15 research outputs found

    MEDIATING JOB SATISFACTION IN REDUCING TURNOVER INTENTION OF NURSE AT RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA

    Get PDF
    The aim of this study was to determine the influence of organizational culture and compensation on job satisfaction and its implications on the intention to move the nurse at the Regional General Hospital dr. Soekardjo Tasikmalaya. The results of this study can be useful practically and theoretically, i.e. as material development management of human resources, especially nurses in order to improve the quality and productivity of hospital services as well as lowering the intention of migration of nurses. The research method uses a quantitative approach, with the nature of this research was descriptive and verification. How to capture data through interviews and questionnaire with the techniques of observation and field Study, with the sampling technique of sampling is simple. The collection of Data in the field is done in 2019. Statistical analysis techniques to test hypotheses using Path Analysis. Based on the results of the analysis, it can be seen that the culture of the organization, compensation, job satisfaction and intentions to move in general is pretty good. There is the influence of organizational culture and compensation as well as job satisfaction simultaneously on work satisfaction, as well as have a negative effect on the intention to move from the nurses in the Regional General Hospital dr. Soekardjo Tasikmalaya

    Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUD Kota Tasikmalaya

    Get PDF
    Pendahuluan: Penyakit gagal jantung adalah penyakit sindrom klinis yang ditandai oleh sesak nafas dan fatique saat istirahat atau aktivitas yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gejala yang paling umum yaitu ngantuk sepanjang hari dan kesulitan tidur. Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan parahnya penyakit jantung, metabolik dan kognitif pasien. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor faktor yang berpengaruh terhadap kualitas tidur pasien gagal jantung. Metode: Desain penelitian adalah korelasi analitik dengan cross sectional. Tekhnik sampling adalah consecutive sampling berjumlah  80. Analisa data dilakukan dengan metode univariat, bivariat dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan minum kopi (p=0,001), kebiasaan merokok (p=0,004) dan tingkat keparahan penyakit (p=0,028) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas tidur pasien gagal jantung. Hasil multivariat didapatkan tingkat keparahan penyakit merupakan faktor paling dominan yang berpengaruh terhadap kualitas tidur pasien gagal jantung p = 0,001 (p < 0,05). Diskusi: Efek kafein dan nikotin menyebabkan peningkatan aktivitas kardiovaskuler seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah sehingga menyebabkan pasien dalam keadaan terjaga. Perubahan pada kualitas tidur pada pasien gagal jantung juga dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan perubahan secara patologis pada pasien seperti timbulnya sesak nafas dan adanya pembatasan pada saat aktivitas.Kata Kunci : Gagal Jantung, Kualitas Tidur Introduction: Heart failure is a clinical syndrome disease characterized by shortness of breath and fatigue at rest or on exertion caused by abnormalities of structure or function of the heart. The most common symptoms found in patients with heart failure are sleepy during the day and difficulty sleeping. The condition causes an increase in the severity of heart disease increases, metabolic and cognitive patients. This study aimed to analyze factors that affect the quality of sleep of heart failure patients in Tasikmalaya hospital. Methods: The study design was cross-sectional analytic correlation. Sampling techniques by consecutive sampling are 80 samples. The data analysis was conducted using univariate, bivariate and multivariate multiple logistic regression to find the dominant factor. Results: The results showed that coffee drinking habits (p = 0.001), smoking (p = 0.004) and severity of disease (p = 0.028) had a significant influence on the quality of sleep of heart failure patients. Multivariate results obtained severity of the disease is the most dominant factor affecting the quality of sleep of heart failure patients p = 0.001 (p <0.05). Discussion: The effects of caffeine and nicotine cause an increase in cardiovascular activity such as increased heart rate and blood pressure, causing the patient is awake. Changes in the quality of sleep in patients with heart failure also affected by the severity of the disease that causes pathological changes in patients such as the onset of shortness of breath and the current restrictions on activity. Key words: Heart Failure, Sleep QualityFull printable version: PD

