15 research outputs found

    Bentuk Sapaan Pronomina Persona Bahasa Tetun Dialek Fehan

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk sapaan yang terdapat dalam bahasa Tetun dialek Fehan berdasarkan bentuk pronomina persona yang ada dalam bahasa Tetun dialek Fehan. Fokus penelitian ini adalah percakapan sehari-hari yang melibatkan bentuk-bentuk sapaan pronomina persona yang ada di desa Kletek. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode ini memanfaatkan pengumpulan data dengan teknik observasi partisipan, yang menggali data langsung dari tuturan para penutur asli melalui wawancara dengan informan di desa Kletek, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk sapaan Pronomina persona yang digunakan oleh masyarakat Fehan dalam tuturan setiap hari seperti bentuk pronomina persona pertama tunggal/ singular ā€˜hauā€™ (saya), plural inklusif ā€˜amiā€™ (kami), dan plural eksklusif ā€˜itaā€™ (kita), pronomina persona kedua tunggal ā€˜o, ita bot, naā€™i, dan jamak ā€˜ emiā€ serta pronomina persona ketiga tunggal ā€˜niaā€™ dan jamak ā€˜siaā€™. Analisis mengenai bentuk pronomina persona bahasa Tetun dialek Fehan dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya variabel formal dan non-formal, jenis kelamin, kekerabatan, dan usia

    KEKERABATAN BAHASA TETUN DAN BAHASA DAWAN (LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF)

    Get PDF
    This research aims to describe the relationship between the Tetun and Dawan languages which is entitled ā€œThe kinship relationship between the Tetun and Dawan languagesā€ using the theory of comparative historical linguistics. The method used qualitative and quantitative approaches using a lexicostatistic technique. The data collection methodology and technique used are effective methods of observation, interviewing, and recording. This research was conducted at the village of Rafae, Raimanuk District, Belu Regency. The research instrument used in the interview was a list of questions containing 200 basics (Swadesh) vocabulary. The results showed that there was a relationship between the Tetun and Dawan languages, attempts through 33 pairs of related words, with 5 pairs of identical words category, phonetic match 10, phonetically similar 6, and a different phonemic 12. The level of kinship Bahasa Tetun and Bahasa Dawan has a kinship at the level of rock (stock) with a percentage of 16,5 %.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan bahasa Tetun dan bahasa Dawan yang berjudul ā€œKekerabatan bahasa Tetun dan bahasa Dawanā€ menggunakan teori Linguistik Historis Komparatif. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif di lakukan dengan teknik leksikostatistik. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode cakap berupa observasi, wawancara, pencatatan dan perekaman. Penelitian ini dilakukan di Desa Rafae, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu. Instrumen penelitian yang digunakan dalam wawancara berupa daftar pertanyaan yang memuat 200 kosakata dasar (Swadesh). Hasil penelitian menunjukkan adanya kekerabatan antara bahasa Tetun dan bahasa Dawan, terdapat 33 pasangan kata yang berkerabat, dengan kategori pasangan kata identik 5, korespondensi fonemis 10, kemiripan secara fonetis 6, dan satu fonem berbeda 12. Tingkat kekerabatan bahasa Tetun dan bahasa Dawan mempunyai hubungan kekerabatan pada tingkat rumpun (stock) dengan persentase 16,5%

