7 research outputs found
PENERIMAAN DUKUNGAN SOSIAL SEBAGAI PREDIKTOR RESILIENSI PADA TENAGA KESEHATAN DI MASA PANDEMI COVID 19
Dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan perceived social support dengan resiliensi frontliners tenaga kesehatan di masa pandemi COVID-19. Perceived social support dipahami sebagai dukungan yang bersumber dari keluarga, teman, dan significant other, yang mengacu pada cakupan jaringan sosial yang dimiliki individu sebagai tempat mendapatkan dukungan. Penelitian ini menggunakan teknik sampling aksidental (Accidental Sampling). Responden dalam penelitian ini ditujukan pada tenaga kesehatan yang menghadapi, merawat, berinteraksi, maupun ikut serta/terlibat dalam penanganan pasien COVID-19 yang berjumlah 112 responden, dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan uji korelasi. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Multidimensional perceived social support scale oleh Zimet (1988), dan skala Connor Davidson Resilience scale 25 oleh Connor dan Davidson (2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara perceived social support dengan resiliensi frontliners tenaga kesehatan di masa pandemi COVID-19 memiliki hubungan dengan signifikansi positif, yang berarti tingginya perceived social support maka resiliensi juga meningkat begitupun sebaliknya
The Role of Technostress on Educators' Work Performance at Universities in the Special Capital Region of Jakarta
The COVID-19 pandemic forced the education system to adapt a new teaching system from offline to online. However, the ability of lecturers is often unable to keep up with rapid technological developments and the lack of resources provided by institutions, causes lecturers to feel stressed during the teaching and learning process. This study aims to determine the effect of technostress on lecturer performance using the Person-Organization Fit theory approach. The results showed that at the organizational level, the discrepancy between abilities and demands (AD-O) (B= -.39; p.01) had a significant negative and positive effect on lecturer needs with supplies (NS-O) (B=. 24;p.05) with performance. At the individual level, the mismatch between needs and supply (NS-T) (B=-.51; p.01), the absence of social support from colleagues (PPF) (B=-.32; p.01) had an effect significant negative. The findings of this study indicate that both the organizational level and peer support (AD-O and PPF) as well as the individual level (NS-T) play an important role in predicting a decrease in lecturer performance, while the mismatch between ability demands at the individual level has no effect on performance. The implications of this research will be discussed further in the discussion.
RESILIENSI PADA SISWA-SISWI PRA-REMAJA
Resiliensi didefinisikan sebagai suatu proses dinamis dimana seseorang mampu menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi kesukaran atau kemalangan (adversiti), tidak hanya perubahan secara fisiologis tetapi psikososial harus dilewati pada masa pra remaja. Perubahan tersebut tak ayal menjadi sebuah tantangan yang dihadapi oleh anak pra remaja dan menuntut mereka mengembangkan kemampuan resiliensi. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana kondisi resiliensi pada anak pra remaja dengan metode kuantitatif deskriptif dan menggunakan teknik convenience sampling. Sebanyak 668 responden berusia pra remaja berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa resiliensi anak pra remaja di Jakarta tergolong sedang (47.3 %) yang artinya cukup baik dalam beradaptasi dan bangkit serta mampu menyelesaikan suatu masalah. Sebanyak 26.7 persen terkategori rendah dan sebanyak 25.7 persen terkategori tinggi, dimana perempuan menunjukkan kemampuan resiliensi lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Tingkat vulnerabiliti juga didominasi oleh kategori sedang (45.7 %) yang mengindikasikan bahwa anak pra remaja sudah cukup mampu mengolah reaksi emosi negatif dalam dirinya. Implikasi penelitian menunjukkan bahwa masa pra remaja penting untuk memiliki kemampuan resilien, oleh karena itu saran dalam penelitian ini adalah baik sekolah dan orang tua harus terlibat dan berperan signifikan untuk dapat meningkatkan kemampuan resiliensi anak pra remaja
PENERAPAN MODEL THINK-PAIR-SHARE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BERLAJAR SISWA DI SMKN 1 BOJONEGORO
Cooperatif learning model type Think-Pair-Share is very effective in improving student learning outcomes for this model is a learning exchange ideas in pairs (Think, Pair, Share) that allow students to work independently and in collaboration with other students. Thus, in this case students have more potential than the model pembelajaran lectures in achieving mastery of student learning outcomes. And this learning model got a pretty good response from the students because the students agree that having more opportunities to understand the material through learning in pairs from the study independently or individual.
Keyword: Tipe Think Pair Share, Hasil Belajar
 
PENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. NIPRESS TBK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi, disiplin kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Nipress Tbk. Jenis penelitianyang digunakanpenelitian penjelasan denganpendekatan kuantitatif. Obyek penelitiannya adalah karyawan PT. Nipress Tbk, dengan jumlah sampel 90 orang dengan periode pengamatan 2016 - 2017. Variabelindependen adalah motivasi, disiplin kerja dan budaya organisasi sedangkan variabel dependennya adalah kinerja karyawan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian iniadalah regresi linear berganda.Hasil penelitian menunjukkan motivasi, disiplin kerja, dan budaya organisasi secara bersama sama(simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Secara parsial motivasi, disiplin kerja dan budaya organisasi berpengaruh signifikanpositif terhadap kinerja karyawan
Iklim Psikologis sebagai Prediktor Kesejahteraan Psikologis pada Karyawan Industri Farmasi di Jabodetabek
Psychological Climate as a Predictor of Psychological Well-Being for Pharmaceutical Industry Employees in JabodetabekThis study aims to analyze the relationship between psychological climate and psychological well-being of pharmaceutical industry employees in the Greater Jakarta area. Psychological well-being is defined as a state where employees of the pharmaceutical industry do not experience anxiety, anxiety, depression, and various other psychological disorders. This research was conducted using a quantitative correlational study with 176 respondents, using the Psychological Well-Being Scale (PSWBS) to measure psychological well-being and the Psychological Climate Scale (PCS) to measure psychological climate. Data analysis was performed using simple regression analysis to test the hypothesis. The results of the study found that there was a positive relationship between psychological climate and psychological well-being of pharmaceutical industry employees. With the influence of a psychological climate of 4.00% on psychological well-being, younger employees tend to have higher psychological well-being than older employees