232 research outputs found

    Childhood Health and Growth Trends: A Cross-Sectional Study of School Children

    Get PDF
    Childhood is a pivotal phase of human development, entails rapid growth and evolving health requirements. This cross-sectional study examines the age and sex distribution of school children across five coastal localities. To address the unique health and well-being challenges faced by school children in different regions, this cross-sectional study explores the age and sex distribution of school children across five distinct localities: Koilpathu, Karaikalmedu, Nallathur, Varichikudy, and Kottucherry. It offers a comprehensive examination of school children, encompassing demographic profiles, anthropometric measurements, and a wide array of health-related data. Our analysis revealed shifting gender proportions across age groups, with females dominating in the younger years but males surpassing females as children grow older. Particularly intriguing were the 12-year age group's scarcity of females (0.3%) and the 13-year age group's exclusive female composition (6.07%). Regarding body mass index (BMI), boys generally exhibited values near reference standards in their early years, while girls displayed lower BMI values than the reference during pre-adolescence, signaling potential nutritional concerns. Malnutrition was less prevalent in younger age groups, but overweight and obesity became more common as children aged. Gender-specific health disparities were also evident, with females more susceptible to anemia, while males had a higher prevalence of color blindness and dental health issues. These findings underscore the importance of tailored interventions to address age and gender-specific health challenges among coastal school children

    Predictors of Malnutrition in Different Geographic Regions of Peru

    Get PDF
    Malnutrition is responsible for over 3 million childhood deaths each year. Those who survive early nutritional deficiencies and the subsequent growth failure face life-long consequences, including long-term deficits in cognitive development, decreased academic achievement, and reduced economic opportunities later in life. Low height for age, or stunting, indicates chronic malnutrition, while low weight for height (wasting) indicates acute malnutrition. Caloric deficiencies, micronutrient deficiencies, intestinal parasites, and diarrheal diseases all directly contribute to acute and chronic undernutrition. Peru is an ethnically and geographically diverse country that has experienced great economic growth and dramatic health improvements in the last decade. Nationally, stunting in children under five dropped from 31.6% in 2000 to 19.6% in 2011. Despite this overall improvement, a growing disparity has emerged: Urban and coastal areas have seen the greatest drop in stunting, but the prevalence of stunting remains high in rural and mountainous Andean areas. Research to-date has examined predictors of malnutrition for the country as a whole, but has not looked at specific geographic differences. Using the 2012 Demographic and Health Survey (DHS) dataset for Peru, this study aims to 1) describe the prevalence of stunting and wasting in different geographic regions of Peru, and 2) determine which factors predict undernutrition in each region

    A global perspective on food systems

    Get PDF
    https://scholarworks.uvm.edu/fss2014/1005/thumbnail.jp

    Gerakan edukasi cegah stunting dari rumah pada masyarakat Kabupaten Maros

    Get PDF
    Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang memberikan banyak implikasi negatif jika tidak dicegah lebih dini. Salah satu faktor penghambat upaya penanganan stunting di masyarakat adalah rendahnya rendahnya pengetahuan mayarakat terkait gizi. Tujuan kegiatan ini adalan untuk memberikan edukasi bahwa stunting itu dapat dicegah dari rumah. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan menggunakan metode CBR (Community-Based Research) dimana komunitas target berperan aktif dalam  proses kegiatan, dalam rangka meningkatkan efektifitas proses kerja dan menghasilkan sebuah rekomendasi yang benar-benar bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan sosial mereka. Hasilnya metode edukasi yang dilakukan pada kegiatan ini (penyuluhan dan pembagian poster) efektif memperbaiki literasi komunitas target terkait informasi stunting. Oleh karena itu, diharapkan agar kegiatan serupa dapat terus dilakukan oleh tenaga kesehatan setempat termasuk untuk masalah kesehatan selain stunting

    Different Intakes of Energy and Protein in Stunted and Non-stunted Elementary School Children in Indonesia