    PENYIAPAN KEHIDUPAN BERKELUARGA BAGI REMAJA DI KOTA TASIKMALAYA

    Get PDF
    Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanan ke masa dewasa. Secara fisik maupun kejiwaan banyak hal yang terjadi pada masa remaja. Periode ini sangat penting dipersiapkan agar remaja nantinya dapat tumbuh dan berkembang menjadi seorang dewasa yang sehat dan produktif. Masalah-masalah yang timbul pada masa remaja berbagai macam bentuknya karena remaja pada umumnya ingin mengetahui segala hal yang belum diketahuinya, dan ingin mencoba hal tersebut walupun tidak mengetahui efek negatif dari perbuatan tersebut. Untuk mewujudkan remaja yang mampu mengatasi masalah yang ada pada dirinya, serta mampu menghadapi tantangan ke depan yang akan semakin berat, maka pada diri remaja tersebut perlu ditanamkan kecakapan-kecakapan dalam hidup (life skills). Pendidikan life skills yang diterima oleh remaja dapat diperoleh oleh remaja tersebut secara sendiri melalui pengalaman dan aktivitas hidup, maupun melalui orang lain. Pendidikan life skills melalui perantara orang lain dapat melalui peranan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R). PIK-R dikembangkan melalui jalur pendidikan dan masyarakat, jalur pendidikan meliputi sekolah, perguruan dan pesantren. Sedang jalur masyarakat diantaranya melalui organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan dan komunitas remaja.Kedua jalur tersebut merupakan sasaran yang penting untuk mendekati komunitas remaja. Pada saat ini PIK-R di Kota Tasikmalaya berjumlah 10 yang tersebar di 10 kecamatan, pembinaannya ada di bawah Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Sebagai bentuk dukungan program ketahanan remaja untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK-R agar lebih maju dan mandiri dilaksanakan kegiatan pembekalan dengan tema “Peyiapan Kehidupan Berkeluaraga Bagi Remaja di Kota Tasikmlaya”.Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanan ke masa dewasa. Secara fisik maupun kejiwaan banyak hal yang terjadi pada masa remaja. Periode ini sangat penting di persiapkan agar remaja nantinya dapat tumbuh dan berkembang menjadi seorang dewasa yang sehat dan produktif. Masalah-masalah yang timbul pada masa remaja berbagai macam bentuknya karena remaja pada umumnya ingin mengetahui segala hal yang belum diketahuinya, dan ingin mencoba hal ersebut walupun tidak mengetahui efek negatif dari perbuatan tersebut. Untuk mewujudkan remaja yang mampu mengatasi masalah yang ada pada dirinya, serta mampu menghadapi tantangan ke depan yang akan semakin berat, maka pada diri remaja tersebut perlu ditanamkan kecakapan-kecakapan dalam hidup (life skills). Pendidikan life skills yang diterima oleh remaja dapat di peroleh oleh remaja tersebut secara sendiri melalui pengalaman dan aktivitas hidup, maupun melalui orang lain. Pendidikan life skills melalui perantara orang lain dapat melalui peranan Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R). PIK R dikembangkan melalui jalur pendidikan dan masyarakat, jalur pendidikan meliputi sekolah, perguruan dan pesantren. Sedang jalur masyarakat di antaranya melalui organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan dan komunitas remaja.Kedua jalur tersebut merupakan sasaran yang penting untuk mendekati komunitas remaja. Pada saat ini PIK-R di Kota Tasikmalaya berjumlah 10 yang tersebar di 10 Kecamatan, pembinaannya ada di bawah Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana.  Sebagai bentuk dukungan program ketahanan remaja untuk meningkatakan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK R agar lebih maju dan mandiri dilaksanakan kegiatan pembekalan dengan tema “ Peyiapan Kehidupan Berkeluaraga Bagi Remaja di Kota Tasikmlaya

    PENGARUH KOMUNIKASI KOLEGIAL, KOMPETENSI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN DAN IMPLIKASINYA PADA KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DI JAWA BARAT

