12 research outputs found
Recommended from our members
Heuristic algorithm for multistage scheduling in food processing industry
A multistage production system consists of a number of
production stages that are interrelated, that is the output
from one stage forms input to the next stage. There are
constraints associated with each stage as well as constraints
imposed by the overall system. Besides, there are multiple
objectives that need to be satisfied, and in numerous cases,
these objectives conflict with each other. What is required is
an efficient technique to allocate and schedule resources so
as to provide a balance between the conflicting objectives
within the system constraints.
This study is concerned with the problem of scheduling
multistage production systems in food processing industry. The
system and products have complex structure and relationships.
This makes the system difficult to be solved analytically.
Therefore, the problem is solved by developing a heuristic
algorithm that considers most of the constraints. The output
generated by the algorithm includes a production schedule
which specifies the starting and completion times of the
products in each stage and the machines where the products are
to be processed. In addition, a summary of system performances
including throughput times, resources' utilizations, and tardy
products is reported
Penerapan Algoritma Consultant-Guided Search Dalam Masalah Penjadwalan Job Shop Untuk Meminimasi Makespan
This research uses the Consultant-Guided Search (CGS) algorithm to solve job shop schedulingproblems minimizing makespan. CGS is a metaheuristics inspired by people making decisionsbased on consultant's recommendations. A number of cases from literatures is developed to evaluatethe optimality of this algorithm. CGS is also tested against other metaheuristics, namely GeneticAlgorithms (GA) and Artificial Immune Systems (AIS) for the same cases. Performance evaluationsare conducted using the best makespan obtained by these algorithms. From computational results,it is shown that CGS is able to find 3 optimal solutions out of 10 cases. Overall, CGS performs bettercompared to the other algorithms where its solution lies within 0 - 6,77% from the optimal solution,averaging only 2,15%. Futhermore, CGS outperforms GA in 7 cases and performs equally well inthe other 3 cases. CGS is also better than AIS in 8 cases and is equally well in only 2 cases
Implementasi Metode Six Sigma DMAIC Untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat Di PT X
PT X merupakan Perusahaan yang memproduksi paint bucket (ember cat) yang terdiri dari tiga jenis paint bucket, yaitu bucket polos, lid (tutup bucket) dan bucket berlabel. Persentase bucket polos cacat sebesar 1,95%, persentase lid cacat sebesar 0,65% dan persentase bucket berlabel cacat sebesar 6,28%. Peningkatan kualitas paint bucket dilakukan dengan menggunakan metode Six Sigma DMAIC. Pada tahap D (Define) dilakukan pembuatan deskripsi proses produksi, pembuatandiagram SIPOC dan penentuan critical to quality (CTQ). CTQ untuk bucket polos dan lid diperoleh sebanyak dua buah, sedangkan CTQ untuk bucket berlambel sebanyak delapan buah. Pada tahap M (Measure) dilakukan pengukuran performansi sebelum perbaikan berupa rata-rata DPMO.Rata-rata DPMO bucket polos, lid dan bucket berlabel berturut-turut sebesar 7.591,88, 3.420,77 dan 8.109,44. Pada tahap A (Analyze) dilakukan penentuan prioritas perbaikan CTQ dengan membuat diagram Pareto dan mencari penyebab terjadinya cacat pada bucket polos, lid dan bucket berlabel. Berdasarkan diagram Pareto, penelitian fokus memperbaiki 1 jenis cacat pada bucket polos dan lid, yaitu cacat susut dan 5 cacat pada bucket berlabel, yaitu perbedaan tinggi pada pertemuan foil, foil terkelupas, foil hanya menempel sebagian, penempelan tidak menghasilkan pertemuan foil dan bintik putih. Setelah diketahui penyebab terjadinya jenis cacat, dilakukan tahap I (Improve).Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah penggunaan infrared thermometer, pembuatan alat bantu, penggunaan microfiber gloves, pembersihan jalur keluar bucket polos, dan lain-lain. Setelahdilakukan perbaikan, dilakukan tahap C (Control). Tindakan perbaikan mengakibatkan terjadinya penurunan nilai rata-rata DPMO pada bucket polos, lid dan bucket berlabel, yaitu berturut-turut sebesar 2.621,54, 1.169, dan 713,69
USULAN PERBAIKAN SISTEM PELAYANAN DI GERBANG TOL PASTEUR BERDASARKAN MODEL SIMULASI
