17 research outputs found

    Konsep Kebangsaan pada Pertunjukan Kreasi Teater Tutur Aceh Karya PASUA PA

    Get PDF
    PASUA PA (Papua, Sunda, Aceh Performing Art) is a performance art work inspired by three ethnic regions, namely Papua, Sunda and Aceh. The three regions are united in a research and creation of performing arts works that carry the indigenous of each region as a form of Indonesian multiculturalism. Aceh, which is echoed by speech theater in its performing arts, is one of the means for the abstraction of national values found in PASUA PA's works. The text that was present had the theme of locality from Papua, Sundanese and Aceh which reflected the diversity of Indonesian arts and culture. The creation of PASUA PA is a research assignment for RISTEK BRIN that focuses on qualitative research and a 4.0-based model of art creation with the aim of turning performance art into new media art content.AbstrakPASUA PA (Papua, Sunda, Aceh Performing Art) merupakan karya kreasi seni pertunjukan yang diilhami dari tiga wilayah suku bangsa yakni Papua, Sunda dan Aceh. Ketiga wilayah disatukan dalam sebuah riset dan penciptan karya seni pertunjukan yang mengusung indigenous masing-masing wilayah sebagai wujud multicultural Indonesia. Aceh yang digaungkan dengan teater tutur pada seni pertunjukannya menjadi salah satu wahana abstraksi nilai kebangsaan yang terdapat pada karya PASUA PA. Teks yang hadir bertemakan lokalitas dari Papua, Sunda dan Aceh yang mencerminkan keberagaman seni budaya bangsa Indonesia. Penciptaan PASUA PA merupakan sebuah riset penugasan RISTEK BRIN yang berfokus pada penelitian kualitatif dan model penciptaan karya seni berbasis 4.0 dengan tujuan menjadikan seni pertunjukan sebagai konten seni media baru.

    Pewarisan Seni Rapa’i dabo’ih sebagai Reproduksi Budaya di Perkampungan Bekas Evakuasi Pascatsunami Aceh

    Get PDF
    ABSTRACTThe evacuation of victims of the Aceh tsunami in 2004 in the CARE refugee camps formed sociology as a new community despite having different ethnographic backgrounds from various parts of the Aceh coast. Interestingly, the cultural arts practices that exist in CARE village to date are the performing arts that developed in Pulo Aceh before the tsunami, namely Rapa’iDabo’ih. Seeing the symptoms of cultural reproduction is interesting to study because the refugees came from various regions in Aceh. The purpose of this study was to determine the factors of cultural reproduction and how to implement them in the art work of Rapa’i dabo’ih by the Bungong Sitangkee group. The research is qualitative research. Cultural reproduction in traditional arts through the presentation of the Rapa’i Daboih performance of the Sitangkee Group is the focus of this research. The theoretical basis used is the thought of cultural reproduction put forward by Pierre Bourdieu. The cultural reproduction of Rapa’i dabo’ih by the Bungong Sitangkee group is a system of cultural inheritance, namely the maintenance of knowledge and experience from one generation to the next.Keywords: Cultural Reproduction, Post-Tsunami, Rapa’i dabo’ih, Bungong Sitangkee Group, and CARE Evacuation.ABSTRAKEvakuasi korban tsunami Aceh tahun 2004 di pengungsian CARE membentuk sosiologi sebagai komunitas masyarakat baru meski memiliki latar belakang etnografi yang berbeda dari berbagai penjuru pesisir Aceh. Menariknya, praktik-praktik seni budaya yang eksis di perkampungan CARE hingga saat ini adalah seni pertunjukan yang berkembang di Pulo Aceh sebelum masa tsunami, yakni Rapa’i dabo’ih. Melihat gejala reproduksi budaya tersebut menjadi menarik untuk diteliti sebab para pengungsi berasal dari berbagai daerah di Aceh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor terjadinya reproduksi budaya dan bagaimana implementasinya dalam garapan seni Rapa’i dabo’ih oleh grup Bungong Sitangkee. Penelitian adalah penelitian kualitatif. Reproduksi budaya dalam kesenian tradisional melalui penyajian pertunjukan Rapa’i daboih Grup Sitangkee adalah fokus dalam penelitian ini. Landasan teoritis yang digunakan adalah pemikiran reproduksi budaya yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Reproduksi budaya Rapa’i dabo’ih oleh grup Bungong Sitangkee adalah sistem pewarisan budaya yaitu sebagai pemeliharaan pengetahuan dan pengalaman dari satu generasi ke generasi berikutnya.Kata kunci: Reproduksi budaya, Pascatsunami, Rapa’i dabo’ih, Grup Bungong Sitangkee, dan Pengungsian CARE

