadatan 10 tanaman. pH 8,36 dengan kepadatan 15 tanaman. DO tertinggi 7,33 dengan 15 tanaman dan terendah 3,3 dengan 10 tanaman. Amonia tertinggi 0,05 dengan kepadatan 5 tanaman dan terendah 0,09 dengan kepadatan 15 tanaman. Nitrit tertinggi 1,39 dengan kepadatan 5 tanaman dan terendah 3,07 dengan 5 tanaman. Nitrat 3,07 dengan 5 tanaman. Fosfat 2,58 dengan 5 tanaman, dan TDS tertinggi 140 mg/l dengn 15 tanaman dan terendah 142 mg/l dengan kepadatan 15 tanaman. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Pada budidaya ikan koi yang diberi P. putida dapat memberikan hasil yang nyata pada parameter pH, SGR, dan fosfat. Sedangakan pada budidaya ikan koi yang diberi Tanaman Selada Romain dapat memberikan hasil yang nyata pada parameter suhu dan amonia, dan pada Budidaya ikan koi yang diberi P. putida dan Tanaman selada Romaine dapat memberikan hasil yang nyata pada parameter SR, Nitrit, dan DO
    corecore