    BENTUK SAPAAN NAMA DIRI MASYARAKAT FEHAN

    Get PDF
    This study aims to describe the address form of the proper name spoken by Tetun Fehan community. The purpose of this study is to describe the address form of the proper name spoken by the Fehan community in Malacca Regency. The method used in this study is a qualitative descriptive method. Data collection techniques can be conducted through questionnaires, participant observations, interviews, and notes. The results of this study refer to the ervin trip theory as a benchmark for writing an address form of the proper name for the Fehan society which can be classified into four which include (1) Status consists of fehan proper name and proper name for parents, (2) Rank involves proper name of profession, (3) Identity Include the proper name of titel which includes the proper name of an education degree, and proper name of the indigenous title. (4) Generation level includes kinship terms, the proper name of Baptist, the proper name of the sequence of birth, and the proper name of hyponymy.  Using the form of the proper name by Fehan society of Tetun speakers always use address form of kinship term (Indonesian for formal speech forms dan Tetun for non-formal speech forms). Fehan people know the term hakā€™neter (Respect), hak ā€˜Taek (have good manners), and haā€™folin (appreciate),  where the term became the signature of the Fehan society in communicating by considering the age of the speakers.Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk sapaan nama diri yang digunakan oleh masyarakat Fehan penutur bahasa Tetun. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk nama diri yang dituturkan masyarakat Fehan di Kabupaten Malaka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui kuesioner, observasi partisipan, wawancara, dan catat. Hasil penelitian ini merujuk pada teori ervin trip sebagai tolak ukur untuk menulis bentuk sapaan nama diri masyarakat Fehan yang dapat diklasifikasikan menjadi empat yang meliputi (1) status meliputi nama orangtua, (2) Pangkat meliputi nama diri profesi, (3) Identitas meliputi nama diri gelar yang meliputi nama diri gelar pendidikan, dan nama diri gelar adat. (4) Tingkat generasi meliputi istilah kekerabatan, nama diri fehan, nama diri baptis, nama diri urutan kelahiran, dan nama diri hiponimy.  Penggunaan bentuk nama diri tersebut oleh masyarakat Fehan penutur bahasa Tetun selalu menggunakan sapaan kekerabatan (bahasa Indonesia untuk bentuk tuturan formal dan sapaan kekerabatan bahasa Tetun untuk situasi non formal). Orang Fehan mengenal istilah hakā€™neter (menghormati),  hakā€™taek (memiliki sopan-santun), haā€™folin (menghargai),  dimana istilah tersebut menjadi signature orang Fehan dalam berkomunikasi dengan memperhatikan usia para petutur

    KEKERABATAN BAHASA TETUN DAN BAHASA DAWAN (LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF)

    Get PDF
    This research aims to describe the relationship between the Tetun and Dawan languages which is entitled ā€œThe kinship relationship between the Tetun and Dawan languagesā€ using the theory of comparative historical linguistics. The method used qualitative and quantitative approaches using a lexicostatistic technique. The data collection methodology and technique used are effective methods of observation, interviewing, and recording. This research was conducted at the village of Rafae, Raimanuk District, Belu Regency. The research instrument used in the interview was a list of questions containing 200 basics (Swadesh) vocabulary. The results showed that there was a relationship between the Tetun and Dawan languages, attempts through 33 pairs of related words, with 5 pairs of identical words category, phonetic match 10, phonetically similar 6, and a different phonemic 12. The level of kinship Bahasa Tetun and Bahasa Dawan has a kinship at the level of rock (stock) with a percentage of 16,5 %.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan bahasa Tetun dan bahasa Dawan yang berjudul ā€œKekerabatan bahasa Tetun dan bahasa Dawanā€ menggunakan teori Linguistik Historis Komparatif. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif di lakukan dengan teknik leksikostatistik. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode cakap berupa observasi, wawancara, pencatatan dan perekaman. Penelitian ini dilakukan di Desa Rafae, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu. Instrumen penelitian yang digunakan dalam wawancara berupa daftar pertanyaan yang memuat 200 kosakata dasar (Swadesh). Hasil penelitian menunjukkan adanya kekerabatan antara bahasa Tetun dan bahasa Dawan, terdapat 33 pasangan kata yang berkerabat, dengan kategori pasangan kata identik 5, korespondensi fonemis 10, kemiripan secara fonetis 6, dan satu fonem berbeda 12. Tingkat kekerabatan bahasa Tetun dan bahasa Dawan mempunyai hubungan kekerabatan pada tingkat rumpun (stock) dengan persentase 16,5%

    KONSTRUKSI NEGASI BAHASA DAWAN

    Get PDF
    Penelitian ini berisi tentang bentuk negasi dan konstruksi kalimat negasi dalam bahasa Dawan. Negasi atau pengingkaran, yakni proses atau konstruksi yang mengungkapkan pertentangan isi makna suatu kalimat, dilakukan dengan penambahan kata ingkar pada kalimat.  Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini bertumpu pada metode deskriptif kualitatif. Metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan tentang bentuk kata negasi yang kemudian dilanjutkan dengan deskripsi kontruksi kalimat negasi pada bahasa Dawan. Dalam BD terdapat 3 (tiga) bentuk pemarkah negasi, yaitu: kais ā€˜janganā€™; kan-fa ā€˜tidakā€™ dan kan-fe ā€˜belumā€™ yang secara leksikal dan gramatikal memiliki makna dan fungsi yang berbeda. Dalam konstruksi kalimat negasi pada BD, distribusi bentuk negasi kan-fa ā€˜tidakā€™ dan kan-fe ā€˜belumā€™ dituntut untuk selalu secara utuh mengapit bentuk predikat dalam kalimat, jika salah satu dari unsur negasi ini tidak hadir, maka kontruksi kalimat negasi tersebut tidak berterima. Sedangkan pada bentuk negasi kais ā€˜janganā€™ yang sering digunakan dalam jenis kalimat imperative atau kalimat perintah

