63 research outputs found

    Kebijakan Formulasi Pidana Kerja Sosial Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Dalam Rangka Perlindungan Anak

    Get PDF
    Salah satu tujuan negara Indonesia adalah memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi anak, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 B ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945. Tujuan negara tidak dapat dipisahkan dengan tujuan pembangunan nasional, pembangunan nasional adalah membentuk manusia seutuhnya yang di dalamnya termasuk anak. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satu sarana yang dapat digunakan adalah melalui kebijakan legislatif/formulasi atau kebijakan pembentukan peraturan perundang-undangan. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan maka diutamakan adalah pendekatan humanistis, dengan memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dalam rangka perlindungan anak. Kebijakan legislatif (formulasi) yang baik seyogianya mengandung unsur yuridis, sosiologis, dan filosofis sehingga kaidah atau norma yang tercantum dalam undang-undang berlaku efektif dan dapat diterima oleh masyarakat. UU No. 11 Tahun 2012 Tentang SPP Anak merupakan bentuk kebijakan legislatif (formulasi) hukum pidana anak di Indonesia. Fokus penelitian dalam disertasi ini adalah Kebijakan formulasi pidana kerja sosial terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana dalam rangka perlindungan anak. Penelitian ini menggunakan metode normatif atau penelitian hukum kepustakaan, dengan membahas permasalahan sebagai berikut : 1) Apa dasar filosofi pidana kerja sosial terhadap perlindungan anak sebagai pelaku tindak pidana di masa yang akan datang. 2) Bagaimana kebijakan formulasi perumusan norma pidana kerja sosial tentang jenis tindak pidana, batas usia minimum yang dapat dikenakan pidana kerja sosial, dan tentang keberadaan anak selama masa menjalani pidana kerja sosial terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana di masa yang akan datang. Berdasarkan analisis dan pembahasan dari kedua permasalahan tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut; Pertama, Dasar filosofi perlindungan anak dikaitkan pidana kerja sosial dapat dilihat dalam konsideran UU No. 11 Tahun 2012 Tentang SPP Anak. Huruf (a) Bahwa anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. (b) Bahwa untuk menjaga harkat dan martabatnya, anak berhak mendapatkan perlindungan khusus, terutama perlindungan hukum dalam sistem peradilan. Rumusan huruf (b) hanya mengandung asas perlindungan saja sehingga tujuan untuk mewujudkan kesejahteran demi kepentingan terbaik anak tidak tercapai, oleh karenanya dasar filosofi konsideran UU SPP Anak perlu ditambah dengan asas keadilan dan kesejahteraan dengan pertimbangan bahwa keadilan dan kesejahteraan merupakan tujuan akhir dari sistem peradilan pidana anak. Kedua; UU No. 11 Tahun 2012 Tentang SPP Anak menggunakan istilah “pidana pelayanan masyarakat“, tidak menjelaskan tentang pidana kerja sosial, iv namun apabila dikaji lebih mendalam maka pidana pelayanan masyarakat memiliki makna yang sama dengan pidana kerja sosial. Di beberapa Negara pidana kerja sosial telah diatur dalam peraturan perundang-undangan seperti Belanda, Inggris bahkan Negara New Soulth Wales memiliki UU tersendiri yang mengatur tentang pidana kerja sosial anak. Dalam sistem pemidanaan di Indonesia pidana kerja sosial merupakan jenis pidana baru seperti termuat dalam konsep RUU KUHP Tahun 2015, Pasal 88 Ayat (1) Jika pidana penjara yang akan dijatuhkan tidak lebih dari 6 (enam) bulan atau pidana denda tidak lebih dari pidana denda Kategori 1 maka pidana penjara atau pidana denda tersebut dapat diganti dengan pidana kerja sosial. Ayat (4) Pidana kerja sosial dijatuhkan paling lama: (a). dua ratus empat puluh jam bagi terdakwa yang telah berusia 18 (delapan belas) tahun, (b). seratus dua puluh jam bagi terdakwa yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun. Hal ini menunjukan bahwa pidana kerja sosial dapat berlaku untuk orang dewasa maupun bagi anak, namun pasal ini tidak mencantumkan batas usia minimum. UU SPP Anak juga tidak mencantumkan usia minimum, jenis-jenis tindak pidana, dan keberadaan anak selama masa menjalani pidana kerja sosial, apakah anak tetap berada dalam lingkungan keluarga atau diserahkan kepada suatu lembaga tertentu. Dalam Pasal 128 Ayat (2) RUU KUHP, selama masa pemidanaan pelayanan masyarakat, anak tetap berada dalam lingkungan keluarga dengan ketentuan segala persyaratan yang telah diputus oleh pengadilan wajib dilaksanakan oleh anak dengan pendampingan dari orang tua/wali. Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 128 bahwa pelayanan masyarakat dimaksudkan untuk merehabilitasi anak, memberikan efek jera dan menimbulkan rasa empati. Dari penjelasan Pasal 128 menunjukan bahwa pidana pelayanan masyarakat sama maknanya dengan pidana kerja sosial. Tujuan pidana kerja sosial bagi anak adalah melindungi hak-hak anak seperti terhindar dari penderitaan akibat perampasan kemerdekaan, stigmatisasi, kehilangan rasa percaya diri, tetap menjalankan kehidupan secara normal, dan yang terpenting adalah anak tetap berada dalam lingkungan keluarga terutama bersama orangtua/wali sehingga tetap mendapat kasih sayang dan bimbingan dari orang tua/wali. Apabila dikaitkan dengan tujuan pemidanaan dengan menggunakan pendekatan teori “kebijaksanaan” bahwa kebijaksanaan disini harus dilihat dalam pengertian fisik, psikis dan spiritual, karena pertumbuhan secara fisik maupun mental seorang anak tidak boleh mengalami hambatan dan gangguan. Hal ini sejalan dengan tujuan pemidanaan yaitu tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan martabat manusia. Dengan demikian pidana kerja sosial dapat memenuhi aspek tujuan pemidanaan dan aspek perlindungan anak. Adapun rekomendasi yang dapat diajukan yaitu:1.Menambah azas keadilan dan kesejahteraan dalam konsideran sebagai dasar filosofi UU No. 11 Tahun 2012 huruf (b) menjadi; Bahwa untuk menjaga harkat dan martabat anak berhak mendapatkan keadilan, perlindungan khusus, terutama perlindungan hukum dalam sistem peradilan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak. 2. Merubah rumusan norma Pasal 73 ayat (1), menyisipkan dan menambah rumusan norma pada Pasal 76 UU No. 11 Tahun 2012 tentang SPP Anak, sebagai konsep baru (ius constituendum) yaitu; Pasal 73 ayat (1) Pidana dengan syarat dapat dijatuhkan oleh Hakim atas kejahatan dalam hal pidana penjara yang dijatuhkan paling lama 2 (dua) tahun, pelanggaran dengan pidana denda v atau memperbaiki kerusakan akibat tindak pidana. Pasal 76 ayat (2) pidana kerja sosial dapat dikenakan terhadap anak yang berusia minimum 14 (empat belas) tahun. (disisip). Ayat (3) Jika Anak tidak memenuhi seluruh atau sebagian kewajiban dalam menjalankan pidana kerja sosial tanpa alasan yang sah, pejabat pembina dapat mengusulkan kepada hakim pengawas untuk memerintahkan Anak tersebut mengulangi seluruh atau senagian pidana kerja sosial yang dikenakan terhadapnya. Ayat (4) Pidana kerja sosial untuk Anak dijatuhkan paling singkat 7 (tujuh) jam dan paling lama 120 (seratus dua puluh) jam. Ayat (5) Selama masa menjalani pemidanaan pidana kerja sosial, anak tetap berada dalam lingkungan keluarga, dengan ketentuan segala persyaratan pembinaan yang telah diputus oleh pengadilan wajib dilakukan oleh anak dengan pendampingan dari orang tua/wali. Menambah penjelasan Pasal 76 ayat (1). Yang dimaksud dengan pelanggaran adalah pelanggaran grafiti yaitu coretan-coretan pada dinding, yang menggunakan komposisi warna garis, bentuk, volume untuk menulis kata, simbol atau kalimat. Yang dimaksud dengan memperbaiki kerusakan akibat tindak pidana adalah suatu bentuk tanggung jawab yang wajib dilakukan oleh anak untuk memperbaiki kerusakan akibat tindak pidana yang telah dilakukan. Pemerintah perlu membentuk suatu lembaga atau badan tersendiri untuk mengawasi pelaksanaan pidana kerja sosial, dengan pertimbangan agar manfaat dari pidana kerja sosial dapat dirasakan langsung oleh masyarakat

