9 research outputs found

    Prediksi Ketinggian Gelombang Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan (JST) di Laut Jawa

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara kepulauan, oleh sebab itu jalur perdagangan paling padat adalah jalur laut. Potensi kecelakaan pelayaran di Indonesia salah satunya disebabkan oleh ketinggian gelombang (Hs) yang besar. Jaringan Syaraf Tiruan merupakan salah satu algoritma yang dapat memprediksi ketinggian gelombang berdasarkan kecepatan angin dan ketinggian gelombang. Penelitian ini memprediksi ketinggian gelombang satu jam kedepan. Rata-rata Root Mean Square Error (RMSE) yang didapatkan sebesar 0.04. Kata kunci: ketinggian gelombang, JST, kecepatan angi

    Analisis Penjadwalan Kegiatan Pengerukan pada Proyek Pembangunan Pelabuhan Bias Munjul

    Get PDF
    Pengerukan jalur pelayaran masih menjadi permasalahan dalam pembangunan di Pelabuhan Bias Munjul. kontraktor utama mengakhiri kerja sama dengan subkontraktor A pada bulan Oktober dan digantikan oleh Subkontraktor B menggunakan kapal cutter suction dredger (CSD) Y pada bulan November. Kerjasama dihentikan karena keterlambatan akibat seringnya terjadi kerusakan kapal CSD X milik subkontraktor A, sehingga hanya berhasil mengeruk sampai stationing (STA) 625 dengan durasi melebihi rencana awal. Pengerukan oleh subkontraktor B menggunakan kapal CSD Y dimulai dari STA 625 hingga STA 0, dan juga pada area kapal cepat. Karena penggantian kapal keruk, penjadwalan waktu kapal CSD Y perlu direncanakan, selaras dengan rencana awal dan untuk meminimalkan keterlambatan yang dapat mempengaruhi jadwal seluruh proyek pembangunan Pelabuhan Bias Munjul. Critical Path Method (CPM) cukup sering digunakan oleh berbagai proyek konstruksi, metode CPM akan dibandingkan dengan metode Critical Chain Project Management (CCPM) yang merupakan metode pengembangan dari CPM. Namun metode CCPM akan menghapus waktu keselamatan dari keseluruhan durasi waktu kerja dan dikendalikan oleh manajemen buffer. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan perencanaan jaringan dan durasi kerja. Waktu buffer dihitung dengan menggunakan Root Square Error Method (RSEM). Selama analisis penjadwalan, perhitungan dilakukan secara manual dan menggunakan Microsoft Project. CPM dapat diselesaikan dalam 239 hari. Sedangkan metode CCPM dapat diselesaikan dalam waktu 231 hari, dengan tambahan waktu buffer 12 hari. Metode CCPM menghasilkan durasi jadwal yang berlangsung 8 hari lebih cepat dari metode CPM

    Analisis Penjadwalan Kegiatan Pengerukan pada Proyek Pembangunan Pelabuhan Bias Munjul

    Get PDF
    Kerusakan CSD Galileo menyebabkan pihak kontraktor menghentikan kerja sama dengan Sub-contractor A dan digantikan dengan Sub-contractor B menggunakan CSD Julong untuk melakukan pengerukan alur pelayaran dan kolam fast boat Pelabuhan Bias Munjul. Pengerukan dengan CSD Julong dilakukan dari Sta. 625 sampai Sta. 0 dan area fast boat. Dikarenakan terjadi penggantian kapal keruk diperlukan penjadwalan untuk kegiatan pengerukan CSD Julong agar sesuai dengan perencanaan awal dan meminimalisir keterlambatan yang memengaruhi keseluruhan proyek pembangunan Pelabuhan Bias Munjul. Metode Critical Path Method (CPM) cukup sering digunakan berbagai proyek, metode tersebut akan dibandingkan dengan metode Critical Chain Project Management (CCPM) yang pengembangan dari metode Critical Path Method. Namun metode CCPM menghilangkan safety times dari keseluruhan durasi pekerjaan dan dikendalikan dengan buffer management. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan terhadap network planning, durasi dan biaya total pekerjaan. Perhitungan waktu buffer menggunakan metode root square mean error method (RSEM). Dalam melakukan analisis penjadwalan dilakukan perhitungan secara manual dan menggunakan software Microsoft Project. Diperoleh penjadwalan dengan metode Critical Path Method (CPM) dapat diselesaikan selama 239 hari. Sedangkan metode Critical Chain Project Management (CCPM) dapat diselesaikan selama 231 hari, dengan penambahan waktu buffer selama 12 hari. Metode CCPM menghasilkan perencanaan penjadwalan dengan durasi lebih cepat 8 hari dibandingkan metode CPM