Tol Pasteur merupakan jalan tol di Kota Bandung yang menghubungkan Tol Purbaleunyi dengan Kota Bandung.Terdapat gerbang tol keluar dan gerbang tol masuk yang masing-masing melayani pengendara yang berasal dariTol Purbaleunyi dan yang akan menuju Tol Purbaleunyi. Proses yang terjadi pada gerbang tol keluar adalahpembayaran jasa tol ke operator, sedangkan pada gerbang tol masuk terdapat aktivitas pengambilan tiket yangdilayani oleh mesin otomatis. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terdapat antrian panjang yang selaluterjadi pada gerbang tol masuk dan keluar di saat akhir pekan. Hal ini mengakibatkan waktu tunggu pengendarayang cukup lama di dalam antrian dan tersendatnya lalu lintas di simpang empat Pasteur yang mengakibatkankemacetan. Banyak keluhan yang muncul tidak hanya dari pengguna tol tetapi juga dari masyarakat yang kebetulanmelalui simpang empat jalan Pasteur. Keadaan seperti ini tentunya perlu diperbaiki. Bekerjasama dengan PT JasaMarga, dilakukan penelitian untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi. Metode dalam studi simulasi yangdimulai dari pengamatan terhadap sistem pelayanan tol, pemodelan konseptual sistem pelayanan di gerbang tol,pembangunan model simulasi, dan eksperimen menggunakan model simulasi akan dilakukan untuk menentukanalternatif perbaikan apa saja yang akan diusulkan bagi sistem pelayanan di gerbang Tol Pasteur ini.Kata kunci : Tol, Antrian, Kemacetan, Simulasi
Penerapan Algoritma Consultant-Guided Search dalam Masalah Penjadwalan Job Shop untuk Meminimasi Makespan
This research uses the Consultant-Guided Search (CGS) algorithm to solve job shop schedulingproblems minimizing makespan. CGS is a metaheuristics inspired by people making decisionsbased on consultant’s recommendations. A number of cases from literatures is developed to evaluatethe optimality of this algorithm. CGS is also tested against other metaheuristics, namely GeneticAlgorithms (GA) and Artificial Immune Systems (AIS) for the same cases. Performance evaluationsare conducted using the best makespan obtained by these algorithms. From computational results,it is shown that CGS is able to find 3 optimal solutions out of 10 cases. Overall, CGS performs bettercompared to the other algorithms where its solution lies within 0 - 6,77% from the optimal solution,averaging only 2,15%. Futhermore, CGS outperforms GA in 7 cases and performs equally well inthe other 3 cases. CGS is also better than AIS in 8 cases and is equally well in only 2 cases
Penerapan Algoritma Consultant-Guided Search dalam Masalah Penjadwalan Job Shop untuk Meminimasi Makespan
This research uses the Consultant-Guided Search (CGS) algorithm to solve job shop scheduling
problems minimizing makespan. CGS is a metaheuristics inspired by people making decisions
based on consultant’s recommendations. A number of cases from literatures is developed to evaluate
the optimality of this algorithm. CGS is also tested against other metaheuristics, namely Genetic
Algorithms (GA) and Artificial Immune Systems (AIS) for the same cases. Performance evaluations
are conducted using the best makespan obtained by these algorithms. From computational results,
it is shown that CGS is able to find 3 optimal solutions out of 10 cases. Overall, CGS performs better
compared to the other algorithms where its solution lies within 0 - 6,77% from the optimal solution,
averaging only 2,15%. Futhermore, CGS outperforms GA in 7 cases and performs equally well in
the other 3 cases. CGS is also better than AIS in 8 cases and is equally well in only 2 cases
Analisis Faktor-Faktor yang Menentukan Kelayakan Pemesanan Spesial Saat Terjadi Kenaikan Harga Material
Pada kenyataannya, manajemen persediaan selalu berhubungan dengan biaya yang terdiri dari biaya pembelian, biaya simpan, biaya pemesanan, dan biaya stockout yang seluruhnya berhubungan dengan penyediaan bahan baku. Keputusan apapun yang dibuat dalam menangani persediaan harus didasarkan pada biaya total persediaan yang minimum. Pada kasus kenaikan harga bahan baku dengan waktu yang diketahui, maka sebaiknya dilakukan spesial pemesanan sebelum kenaikan harga bahan baku terjadi. Jumlah special pemesanan ditentukan berdasarkan penghematan maksimum yang akan diperoleh. Dalam kenyataannya, ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan spesial pemesanan. Beberapa faktor tersebut adalah modal, luas gudang, dan harga dari produk yang mengalami spesial pemesanan. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa bagaimana pengambilan keputusan pemesanan spesial dilakukan dengan mempertimbangkan salah satu faktor, yaitu kapasitasgudang (luas gudang). Pada kenyataannya, manajemen persediaan selalu berhubungan dengan biaya yang terdiridari biaya pembelian, biaya simpan, biaya pemesanan, dan biaya stockout yang seluruhnya berhubungan dengan penyediaan bahan baku. Keputusan apapun yang dibuat dalammenangani persediaan harus didasarkan pada biaya total persediaan yang minimum. Pada kasus kenaikan harga bahan baku dengan waktu yang diketahui, maka sebaiknya dilakukanspesial pemesanan sebelum kenaikan harga bahan baku terjadi. Jumlah special pemesanan ditentukan berdasarkan penghematan maksimum yang akan diperoleh. Dalam kenyataannya, ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan spesial pemesanan. Beberapafaktor tersebut adalah modal, luas gudang, dan harga dari produk yang mengalami spesial pemesanan. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa bagaimana pengambilan keputusanpemesanan spesial dilakukan dengan mempertimbangkan salah satu faktor, yaitu kapasitas gudang (luas gudang)
Analisis Faktor-Faktor yang Menentukan Kelayakan Pemesanan Spesial Saat Terjadi Kenaikan Harga Material