    Alua Jo Patuik Simarantang Karang Manih dalam Bingkai Proses Kreatif Efyuhardi

    Get PDF
    Intellectual beauty is a wonderful thought based on science. The beauty in the sense of a purely aesthetic concerns aesthetic experience of a person in relation to everything dicerapnya. Efyuhardi traditions of knowledge as the son of Pariaman area, as well as the knowledge acquired through the theater Theater Arts education makes work interesting Manih Simarantang Reefs for review of the creative process. Efyuhardi implement cultural creativity in the form of Pariaman to Simarantang identified as Tuo Randai. Efyuhardi creative acts of the creation of the Simarantang  Karang Manih shelter on aesthetics Minangkabau is Alua jo Patuik.  Keywords: Simarantang Karang Manih, Efyuhardi, and Alua jo Patui

    APLIKASI TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY DALAM KONSERVASI SITUS WARISAN BUDAYA DAN MITIGASI BENCANA GUNUNG GALUNGGUNG JAWA BARAT INDONESIA

    Get PDF
    The name Galunggung is very well known to the people of Indonesia as the name of the mountain and the name of an Old Sundanese Manuscript. The ancient manuscript of Amanat Galunggung is a manuscript written in the 16th century and contains the teachings of life or local genius of the Sukapura or Tasikmalaya people. Mount Galunggung has experienced several eruptions from 1822 to 1983. The eruption of Mount Galunggung has had a catastrophic impact on the community and provided long term benefits for improving the soil fertility around the Mount Galunggung site such as the Indihiang site. Various disasters that have occurred due to volcanic eruptions in various regions have become a source of learning for the community to mitigate disasters from an early age. This research uses qualitative methods and digital augmented reality techniques. Augmented Reality can be used in visualizing and simulating mountain sites or other cultural heritage sites. The results of this study recommend the application of Augmented Realty technology in the conservation of cultural heritage sites and disaster mitigation as well as the planning program for the nomination of mountain sites in Indonesia for UNESCO’s world cultural heritage by the Indonesian government. Various efforts to develop site conservation with digital 4.0 technology and assistance for local communities involving universities, local governments, museum communities and the cultural arts tourism industry. The use of Augmented Reality can be useful for increasing understanding and learning experiences about cultural sites and heritage in tertiary, primary and secondary education

    Aesthetic Transformation in the Production Process of the Augmented Reality Folklore Pasua Realtime Performance

    Get PDF
    At present, the view of aesthetics has undergone a shift in line with the aesthetic concepts that have emerged in every era. This aesthetic transformation preserves cultural values in the Millennium Era, following along with the development of performing arts in Indonesia which are also growing. In the production of performing arts there is a need for continuous creativity. Creativity is a very important factor in the life of art, that at least creativity has three benefits: a) enabling humans to provide the strongest response to new situations, b) reacting more strongly to old challenges, c) organizing new situations and giving strong response to it. Creativity allows artists to improve the quality of the presentation of a new and original performance art.This paper is the result of the Research of the Consortium in the field of Art by raising three cultural phenomena that exist in the archipelago, namely Papua, Sunda, and Aceh. The structure of these three territorial territories is a name of virtual reality that is typical of PASUA's Augmented Reality (AR) (Papua-Sunda-Aceh) Performance Arts (PA) 4.0. An augmented reality real time synchronization in the creation of performance art 4.0. which describes the cycle of human life symbolized by the Sun. Beginning with the sun rising in Papua, it then shines on the land of Parahyangan, Sunda and finally sets in Aceh, the Veranda of Mecca

    SENI DIGITAL WISATA TEKNOLOGI AR PASUA PA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