    Analisis Risiko Kecelakaan Kerja pada Proses Loadout Topside dan Jacket Structure Menggunakan Self-Propelled Modular Transporter (SPMT)

    Get PDF
    Setiap pelaksanaan proyek dapat terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan cedera maupun kerugian lainnya. Salah satu proyek yang berpotensi dapat terjadinya kecelakaan kerja yaitu pada proyek loadout jacket dan topside structure. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir atau menghilangkang potensi terjadinya risiko yaitu dengan membuat sebuah sistem manajemen risiko kecelakaan kerja. Oleh sebab itu pada penelitian ini penulis menganalisis risiko kecelakaan kerja pada proses loadout topside dan jacket structure menggunakan SPMT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel bahaya dominan pada proses loadout jacket dan topside structure menggunakan SPMT, mengetahui penyebab dan akibat dari variabel bahaya dominan, serta mengetahui faktor eskalasi yang dapat mengaruhi efektivitas pada langkah mitigasi dan preventif. Penelitian dimulai dengan identifikasi bahaya dan divalidasi dengan metode berdiskusi bersama stakeholder yang berpengalaman di bidang loadout. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan nilai severity dan likelihood kepada 5 expert judgement. Hasil dari penyebaran kuesioner tersebut dilanjutkan dengan metode HIRA yang dibantu dengan matriks risiko untuk menentukan kategori dari tiap variabel bahaya. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat diketahui variabel bahaya yang dominan yaitu pekerja terjatuh ke dalam mainholles dan SPMT berjalan di luar dari rencana. Selanjutnya kedua variabel bahaya tersebut di analisis menggunakan metode bow tie analysis untuk mengurangi potensi terjadinya bahaya yang dominan atau ekstrim

    The Effect Analysis of Coating Thickness Variation and Mixed Composition of Zinc - Graphite on Epoxy Coating with Steel Plate ASTM A36

    Get PDF
    Steel has an important role in the world of marine manufacturing industry. Steel for offshore buildings needs to be reviewed in terms of controlling metal corrosion. The coating method can be used in mobilization areas and splash zones of offshore buildings that have high corrosion rates due to sustained friction loads in the marine environment. This study used steel plate ASTM A36, which is a low carbon steel, and analyze its adhesion strength, abrasion resistance, and corrosion rate prediction by varying the coating thickness of 100μm, 200μm, and 300μm, with a mixture of Zinc-Graphite on epoxy coatings of 2%, 6%, and 10 %. In the Pull-Off test the highest value of adhesion strength was obtained at a mixture of 2% and coating thickness of 100μm with a value of 8.73 Mpa. In the highest abrasion test values was obtained with a variation of 10% mixture and coating thickness of 300μm with a value of 0.91 Wear Cyces per Micrometer. Whereas in the three-cell electrode test the highest value was at a 100% mixture variation and coating thickness of 300μm with a value of 0,00010 mmpy

    Analisis Risiko Kecelakaan Kerja pada Proses Loadout Topside dan Jacket Structure Menggunakan Self-Propelled Modular Transporter (SPMT)

    Get PDF
    Setiap pelaksanaan proyek dapat terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan cedera maupun kerugian lainnya. Salah satu proyek yang berpotensi dapat terjadinya kecelakaan kerja yaitu pada proyek loadout jacket dan topside structure. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir atau menghilangkang potensi terjadinya risiko yaitu dengan membuat sebuah sistem manajemen risiko kecelakaan kerja. Oleh sebab itu pada penelitian ini penulis menganalisis risiko kecelakaan kerja pada proses loadout topside dan jacket structure menggunakan SPMT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel bahaya dominan pada proses loadout jacket dan topside structure menggunakan SPMT, mengetahui penyebab dan akibat dari variabel bahaya dominan, serta mengetahui faktor eskalasi yang dapat mengaruhi efektivitas pada langkah mitigasi dan preventif. Penelitian dimulai dengan identifikasi bahaya dan divalidasi dengan metode berdiskusi bersama stakeholder yang berpengalaman di bidang loadout. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan nilai severity dan likelihood kepada 5 expert judgement. Hasil dari penyebaran kuesioner tersebut dilanjutkan dengan metode HIRA yang dibantu dengan matriks risiko untuk menentukan kategori dari tiap variabel bahaya. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat diketahui variabel bahaya yang dominan yaitu pekerja terjatuh ke dalam mainholles dan SPMT berjalan di luar dari rencana. Selanjutnya kedua variabel bahaya tersebut di analisis menggunakan metode bow tie analysis untuk mengurangi potensi terjadinya bahaya yang dominan atau ekstrim