    Get PDF
    Kinerja pelayanan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat berdasarkan kinerja efisiensi pengelolaan rawat inap pada periode tahun 2012 - 2016 mengalami penurunan bahkan tidak mampu mencapai target/ standar kinerja pelayanan yang telah ditetapkan, baik berdasarkan pada BOR (Bed Occupancy Rate), BTO (Bed Turnover Rate), LOS (lama rata-rata perawatan), maupun TOI (interval penggunaan tempat tidur) Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis komunikasi kolegial, kompetensi, budaya organisasi dan mengetahui pengaruhnya terhadap terhadap komitmen serta implikasinya pada kinerja perawat Rumah Sakit Jiwa di Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif eksplanatori. Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner disertai dengan teknik observasi. Pengambilan sampel menggunakan proportionate random sampling. Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada tahun 2019. Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM). Hasil penelitian menunjukan bahwa secara komunikasi kolegial, kompetensi, budaya organisasi, komitmen dan kinerja perawat berada pada kriteria cukup baik menuju sangat baik. Terdapat pengaruh komunikasi kolegial, kompetensi dan budaya organisasi terhadap komitmen baik secara simultan maupun parsial dan komitmen berpengaruh terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Jiwa di Jawa Barat. Kata Kunci : Komunikasi Kolegial, Kompetensi, Budaya Organisasi, Komitmen, Kinerja Perawat

    UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DIRI KLIEN HALUSINASI MELALUI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DI YAYASAN MENTARI HATI KOTA TASIKMALAYA

    Get PDF
    Gejala yang muncul pada skizofrenia terdiri atas gejala positif dan gejala negatif. Gejala negatif adalah afek tumpul/datar, menarik diri. Sedangkan gejala-gejala positif yang diperlihatkan oleh penderita skizofrenia seperti delusi (waham), kekacauan alam pikir, gaduh gelisah, dan halusinasi. Prinsip tindakan keperawatan pada klien halusinasi adalah membina hubungan saling percaya, memvalidasi persepsi, menghadirkan realita, menurunkan kecemasan, melindungi klien/orang lain dari bahaya halusinasi, dan meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien halusinasi. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: terapi individual, terapi biologis, terapi kognitif, terapi lingkungan, terapi bermain, terapi keluarga, terapi perilaku, dan terapi kelompok. Terapi Aktifitas Kelompok sebagai bagian dari terapi modalitas dalam praktek keperawatan jiwa  memberikan dampak yang positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi dan pemulihan kesehatan jiwa seseorang. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Sensori merupakan aktifitas yang digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien. Yayasan Mentari Hati merupakan salah satu yayasan yang menampung pasien dengan gangguan jiwa yang tidak ada keluarganya Untuk membantu pasien halusinasi kami mengadakan pengabdian masyarakat dengan melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompok di Yayasan Mentari Hati Kota Tasikmalaya Jumlah respoden sebanyak 36 orang dibagi menjadi 4  kelompok, dari hasil observasi didapatkan seluruh pasien meningkat kemampuan dirinya dalam mengenal halusinasi, menghardik,kepatuhan minum obat, bercakap-cakap, dan membuat jadwal kegiatan

    Penerapan Terapi Zikir untuk Mengurangi Frekuensi Halusinasi Pendengaran pada Pasien dengan Skizofrenia di Wilayah Puskesmas Sindangkasih Kabupaten Ciamis

    Get PDF
    The pervalence rate of riskesdas 2018 results shows that mental disorders in Indonesia are 6.7 permil household. In the West Java area, there were 5.0 permil households, in Ciamis Regency there were 6.80 permil households and in Sindangkasih District there were 76 cases with diagnosis of a schizophrenia. Schizophrenia is a type of severe mental disorder characterized by the onset of hallucinations, delusions, disturbances in thought processes, speech, disturbances in behavior as well as inappropriate emotions. Auditory hallucinations are a type of hallucination that often appears in patients with schizophrenia, and hallucinations are a loss of human ability to distinguish internal stimuli and external stimuli. This paper focuses on the management of hallucinations with one of the non-pharmacological therapies in the form of the application of zikir therapy. Meanwhile, the purposes of this study are to determine the application of zikir therapy and to determine the results of the application of zikir therapy to reduce the frequency of auditory hallucinations in patients with schizophrenia. This research uses a qualitative descriptive method with a case study approach, and was carried out from April 12 to April 15 2022. The results of the study found the same characteristics of auditory hallucinations, where both clients had hallucinations that still appeared but both were able to carry out activities especially worshipping prayers 5 times. The application of zikir therapy is given every time a meeting with the client and is recommended to be carried out every after prayer 5 times and when hallucinations appear. It was found that both clients experienced a decrease in the frequency of hallucinations. Advice for families to always support the implementation of zikir therapy on clients after completing prayers 5 times for puskesmas to always make regular visits to people with schizophrenia