    Get PDF
    Stunting is a nutritional problem in Indonesia, especially in the coastal areas of the Dumai district in the Riau province. This study aimed to identify the stunting data from an elementary school in the Sungai Sembilan Dumai municipality, and the different average intakes of energy and protein in the stunted and non-stunted children. This was an observational study with a cross-sectional design that evaluated 299 children between 5 and 14 years old. The participants were chosen using a random sampling technique. The stunting data was obtained using anthropometry, and the energy and protein intake data were obtained from a food record. The collected data were processed and analyzed using univariate and bivariate analyses. There were 108subjects (36.1%) who suffered from stunting, of which 15.7% were overweight and 10.2% were underweight. There was no significant difference in the average energy intakes between the stunted and non-stunted children (p=0.70). However, there was a significant difference in the average protein intakes between the stunted and nonstunted children (p=0.00). A low protein intake was a risk factor for the incidence of stunting in the primary school-aged children. Therefore, early detection is needed to reduce the incidence of stunting, mainly during the first 1,000 days of life. Keywords: stunted, protein, energy, intake, childre

    MENGGUGAH PERUBAHAN: UPAYA PENURUNAN ANGKA STUNTING MELALUI KELAS IBU BALITA

    Get PDF
    Kelas ibu balita merupakan program pengabdian masyarakat yang difokuskan pada pendidikan dan pelatihan bagi ibu-ibu dalam upaya penurunan angka stunting. Dalam kelas ini, ibu-ibu diberikan pengetahuan tentang pentingnya nutrisi yang seimbang, asupan makanan bergizi, dan praktik pemberian makan yang baik bagi anak balita. Melalui kelas ibu balita, diharapkan ibu-ibu dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan dalam merawat anak-anak mereka secara sehat dan optimal. Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan di posyandu yaitu  Posyandu Melati Sikolong dan Posyandu Pelangi Indah Pangmaroan Waktu: 5 April 2023 dan 22 April dengan Sasaran Ibu yang memiliki bayi dan Balita, melalu program pengabdian masyarakat dapat dihasilkan adanya perubahan pola makan, praktik pemberian makan yang baik, dan stimulasi tumbuh kembang yang tepat, diharapkan dapat mengurangi risiko stunting pada anak balita. Pengabdian masyarakat melalui kelas ibu balita menjadi langkah konkrit dalam penurunan angka stunting. Melalui partisipasi aktif dalam kelas ini, ibu-ibu dapat menjadi agen perubahan dalam lingkungan keluarga mereka dan komunitasnya. Diharapkan, dengan melibatkan ibu-ibu dalam program ini, dapat tercapai penurunan angka stunting yang signifikan dan terciptanya generasi balita yang sehat, cerdas, dan berkualitas di masa depan

    FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA ASUH MAKAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI KABUPATEN BANYUMAS

    Get PDF
    Kekurangan gizi pada anak dapat disebabkan ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan tubuh.dan di dukung dengan pola makan yang kurang baik. Pola makan dipengaruhi oleh multifaktor yaitu umur, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, tingkat penghasilan orangtua, jumlah anggota keluarga, peranan pola asuh orangtua dan pantangan. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh makan anak usia 0-24 bulan di Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional, lama penelitian 8 bulan. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 anak usia 0-24 bulan yang dia  Analisa data bivariat Chi-Square untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan pola asuh makan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebagian besar 93%% ibu berpendidikan dasar dan menengah, 64% ibu memiliki pengetahuan gizi baik, 86% rutin ke posyandu, sebanyak 78,0% anak diberikan Inisiasi menyusui dini saat lahir, dan sebanyak 56,0% anak diberikan ASI, Pemberian MP ASI diberikan sebagian besar kurang dari 6 bulan (77,0%), ada 71,0% anak mempunyai riwayat menderita sakit infeksi (ISPA, Diare) dalam satu bulan terakhir, dan pola asuh beresiko sebanyak 60%. Faktor ibu yang berhubungan dengan pola asuh makan pada penelitian ini adalah riwayat IMD, pemberian MP ASI yang bervariasi, pemberian makanan keluarga, pemberian MP-ASI lokal dan pengetahuan ibu

