34 research outputs found

    Penggunaan Media, Bahan Stek, Dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Keberhasilan Stek Masoyi (Cryptocarya Massoy (Oken) Kosterm)

    Full text link
    Masoyi (Cryptocarya massoy) merupakan salah satu jenis tanaman penghasil hasil hutan bukan kayu (HHBK) endemik Papua bernilai ekonomi tinggi. Upaya pengembangan tanaman masoyi saat ini terkendala oleh sulitnya memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dan berkualitas. Untuk itu, perbanyakan secara vegetatif menjadi salah satu solusi permasalahan pemenuhan bibit. Penelitian bertujuan mendapatkan media tanam, bahan stek, dan dosis zat pengatur tumbuh NAA yang tepat untuk perbanyakan masoyi dengan cara stek. Penelitian menggunakan bibit berumur 1 tahun dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor pertama adalah media tanam stek (tanah+pasir (2:1, v/v), serbuk sabut kelapa+ sekam (2:1, v/v), dan media pasir). Faktor kedua adalah bahan stek (bagian pucuk atas dan bagian pucuk bawah). Faktor ketiga adalah konsentrasi zat pengatur tumbuh (0 ppm, NAA 500 ppm, dan NAA 1.000 ppm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen berakar dipengaruhi oleh faktor tunggal media tanam, bagian stek dan zat pengatur tumbuh NAA. Panjang akar dipengaruhi oleh faktor tunggal media tanam dan interaksi antara media dengan bagian stek. Jumlah daun dipengaruhi faktor media tanam, sedangkan jumlah akar tidak dipengaruhi masing-masing faktor tunggal dan interaksinya. Faktor media merupakan faktor penentu keberhasilan stek masoyi. Dengan demikian, kombinasi media tanah+pasir (2:1, v/v) dengan bagian pucuk atas merupakan perlakuan yang direkomendasikan untuk stek masoyi, dan kombinasi perlakuan tersebut tidak dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh NAA

    Struktur dan Komposisi Jenis Tegakan Shorea pinanga di KHDTK Haurbentes, Bogor

    Get PDF
    The plantation forest of Shorea pinanga, established outside its native habitat in KHDTK Haurbentes, Bogor since 1940, serves as the focal point of this research. The study aims to analyze the natural regeneration process within the stands of S. pinanga and assess the structural development of the forest in the area. Vegetation analysis was employed across five research plots (plots 11, 12, 68, 72, and 100), each with two observation plots. The findings reveal that the mature Shorea pinanga plantation has formed a stand structure resembling a natural forest, exhibiting an inverted "J-shaped" growth pattern. Natural regeneration of S. pinanga was observed in all research plots, with similarities in S. pinanga species identified in both seedling and tree stages in Plots 11, 68, and 72. These results are anticipated to provide valuable insights into the natural regeneration of the mature Shorea pinanga plantation, contributing to sustainable forest management goals. Keywords: Natural regeneration, plantation forest, Shorea pinanga, stand structureHutan tanaman Shorea pinanga di KHDTK Haurbentes, Bogor, yang telah ditanam di luar habitat aslinya sejak tahun 1940 menjadi objek penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses regenerasi alami pada tegakan S. pinanga dan struktur tegakan yang berkembang di kawasan tersebut. Metode analisis vegetasi digunakan dalam lima petak penelitian (petak 11, 12, 68, 72, dan 100), masing-masing dengan dua plot pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan tanaman S. pinanga yang telah mencapai usia tua membentuk struktur tegakan yang mirip dengan hutan alam, mengikuti pola pertumbuhan kurva "J terbalik". Regenerasi alami S. pinanga berhasil teridentifikasi di semua petak penelitian, dengan adanya kemiripan jenis S. pinanga pada tingkatan semai dan pohon di Petak 11, 68, dan 72. Temuan ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi berharga mengenai regenerasi alami hutan tanaman S. pinanga tua, mendukung upaya pencapaian tujuan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Kata kunci: Hutan tanaman, Shorea pinanga, struktur tegakan, regenerasi alam

    Hubungan Sifat Fisik dan Kimia Tanah dengan Pertumbuhan Meranti Merah di Khdtk Haurbentes