    BENTUK SAPAAN NAMA DIRI MASYARAKAT FEHAN

    Get PDF
    This study aims to describe the address form of the proper name spoken by Tetun Fehan community. The purpose of this study is to describe the address form of the proper name spoken by the Fehan community in Malacca Regency. The method used in this study is a qualitative descriptive method. Data collection techniques can be conducted through questionnaires, participant observations, interviews, and notes. The results of this study refer to the ervin trip theory as a benchmark for writing an address form of the proper name for the Fehan society which can be classified into four which include (1) Status consists of fehan proper name and proper name for parents, (2) Rank involves proper name of profession, (3) Identity Include the proper name of titel which includes the proper name of an education degree, and proper name of the indigenous title. (4) Generation level includes kinship terms, the proper name of Baptist, the proper name of the sequence of birth, and the proper name of hyponymy.  Using the form of the proper name by Fehan society of Tetun speakers always use address form of kinship term (Indonesian for formal speech forms dan Tetun for non-formal speech forms). Fehan people know the term hakā€™neter (Respect), hak ā€˜Taek (have good manners), and haā€™folin (appreciate),  where the term became the signature of the Fehan society in communicating by considering the age of the speakers.Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk sapaan nama diri yang digunakan oleh masyarakat Fehan penutur bahasa Tetun. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk nama diri yang dituturkan masyarakat Fehan di Kabupaten Malaka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui kuesioner, observasi partisipan, wawancara, dan catat. Hasil penelitian ini merujuk pada teori ervin trip sebagai tolak ukur untuk menulis bentuk sapaan nama diri masyarakat Fehan yang dapat diklasifikasikan menjadi empat yang meliputi (1) status meliputi nama orangtua, (2) Pangkat meliputi nama diri profesi, (3) Identitas meliputi nama diri gelar yang meliputi nama diri gelar pendidikan, dan nama diri gelar adat. (4) Tingkat generasi meliputi istilah kekerabatan, nama diri fehan, nama diri baptis, nama diri urutan kelahiran, dan nama diri hiponimy.  Penggunaan bentuk nama diri tersebut oleh masyarakat Fehan penutur bahasa Tetun selalu menggunakan sapaan kekerabatan (bahasa Indonesia untuk bentuk tuturan formal dan sapaan kekerabatan bahasa Tetun untuk situasi non formal). Orang Fehan mengenal istilah hakā€™neter (menghormati),  hakā€™taek (memiliki sopan-santun), haā€™folin (menghargai),  dimana istilah tersebut menjadi signature orang Fehan dalam berkomunikasi dengan memperhatikan usia para petutur

    VERBA BERKLITIK DALAM BAHASA LAMAHOLOT DIALEK LEWOKLUOK (Clitic Verb on Lamholot Language Lewokluok Dialect)

    Get PDF
    This reseacrh contains: (1) morphosyntax and semantic-syntax classification of clitic verb and (2) shape of clitic verb in Lamaholot language Lewokluok dialect (BLDL). In morphosyntax clitic verb on BLDL only consist of action verbs and process-action verb andĀ  syntactically is a transitive verb (V. trans+action). In addition, proclitic verbs on BLDL also have a semantic features action but syntactically is an intransitive verb (V. intrans+action). BLDL does not have proclitic verb which is syntactically ditranstive category.Ā  While the enclitic verbs on BLDL consists of action verbs, motion verbs), and cognition verbs, and semantic-syntactically is a verb that has semantic features action and process, but generally enclitic verb on BLDL is syntactically intransitive category.Ā  Based on its form, BLDLā€™s verb consist of (1) verbs that cannot stand alone (bound root morpheme) that must be attached to proclitic; and (2) verbs that can stand alone (free root morpheme) and can attach themselves to clitic. In addition, BLDL verb forms also can appear as (3) verbs that can stand alone, without experiencing any process-called simple verb; (4) The verb that has serialization structure or serial verbs. Ā Tulisan ini berisi tentang (1) klasifikasi verba berklitik secara morfosintaksis danĀ  semantis-sintaksis dalam bahasa Lamaholot dialek Lewokluok (BLDL); (2) bentuk verba berklitik dalam BLDL. Secara morfosintaksis verba berproklitik pada BLDL hanya terdiri atas verba aksi (actions) dan verba aksi-proses (action-process) dan secara sintaksis merupakan verba transitif (V. trans+aksi). Selain itu, verba berproklitik pada BLDL juga memiliki ciri semantis tindakan namun secara sintaksis merupakan verba intransitif (V. intrans+aksi). BLDL tidak memiliki verba berproklitik yang secara sintaksis berupa dwitransitif.Ā  Sedangkan pada verba berenklitik pada BLDL terdiri atas verba aksi (actions), verba gerakan (motion), dan verba kognisi, dan secara semantis-sintaksis merupakan verba yangĀ  memiliki ciri semantis tindakan (actions) dan proses. Namun, umumnya secara sintaksis verba berenklitik pada BLDL berkategori verba intransitif. Verba BLDL ditinjau dari segi bentuk terdiri atas (1) verba yang tidak dapat berdiri sendiri (bound root morpheme)Ā  sehingga wajib mendapat bentuk klitik, dan dalam penelitian ini peneliti menyebutnya sebagai verba berprolitik; dan (2) verba yang dapat berdiri sendiri (free root morpheme) dan bisa melekatkan diri pada klitik. Selain itu, bentuk verba BLDL juga dapat tampil menjadi (3) verba yang dapat berdiri sendiri, tanpa mengalami proses apapun atau disebut dengan verba sederhana; (4) verba yang memiliki struktur serialisasi atau verba serial