Pada kenyataannya, manajemen persediaan selalu berhubungan dengan biaya yang terdiri dari biaya pembelian, biaya simpan, biaya pemesanan, dan biaya stockout yang seluruhnya berhubungan dengan penyediaan bahan baku. Keputusan apapun yang dibuat dalam menangani persediaan harus didasarkan pada biaya total persediaan yang minimum. Pada kasus kenaikan harga bahan baku dengan waktu yang diketahui, maka sebaiknya dilakukan spesial pemesanan sebelum kenaikan harga bahan baku terjadi. Jumlah special pemesanan ditentukan berdasarkan penghematan maksimum yang akan diperoleh. Dalam kenyataannya, ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan spesial pemesanan. Beberapa faktor tersebut adalah modal, luas gudang, dan harga dari produk yang mengalami spesial pemesanan. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa bagaimana pengambilan keputusan pemesanan spesial dilakukan dengan mempertimbangkan salah satu faktor, yaitu kapasitasgudang (luas gudang). Pada kenyataannya, manajemen persediaan selalu berhubungan dengan biaya yang terdiridari biaya pembelian, biaya simpan, biaya pemesanan, dan biaya stockout yang seluruhnya berhubungan dengan penyediaan bahan baku. Keputusan apapun yang dibuat dalammenangani persediaan harus didasarkan pada biaya total persediaan yang minimum. Pada kasus kenaikan harga bahan baku dengan waktu yang diketahui, maka sebaiknya dilakukanspesial pemesanan sebelum kenaikan harga bahan baku terjadi. Jumlah special pemesanan ditentukan berdasarkan penghematan maksimum yang akan diperoleh. Dalam kenyataannya, ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan spesial pemesanan. Beberapafaktor tersebut adalah modal, luas gudang, dan harga dari produk yang mengalami spesial pemesanan. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa bagaimana pengambilan keputusanpemesanan spesial dilakukan dengan mempertimbangkan salah satu faktor, yaitu kapasitas gudang (luas gudang)
Performance Analysis of Depok City Health Office in Supporting Child-Friendly City
Government has to pay attention to the fulfillment of children's rights because later they will determine the fate of the nation and state in the future. One of the things that can be done by the Government is by organizing a Child-Friendly City. One significant cluster related to the implementation of a Child-Friendly City is a cluster of essential health and well- being. The Depok City Government through the Health Office has made various efforts to support the realization of a Child-Friendly City in the health sector. The research method used in this study is qualitative with a post-positivist approach. Based on the results of the study, through the target approach in measuring organizational effectiveness by S. B Lubis and Martani Huseini, the Health Office has exceeded the goals set out in the Medium Term Development Plan. The achievement of these targets is inseparable from the factors that influence the organization in carrying out its performance. Based on McKinsey's theory, seven factors influence the Health Office to support Child-Friendly Cities, two of which have gone well, namely, the leader who motivate their subordinates and the budget and technology that supports the implementation of Child-Friendly Cities. But the other five factors have not gone well, namely the Health Office does not yet have a specific strategy related to Child-Friendly Cities, coordination that has not run optimally, lack of Human Resources both in terms of numbers and competencies and the absence of organizational culture specifically for the Office of Health in carrying out its functions. Therefore, the Health Office needs to make improvements from the factors that have not gone well so that Depok City can be a Child- Friendly City.
Keywords: Child-Friendly City, Health Office, Depok City, Children's nutritional status, 7s Model
USULAN PERBAIKAN SISTEM PELAYANAN DI GERBANG TOL PASTEUR BERDASARKAN MODEL SIMULASI
Tol Pasteur merupakan jalan tol di Kota Bandung yang menghubungkan Tol Purbaleunyi dengan Kota Bandung.
Terdapat gerbang tol keluar dan gerbang tol masuk yang masing-masing melayani pengendara yang berasal dari
Tol Purbaleunyi dan yang akan menuju Tol Purbaleunyi. Proses yang terjadi pada gerbang tol keluar adalah
pembayaran jasa tol ke operator, sedangkan pada gerbang tol masuk terdapat aktivitas pengambilan tiket yang
dilayani oleh mesin otomatis. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terdapat antrian panjang yang selalu
terjadi pada gerbang tol masuk dan keluar di saat akhir pekan. Hal ini mengakibatkan waktu tunggu pengendara
yang cukup lama di dalam antrian dan tersendatnya lalu lintas di simpang empat Pasteur yang mengakibatkan
kemacetan. Banyak keluhan yang muncul tidak hanya dari pengguna tol tetapi juga dari masyarakat yang kebetulan
melalui simpang empat jalan Pasteur. Keadaan seperti ini tentunya perlu diperbaiki. Bekerjasama dengan PT Jasa
Marga, dilakukan penelitian untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi. Metode dalam studi simulasi yang
dimulai dari pengamatan terhadap sistem pelayanan tol, pemodelan konseptual sistem pelayanan di gerbang tol,
pembangunan model simulasi, dan eksperimen menggunakan model simulasi akan dilakukan untuk menentukan
alternatif perbaikan apa saja yang akan diusulkan bagi sistem pelayanan di gerbang Tol Pasteur ini