    PEMBINAAN KELOMPOK KEGIATAN (POKTAN) DALAM PENCEGAHAN STUNTING DI KOTA TASIKMALAYA

    Get PDF
    Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1000 Hari Pertama  Kehidupan (HPK) sejak janin hingga bayi umur dua tahun. Adapun ciri-ciri stunting yang paling terlihat adalah tubuh anak lebih pendek dari standar  perhitungan  yang di tetapkan oleh Badan Ksehatan Dunia (WHO). Faktor yang menyebabkan stunting di Indonesia adalah praktek pengasuhan yang tidak baik, kurangnya akses ke bahan makanan bergizi, terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan antenatal care, postnatal care dan pembelajaran dini berkualitas serta kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Angka stunting di Kota Tasikmalaya saat ini mencapai 7.120/38.912 atau diangka 18.37 persen meningkat dari tahun sebelumnya. Melihat fenomena tersebut maka penanganan stunting merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya dilakukan oleh Pemerintah, melainkan seluruh masyarakat. Tetapi masih banyak masyarakat yang belum memahami persoalan stunting termasuk ibu balita yang ada di Kota Tasikmalaya, faktor yang mempengaruhi adalah tingakat pendidikan serta pengetahuan yang rendah. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang stunting perlu dibekali pengetahuan melalui kelompok kegiatan, kader, karang taruna dan lain nya. Kegiatan dilaksanakan dalam rangkaian program pengabdian kepada masyarakat IPTEKS bagi masyarakat (IbM) Politeknik Kesehatan Tasikmalaya. Kegiatan  dilaksanakan pada bulan Juni 2022. Hasil pelatihan menunjukkan skor pengetahuan kelompok kegiatan tentang stunting naik sebesar 28 poin dibandingkan sebelumnya. Secara statistik, dengan menggunakan uji Wilcoxon hasilnya menunjukan adanyat perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan, dengan taraf signifikansi  ρ = 0,0001 (ρ < 0,05). Diharapkan setelah diberikan pembekalan maka kelompok kegiatan akan berkontribusi dalam peningkatan pengetahuan masyarakat tentang stunting melalui kegiatan deteksi dini, melakukan penyuluhan dan pemantauan terhadap keluarga yang memiliki anggota stunting

    Study of Diabetes Mellitus Management Policies Using a Systems Approach in Surge Capacity

    Get PDF
    Background: The prevalence of Diabetes Mellitus (DM) in Indonesia continues to increase, even though DM control policies and programs have been implemented. According to existing policies, the family has not been involved in diabetes control. This study evaluates diabetes mellitus management policies by designing family-based community empowerment model interventions with a systems approach to surge capacity.   Methods: The design of this study used a cross-sectional operational analysis conducted in Cirebon City with 26 participants. Data collection was carried out using Focus Group Discussion (FGD) and in-depth interviews using interview guidelines from the surge capacity component. Inclusion criteria were Non-Communicable Diseases program holders at the Cirebon City Health Office and Community Health Centers with the highest and lowest prevalence, and DM sufferers and their families representing each age and gender category. Data analysis was performed using open code.   Results: The non-communicable disease program has not been integrated between the health office and the hospital; funds for the DM prevention program have not met the needs; there are limited human resources with multiple tasks and an excessive workload, so it is not optimal for DM health services; and there is a lack of family involvement in diabetes control, so the incidence of DM is still not usually controlled.   Conclusion: Policy studies using a system approach in surge capacity have been able to dig up various information on DM control efforts in terms of policy, organizational structure, DM surveillance, information systems, integrated services, case screening, budgeting, and community empowerment