    Pelatihan Penggunaan Aplikasi Edmodo sebagai Sarana Pembelajaran Daring bagi Guru di SMP N 1 Kefamenanu

    Get PDF
    Artikel ini berisi tentang laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berupa pelatihan penggunaan aplikasi edmodo sebagai sarana pembelajaran daring bagi tenaga pendidik di SMP N 1 Kefamenanu. Umumnya guru di SMP N 1 sudah memahami bahwa pembelajaran daring dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa sarana/media aplikasi. Namun sayangnya dikarenakan keterbatasan informasi dan fasilitas teknologi hanya terdapat 1 orang guru atau sekitar 5% guru yang mengetahui tentang aplikasi Edmodo dari 20 orang guru yang ditugaskan sebagai peserta atau subjek dampingan. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan pada bulan Mei 2021 dengan metode operasional berbentuk pelatihan singkat. Secara teknis, seluruh tahapan dalam kegiatan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dengan adanya kegiatan pelatihan ini, 20 guru yang menjadi peserta kegiatan telah mampu mengaplikasikan aplikasi edmodo sebagai alternatif sarana dalam pembelajran daring khususnya pada saat pandemi seperti sekarang ini. Berdasarkan hasil pengisian kuisioner pascakegiatan, respon dari subjek dampingan menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan ini sangat bermanfaat bagi subjek dampingan. Tenaga pendidik di lingkungan SMP N 1 Kefamenanu yang menjadi subjek dampingan kini mengerti dan memahami bagaimana mengaplikasikan aplikasi edmodo dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pelatihan ini, tim juga berencana menyelenggarakan kegiatan serupa kepada guru-guru lain yang ada di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara

    PEMANFAATAN INFOGRAFIS DALAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SMK

    Get PDF
    Berdasarkan observasi awal, pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS)  belum melibatkan media teknologi informasi. Padahal, era revolusi industri 4.0 menuntut masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan segala pekembangan, salah satunya melalui penggunaan media digital.  Oleh karena itu, tim pengabdi bertujuan melakukan pengabdian pendampingan pemanfaatan infografis dalam kegiatan literasi membaca sebagai jawaban tuntutan zaman tersebut. Pengabdian ini dilaksanakan di SMK Katolik Kefamenanu.  Kegiatan ini meliputi tiga tahapan besar yakni 1) memperkenalkan, menjelaskan, dan  mempraktikan desain infografis; 2) meminta peserta didik untuk membaca keunggulan objek Indonesia di Wikipedia, dan 3) melaporkan hasil baca melalui desain infografis. Hasil pengabdian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan infografis dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas peserta didik dalam kegiatan  literasi membaca. Motivasi dan kreativitas peserta didik dapat diidentifikasi dari tingkat aktivitas peserta didik yang tinggi dan kemampuan berkreasi memilih fitur-fitur menarik dalam templat infografis yang sesuai keinginan peserta didik. Dengan demikian infografis ini dapat direkomendasikan untuk diterapkan dalam literasi membaca sebagai bagian dari GLS

    BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA INTERAKSI GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN KELAS VIII DI SMP NEGERI MAUBELI

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuktindak tutur direktif pada interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran kelas VIII di SMP Negeri Maubeli. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Objek dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif guru dan siswa dalam pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII SMP Negeri Maubeli. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik rekam, teknik catat.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat bentuk tindak tutur direktif memerintah, memohon, menuntut, menantang dan menyarankan
    corecore