    Get PDF
    ABSTRAKIndonesia memiliki beragam potensi alam, seni, budaya, pendidikan, kuliner, sejarah, teknologi, dan religi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik utama wisata. Tulisan ini merupakan hasil penelitian Konsorsium Kemenristekdikti dengan mengangkat seni tradisi dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, ISBI Papua, dan ISBI Aceh. Penelitian ini menerapkan teknologi Augmented Reality (AR) pada kesenian yang ada di Papua, Sunda, dan Aceh (PASUA) sebagai Performent Art (PA), sehingga seni wisata digital ini menjadi sebuah produk karya seni budaya AR Pasua PA, yang secara khusus menggarap perkembangan seni tradisi sebagai kearifan lokaldalam perkembangan seni digital sebagai salah satu bentuk pengemasan seni wisata.Potensi seni digital AR Pasua PA cukup menarik menjadi salah satu asset wisata devisa non migas yang perlu ditingkatkan pengelolaan dan pemberdayaannya. Oleh karena itu, kesiapan pembuatan AR Pasua PA dalam pengembangan wisata seni digital masih perlu ditingkatkan di era industri 4.0 berbasis kearifan lokal. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk memetakan zonasi pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter masyarakat wilayah Timur dari Papua, selanjutnya Tengah dari Sunda, dan Barat dari Aceh, seperti perjalanan matahari dari terbit di Tanah Papua , selanjutnya bersinar di Tanah Parahyangan , dan akhirnya terbenam di Serambi Aceh. Analisis sistem pengembangan pariwisata berbasis seni digital diterapkan di Perguruan Tinggi Seni di Indonesia, sehingga perlu dilakukan tercipta model AR Pasua PA dalam pengembangan dan pengelolaan wisata berbasis teknologi augmented reality. Hasil penelitian yang diharapkan adalah terciptanya sebuah model pengembangan pariwisata seni digital yang terpadu berbasis kearifan lokal, khususnya Papua, Sunda, dan Aceh, yang dapat diterapkan di seluruh PT Seni di Indonesia, khususnya di wilayah ISBI Bandung, ISBI Papua, dan ISBI Aceh.Kata kunci: wisata seni digital, teknologi augmented reality, kearifan lolal.ABSTRACTSIndonesia has a variety of natural, artistic, cultural, educational, culinary, historical, technological and religious potentials that can be developed as the main tourist attraction.This paper is the result of a research by the Consortium of the Ministry of Research, Technology and Higher Education (Kemenristekdikti) by bringing up traditional arts from the Indonesian Cultural Arts Institute (ISBI) Bandung, ISBI Papua, and ISBI Aceh. This study applies Augmented Reality (AR) technology to arts in Papua, Sunda and Aceh (PASUA) as Performance Art (PA), so that this digital tourism art becomes a product of AR Pasua PA cultural art, which specifically works on the development traditional art as local wisdom in the development of digital art as a form of tourist art packaging.The potential of AR Pasua PA digital art is quite interesting being one of the non-oil and gas foreign exchange tourism assets that needs to be improved in its management and empowerment. Therefore, the readiness to make AR Pasua PA in the development of digital art tourism still needs to be improved in the er

    Sosiologi Seni: Pendekatan dari Berbagai Disiplin Ilmu

    Get PDF
    Sangat menarik, di mana anggota Citra Srikandi Indonesia (CSI) merupakan kumpulan dosen, pegiat seni khususnya untuk kaum perempuan yang memiliki tingkat aktivitas super sibuk tetapi bersedia meluangkan waktu untuk menulis. Pastinya karena ada yang ingin disampaikan. Kira-kira seperti apa yang disampaikan? Baiknya kita selami bersama dengan membaca satu per satu tulisan di buku ini. Semangat kolaborasi dalam pembuatan buku ini amat terasa. Sejak awal, tim penyusun buku terdiri atas dosen, pegiat seni, dan guru yang semuanya adalah perempuan tangguh. Begitu juga dengan latar belakang penulis. Hasilnya sungguh luar biasa! Selain kolaborasi, semangat kebebasan dalam menentukan topik sesuai dengan tema yang sudah ditentukan juga tidak dibatasi. Oleh sebab itu, tidak perlu heran jika melihat betapa kaya dan luasnya kumpulan buku ini