    Pendampingan Ibu Hamil dan Sosialisasi Pentingnya Pemenuhan Gizi 1000 HPK di Desa Tanah Putih

    Get PDF
    Stunting adalah bentuk kekurangan gizi anak dengan pertumbuhan yang berada dibawah standar. Masa pertumbuhan anak adalah salah satu hambatan paling penting bagi perkembangan manusia. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pada bulan November 2022 – Januari 2023 di Desa Tanah Putih, Kec. Botupingge, Kabupaten Bone Bolango. Secara umum pelaksanaan kegiatan ini dibagi ke dalam dua kegiatan utama, yaitu 1) Pendampingan ibu hamil berisiko tinggi, 2) Sosialisasi pencegahan stunting. Pendampingan ibu hamil dilaksanakan dengan metode One Student One Client (OSOC) dengan melakukan kunjungan rumah. Pendampingan dilakukan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Kesehatan (PK) Universitas Negeri Gorontalo di Desa Tanah Putih, dimana satu orang mahasiswa mendampingi satu orang ibu hamil berisiko tinggi setiap minggunya. Kegiatan lainnya adalah sosialisasi stunting dilaksanakan dengan metode ceramah dan diskusi. Kegiatan pendampingan ibu hamil dan sosialisasi pemenuhan gizi selama 1000 HPK dalam rangka pencegahan stunting dapat terlaksana dengan baik

    Determinants of Childhood Stunting in Guinea: Further Analysis of Demographic and Health Survey 2012

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Childhood stunting remains a major public health problem in developing countries because of its association with increased morbidity and mortality. In Guinea, the prevalence of childhood stunting has increased from 30.5% to 31.2% between 1999 and 2012. This study aimed to identify factors associated with stunting and severe stunting among children aged less than five years in Guinea. Methods:The study used a cross-sectional data from the 2012 Guinean Demographic and Health Survey which included 3176 children aged 0-59 months. The 2016 WHO Height-for-age Z-score (HAZ) was used to classify stunting as moderate stunting (HAZ Results: The prevalence of child stunting was higher in boys (32.69%) than in girls (29.12%). Age was a significant determinant of stunting with the highest odds among children aged 24-35 months (Adjusted OR=6.82; 95%CI=4.37, 10.63). Children from Mamou (Adjusted OR=2.17 95% CI 1.16, 4.05) and N’zerekore (Adjusted OR=2.05 95% CI 1.15, 3.66) were more likely to be stunted compared to those from the capital city Conakry. The other factors associated with growth faltering were wealth index (poorest, poorer, and middle), short birth interval (less than 24 months, 24 to 47 months), mother’s low body mass index (less than 18.5 kg/m2) and source of drinking water (unimproved). Conclusion: Our findings suggest that intervention to address childhood stunting in Guinea should focus on poverty alleviation as well as improving women’s nutrition, child feeding practices, household sanitation and family planning

    Lack of community-level improved sanitation causes stunting in rural villages of Lao PDR and Vietnam

    Get PDF
    Increasing evidence indicates that inadequate sanitation is among the underlying causes of stunting. Stunted children are not only shorter than average: their cognitive development and chances to become productive adults are also affected. Poor sanitation, especially open defecation, still prevails in rural communities of Lao PDR, while unimproved sanitation showed no improvement in rural Vietnam during the past decade (although open defecation has declined rapidly). The poorest living in remove villages of Lao PDR and rural mountainous regions of Vietnam suffer the most from unimproved sanitation and stunting. Our analysis shows that community-level unimproved sanitation causes stunting in rural Vietnam and Lao PDR, regardless of whether a child household uses improved toilets. Thus, policies, programmatic interventions and incentives would best focus on community-wide (rather than household) outcomes and behavioural change. Targeted support for the poor might be a complementary element to ensure their inclusion
    • …
    corecore