    Full text link
    Failure in degraded forest rehabilitation was caused by using chosen species without pay attantion on site characterictics. Species selection by looking at site limiting factor, will increase success in degraded forest rehabilitation. This research aims to study the influence of physical and chemical soil properties on growth of Shorea leprosula Miq, Shorea palembanica Miq, dan Shorea mecisopteryx. Data was analyzed using multiple linear regression analysis with mean annual increment (MAI) of height and diameter as dependent variable and soil properties as independent variable. The results showed that growth increment of S.palembanica was the most species that influnced by soil perperties with R2 adjusted value for MAI-diameter and MAI-height repectively, 0.946 and 0.674 whereas others two Shorea have R2 adjusted value < 0.5. The research also showed that available P content was the limiting factor of the three species. There was a difference of each species in respond to the available P content. MAI-height on S. mecisopteryx and MAI-diameter and MAI-height on S. pelambanica will increase in line with decreasing available P content while S. leprosula required P available increasing in order to increase of MAI-diameter. This indicates that each species have specific response on certain soil properties content

    Keragaman Dan Estimasi Parameter Genetik Bibit Mahoni Daun Lebar (Swietenia Macropylla King.) Di Indonesia

    Full text link
    Swietenia macrophylla King. is an exotic species from Latin America. It had been planted in Indonesia since 1870 by the Dutch. This species is important construction timber in Indonesia. This study aimed to measurevariation and genetic parameter estimation of S. macrophylla seedling as material of progeny triadevelopment. The experimental design used Randomized Complete Block Design (RCBD) consisting of twofactors, namely the land race (A) (Banjar-West Java, Samigaluh-Kulonprogro, Bondowoso-East Java andLombok–West Nusa Tenggara) and mother trees (B) (35 mother trees). Five seedlings were recorded andrepeated 5 times for each mother tree. In this study factor B nested in factor A. The result showed that landrace significantly affected to height, stem diameter, and index of robustness; while the mother treessignificantly affected to height, stem diameter, number of leaf, and index of robustness. Individual heritabilityof height, stem diameter, number of leaf, and index of robustness character were 0.35, 0.40, 0.17, and 0.48respectively, while family heritability of height, stem diameter, number of leaf, and index of robustnesscharacter were 0.74, 0.75, 0.54, and 0.77 respectively. Genetic correlation between height and stem diameter(0.70), height and index of robustness (0.40), number of leaf and index of robustness (0.52) were positive valueWhile genetic correlation between height and number of leaf (-0.03), stem diameter and number of leaf (-0.46and stem diameter and index of robustness (-0.67) were negative value

    Model Riap Tegakan Hutan Alam Produksi Di Pulau Buru - Maluku

    Full text link
    Kajian riap pertumbuhan di hutan alam telah dilakukan dan masih berlangsung untuk memperoleh suatu model dugaan yang mampu menjelaskan pertumbuhan yang sebenarnya. Penggunaan metode penduga riap pertumbuhan masih merupakan alat utama pengambilan keputusan dalam manajemen hutan alam produksi. Keputusan manajemen hutan alam produksi dewasa ini masih berada pada prinsip kelestarian hasil. Hal ini dikarenakan unit manajemen masih memandang kelestarian hutan dari keberadaan pohon dan keberlangsungan pemanenan setiap tahunnya. Kajian riap berdasarkan jenis dominan perlu dilakukan sebagai alat pengukur pendapatan Perusahaan dan sekaligus untuk membantu pemahaman potensi tegakan tinggal. Penelitian ini bertujuan untuk menduga riap pertumbuhan diameter berdasarkan kelas diameter dan kelompok jenis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah membangun model statistik dari data PUP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAI 1,3 cm/tahun pada kelas diameter 10–20 dan 0,78 cm/tahun pada kelas diameter terbesar 40 cm ke atas. CAI kelompok jenis komersil lebih besar dibandingkan kelompok jenis non-komersil. Sementara itu, CAI famili Dipterocarpaceae dan Myrtaceae le- bih besar dibandingkan famili Burceraceae, Fagaceae, Guttiferae dan Lauraceae. Model penduga CAI untuk semua jenis di Pulau Buru adalah CAI = 2,19e . Untuk masing-masing kelompok jenis pohon memiliki bentuk persamaan yang berbeda. Namun demikian, model ini perlu dikaji lanjut di lapangan untuk menguji keterandalannya sebagai alat penduga pengaturan hasil

    HUBUNGAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH DENGAN PERTUMBUHAN MERANTI MERAH DI KHDTK HAURBENTES

    Get PDF
    Failure in degraded forest rehabilitation was caused by using chosen species without pay attantion on site characterictics. Species selection by looking at site limiting factor, will increase success in degraded forest rehabilitation. This research aims to study the influence of physical and chemical soil properties on growth of Shorea leprosula Miq, Shorea palembanica Miq, dan Shorea mecisopteryx. Data was analyzed using multiple linear regression analysis with mean annual increment (MAI) of height and diameter as dependent variable and soil properties as independent variable. The results showed that growth increment of S.palembanica was the most species that influnced by soil perperties with R2 adjusted value for MAI-diameter and MAI-height repectively, 0.946 and 0.674 whereas others two Shorea have R2 adjusted value < 0.5. The research also showed that available P content was the limiting factor of the three species. There was a difference of each species in respond to the available P content. MAI-height on S. mecisopteryx and MAI-diameter and MAI-height on S. pelambanica will increase in line with decreasing available P content while S. leprosula required P available increasing in order to increase of MAI-diameter. This indicates that each species have specific response on certain soil properties content

    Growth response of Shorea assamica Dyer seedlings to shading leveland growth inhibitor treatments

    Get PDF
    Shorea assamica Dyer is one of the forest trees with recalcitrant seed type, It can not be stored for long periods. Storage technique of planting material in the form of seedlings is one solution that can be done to overcome the problems of the seeds with a short shelf life. The aim of the research is to determine the growth response of S. assamica seedlings toshading andgrowth inhibitor treatments. Research design was approached by split plot design. The main plot was shade and sub-plot was a growth inhibitor. The storage conditions consisted of (1) light (38,600-47,200 lux), (2) medium (19,342-35,300 lux) and (3) heavy shading (62-2,106 lux). The inhibitors used were (1) paclobutrazol 250 ppm, (2) NaCl 0.5% and (3) aquadest (as a control). The results showed that the combined treatment of paclubutrazol 250 ppm with heavy shade was able to suppress the growth of height, dry weight of root and seedling quality index of S. assamica at the age of 6 months optimally in nursery

    PEMETAAN BAWAH PERMUKAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN HIDROKARBON LAPISAN BATUPASIR LEMAT, FORMASI LEMAT LAPANGAN “DR” CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

    Get PDF
    Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Lapangan “DR” yang terletak di Cekungan Sumatera Selatan lebih tepatnya berada di daerah bagian Utara Sumatra Selatan, terletak sekitar 75 km di sebelah Baratdaya kota Palembang. Berdasarkan posisi fisiografinya, Lapangan “DR” menempati bagian NE Cekungan Sumatera Selatan yang disebut sebagai North Palembang Anticlinorium. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemetaan bawah permukaan dan perhitungan cadangan hidrokarbon Lapisan Batupasir Lemat pada Lapangan “DR” dengan menggunakan 3 data yaitu data log sumur, data seismic dan data cutting. Dari data ini diharapkan dapat diketahui kondisi bawah permukaan dengan detail. Berdasarkan data cutting, diketahui litologi dari Lapisan Batupasir Lemat yaitu batupasir konglomeratan, berwarna abu-abu terang hingga abu-abu, secara setempat berwana cokelat keabu-abuan, bening, berbutir kasar, pebble, terpilah buruk. Berdasarkan pendekatan elektrofacies terhadap log GR, menunjukkan fasies distributary channel dengan bentukan kurva log blocky (cylinder) dan bell shape, sehingga dapat disimpulkan bahwa Formasi Lemat Atas diendapkan pada lingkungan Lower delta plain (Walker, 1979). Struktur geologi yang berkembang pada daerah telitian merupakan kombinasi dari struktur sesar yang berarah relatif NW-SE dan N-S dan struktur lipatan. Diinterpretasikan bahwa struktur sesar terbentuk dari hasil perkembangan sesar Sumatera yang berarah NE-SW yang sesuai dengan arah relatif benturan Lempeng Samudra Hindia-Australia dengan Lempeng Benua Asia. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif, Lapisan Batupasir Lemat mempunyai kisaran Vlp antara 0.17-0.20 dengan rata-rata 0.19, porositas berkisar antara 9.71- 12.87 % dengan rata-rata 11.29 dan Sw berkisar antara 0.43-0.57 dengan rata-rata 0.50. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan dengan metode volumetrik dari Lapisan Batupasir Lemat diperoleh besarnya STOIIP adalah 73.35 x 106 STB, Recoverable Reserve (RR) adalah 23.18 x 106 STB
    corecore