    POS KESEHATAN JIWA SEBAGAI WUJUD SINERGITAS PEMERINTAHAN, AKADEMISI, TOKOH MASYARAKAT DAN KADER KESEHATAN DALAM UPAYA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

    Get PDF
    Kegiatan ini dilatar belakangi oleh kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa di masyarakat, yang ditandai  adanya ODGJ yang belum melakukan pengobatan secara teratur ke puskesmas, masih ada ODGJ yang telat minum obat, sehingga terjadinya kekambuhan dan perilaku yang mengancam lebih besar. Kesehatan jiwa masyarakat atau yang disebut Community Mental Health merupakan suatu hal yang telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi sebagian besar negara, data dari WHO Mental Health Atlas menunjukkan bahwa permasalahan besar di wilayah negara berkembang adalah sumber daya manusia. Kerjasama lintas sektoral, termasuk melibatkan peran serta masyarakat penting dilakukan, karena sumber daya masyarakat merupakan aspek paling vital dalam menyukseskan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat dalam menciptakan masyarakat yang memiliki kesehatan mental yang baik. Sebagai perwujudan upaya tersebut maka dilakukan pembentukakan Pos Kesehatan Jiwa (Poskeswa). Poskeswa merupakan wadah untuk memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mencegah serta mengatasi masalah kesehatan jiwa warganya, sehingga terwujud Desa/Kelurahan Sehat Jiwa. Poskeswa merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya bidang pengabdian masyarakat. Poskeswa diresmikan diawali beberapa beberapa kegiatan antara lain penyusunan buku pedoman kader kesehatan jiwa, pelatihan untuk 43 kader kesehatan jiwa, pembuatan video stigma ODGJ, pemberian sarana terapi modalitas berupa media cocok tanam dan budikdamber pada 10 orang ODGJ yang sudah hidup produktif. Melalui program ini diharapkan kesembuhan pasien gangguan jiwa tidak tergantung dengan obat-obatan saja, namun juga mendapatkan dukungan keluarga dan masyarakat. Selanjutnya para pasien mampu produktif mengembangkan keterampilan dan sebagainya. Keberlangsungan kegiatan Poskeswa dilakukan melalui peningkatan kerja sama lintas sektor dan lintas program dalam mendukung kemandirian ODGJ, keluarga dan masyarakat

    STRATEGY ANALYSIS AND MARKETING PROGRAMS FOR HEALTH SERVICES FOR INCREASING HOSPITAL PATIENT VISITS AT PUSKESMAS CIMARAGAS, CIAMIS DISTRICT

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Analisis Strategi dan Program Pemasaran Pelayanan Kesehatan Dalam Upaya Meningkatkan Kunjungan Pasien di Puskesmas Cimaragas Kabupaten Ciamis. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Pengumpulan  data yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan wawancara disertai dengan teknik observasi dan kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan  analisis SWOT. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan atau kelemahan dan faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang atau ancaman di Puskesmas Cimaragas Kabupaten Ciamis, yaitu faktor internal meliputi organisasi, sumber daya manusia, sarana prasarana, dana, dan pembiayaan kesehatan, sedangkan faktor eksternal meliputi pemerintah, masyarakat, asuransi kesehatan, undang – undang dan peraturan, kondisi ekonomi daerah, perkembangan teknologi kesehatan, perkembangan teknologi informasi, tingkat inflasi, dan nilai kurs serta persaingan antar fasilitas kesehatan tingkat pertama. Puskesmas Cimaragas Kabupaten Ciamis berdasarkan diagram analisis SWOT terletak pada Kuadran I yaitu strategi agresif, dimana Puskesmas Cimaragas Kabupaten Ciamis berada pada posisi strategi : a). Merupakan posisi yang sangat menguntungkan, b). Mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal
    corecore