    REPRODUKSI RAPA’I DABO’IH DALAM RUANG KREATIVITAS GRUP BUNGONG SITANGKEE

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kreativitas dalam reproduksi budaya yang terjadi pada rapa’i dabo’ih grup Bungong Sitangkee. Penelitan ini merupakan jenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan strategi studi kasus, yang dilaksanakan pada bulan Maret 2019 di Desa Teurebeh Kec. Kota Jantho Kab. Aceh Besar. Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah Rapa’i dabo’ih grup Bungong Sitangkee Kec. Kota Jantho Kab. Aceh Besar. Teknik pengumpulan data penelitian melalui teknik wawancara, observasi partisipatif dan dokumentasi. Reproduksi rapa’i dabo’ih  grup Bungong Sitangkee dikaji dengan konsep kreativitas. Langkah-langkah penelitian, yaitu: 1) pengelompokan secara sistematis seluruh data dalam sistem tunggal, 2) menyediakan kriteria untuk klasifikasi setiap unsur data, 3) mengorganisasikan data yang telah diklarifikasikan ke dalam tipe tertentu, 4) mempelajari, menentukan dan menguraikan data dalam kerangka sistem yang telah dibuat sebelum mempelajari kebudayaan. Analisis data menggunakan model interaktif. Lalu, validitas data menggunakan review informan dan trianggulasi sumber. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, disimpulkan bahwa reproduksi rapa’i dabo’ih oleh grup Bungong Sitangkee merupakan kreativitas dalam mengupayakan pelestarian dan pengembangan seni budaya pascatsunami. Grup Bungong Sitangkee eksis mempresentasikan rapa’i dabo’ih kepada masyarakat sekitarnya dan menjadi media hiburan sekaligus penyampaian pesan dalam acara yang disesuaikan dengan tema acara. Rapa’i dabo’ih tidak hanya sebuah pementasan tunggal, namun dapat menjadi bagian  dari kegiatan di masyarakat, serta daya kreatif grup Bungong Sitangkee menjadi modal reproduksi rapa’i dabo’h sebagai wujud ekspresi sosial masyarakatnya.Kata kunci:  reproduksi, rapa’i dabo’ih, ruang lingkup kreativitas, grub bungong sitangke

    Lake Toba Tradisional Musik Festival (LTTMF) dalam Ruang Kreatif Penciptaan Karya Komposisi Musik

    No full text
    Lake Toba Traditional Musik Festival (LTTMF) merupakan sebuah program dalam mewujudkan pemajuan seni budaya dan pariwisata sekitaran danau Toba di Sumatera Utara dengan memperkuat ekosistem seni pertunjukan khususnya musik tradisi. Program ini digagas pada tahun 2021 oleh Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek melalui Dit. Perfilman, Musik, dan Media serta UPT BPNB Aceh yang berkerjasama dengan Rumah Karya Indonesia. Dalam festival ini dua belas komposer musik tradisi telah mengaktualisasi karya mereka dalam bentukklip video, festival daring, serta perekaman lagu untuk kemudian ditayangkan dalam platform online. Lake Toba Musik Traditional Musik Festival (LTTMF) membuka ruang kolaboratif dengan 12 komposer di wilayah Nusantara memalui open call dan kurasi yang diharapkan dapat menjadi ruang ekpresi bermusik para seniman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses kreatif penciptaan karya komposisi musik pada Lake Toba Musik Tradisional Festival (LTTMF). Hasil dari penelitian ini berupa catatan tahapan proses kreatif Lake Toba Tradisional Musik Festival yang berbasis riset yang ditenggarai oleh Rumah Karya Indonesia dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang mengilhami karya musik diantaranya workshop dari seniman lokal Toba, kolaborasi permainan musik tradisi, FGD panitia, komposer dan kurator memahami hasil pengenalan musik tradisi serta penentuan konsep musik / ide musik yang akan diangkat menjadi pijakan dalam membuat karya musik oleh masing-masing komposer
    corecore