    The Literature Study on Corrosion Rate in Mooring Chain for Tropical Seawaters – Class Rules Review

    Get PDF
    Many design codes for structures in tropical waters are still based on the code for the North Sea, even though both have different environmental conditions. This research was conducted to assess the influence parameters of the tropical water environments and to determine the empirical estimates of the parameters that have a major effect on the corrosion that occurs in tropical waters. The result of this study will produce a practical equation function to estimate the corrosion loss based on the parameters of temperature, current velocity, and dissolve Nitrogen (DIN) for two different levels, low concentration level DIN, and high concentration level DIN. The function can analyze the estimation of corrosion that occurs in two different locations in the chain, the splash zone area, and immersed area. The corrosion rate (mm / year) obtained from the empirical estimation is then validated with the actual measurement data from the field obtained from the available literature. The empirical estimation results show a good fit when compared with data from existing actual measurements. Furthermore, the validated estimation results and actual data are compared with the existing class/code rules wear allowance. The corrosion rate results in particular conditions that exceed the corrosion wear allowances in the rules for data on tropical waters

    Penilaian Resiko Kerusakan Pipa Bawah Laut Milik PT. Perusahaan Gas Negara di Labuhan Maringgai-Muara Bekasi Akibat Kejatuhan Jangkar Menggunakan Metode Monte Carlo

    Get PDF
    Kebutuhan akan produksi minyak dan gas bumi semakin hari semakin tinggi. Untuk itu dalam memenuhi permintaan tersebut perlu adanya alat transmisi minyak dan gas bumi yang memadai serta aman agar proses distribusi berjalan dengan lancar. Pipa bawah laut adalah faktor penting dalam proses transmisi migas. Namun dalam prosesnya banyak sekali resiko kecelakaan yang bisa terjadi terhadap pipa bawah laut seperti contohnya terkena jatuhan jangkar atau drop anchor. Pada tugas akhir ini dilakukan analisis resiko kerusakan terhadap pipa bawah laut milik PT. Perusahaan Gas Negara yang diakibatkan oleh penurunan jangkar. Lokasi pipa ini ialah di labuhan maringgai-muara Bekasi. Untuk mendapatkan besarnya konsekuensi resiko yang bisa terjadi pada pipa digunakan software ANSYS dan simulasi monte carlo. Dari perhtitungan yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa jangkar dengan berat 1140 Kg, 1200 Kg dan 1290 Kg masing-masing memiliki gaya sebesar 31950 N, 35480 N dan 41103 N. Setelah dilakukan simulasi dari berat jangkar tersebut maka didaptkan hasil bahwa ketika jangkar dengan berat 1140 Kg dan 1200 Kg jatuh dan mengenai badan pipa, maka pipa tersebut berada di zona ALARP. Sedangkan jangkar dengan berat 1290 Kg ketika jatuh dan mengenai badan pipa, maka pipa tersebut berada di zona Unacceptable risk

    Analyzing the Effect of Variation in Shielding Gas Flow Rate and V Groove Type Towards Tensile and Metallographic Testing of GMAW Weld Joint of ASTM A53 and A36

    Get PDF
    Steel is a metal that commonly used in fabrication, engineering, and reparation activities in the structure construction industry. ASTM A53 steel is a low carbon steel with 0.25% to 0.3% of carbon content so it has a high weldability. ASTM A36 steel is a low carbon steel with carbon content of 0.25% to 0.29% and is often used in the floating building industry. This study aims to determine the effect of shielding gas flow rate and V-groove type to the tensile strength of A53 steel welded with A36 steel by Gas Metal Arc Welding (GMAW) method. The shielding gas level used is 100% CO2 with flow rate variations, including 15 liters/minute, 20 liters/minute, and 25 liters/minute. The groove types used are Single V-Groove and Double V-Groove. Tensile strength test result showed that in the welding process in this study, specimen with 25 liters/minute flow rate on the Double V-Groove had the highest tensile strength value of 516.73 MPa, with the narrowest HAZ width of 0,87 mm on A36’s HAZ and 1,22 mm on A53’s HAZ, and the smallest percentage of ferrite in the microstructure as much as 56.34% and 43.66% pearlite
    corecore