    Pengaruh Terapi Nature Sounds terhadap Tingkat Stres pada Pasien Diabetes Militus Tipe 2 di Puskesmas Kotagede 1 Yogyakarta

    Get PDF
    Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi. Salah satu penyebab peningkatan kadar gula darah adalah terjadinya stres. Mengatasi stres dapat dilakukan dengan terapi musik nature sounds (suara air mengalir), pada penelitian sebelumnya dilakukan penelitian pengaruh terapi nature sounds pada pasien kecemasan di ICU didapatkan kecemasannya menurun dan terapi nature sound dapat juga menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami (serotonin).Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi nature sounds terhadap tingkat stres pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kotagede 1 Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian Pra-Eksperimendengan one-group pre-posttest design. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 16 responden. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner tingkat stress.Teknik analisa data menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test.Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh terapi nature sounds terhadap perbaikan tingkat stres pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kotagede 1 Yogyakarta dibuktikan dengan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan terapi nature sounds nilai p = 0,000 <a = 0,05.Kesimpulan: Terdapat pengaruh terapi nature sounds terhadap perbaikan tingkat stres pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kotagede 1 Yogyakarta

    IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

    Get PDF
    This research aimed at improving and explaining the phenomenon of policy implementation of Minimum Service Standar in Regional Hospital of Undata. Research method used is a qualitative method with data colection technique conducted through observation, interviews and documentation. Informants of this research aredetermined purposively on Undata Hospital employees who are deemed to understand and know about aspects of this research. Data were analysed using the Interactive Model by Milles and Huberman namely data collection, data reduction and display and conclusion/verification. The main guided as theory analytic is a model of policy implementation developed by Edward III which consists of aspects of Communication, Resources, Implementers’ Attitude/Dispotition and Bureaucratic Structure. The research result shows that the implementation of minimum service standar policy public on Undata Hospital of Central Sulawesi Province is generally in good enough categories. Of the four aspects investigated, aspect of  the communication aspect that has not gone well because the executor has not done it in a clear and consistent so the impact on policy objectives have not been able to understand the intent and policy objectives. Then aspect of the resources of amount employee reource, competency and skill of employee and facilities is effective enough. On dispotition aspect which consist of supporting, attitude and manner, has been shown good improvent. In bureaucracy structure with the  aspect of standard operational procedure, has been followed propoerly, but it only needs to increase the consistency with more strict rules

    Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Malaka (Phyllanthus emblica) Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus

    Get PDF
    Tanaman malaka dimanfaatkan sebagai obat tradisional, buahnya banyak digunakan untuk mengobati keluhan diare, demam, batuk darah, sedangkan daunnya bermanfaat untuk mengobati genangan air, maag, dan eksim. Akar tanaman malaka digunakan untuk mengobati batuk darah, radang usus, sakit perut, sedangkan kulit batang tanaman malaka di Indonesia hanya digunakan sebagai bumbu tambahan masakan, sedangkan di negara lain seperti Nepal, Burma, dan Thailand , Kulit batang malaka digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit seperti gangguan. buang air kecil, sembelit, diare, perawatan rambut, dan perawatan kulit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak kulit batang tanaman malaka (Phyllanthus emblica) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli dan S. aureus. Penelitian ini menggunakan metode difusi agar dengan variasi konsentrasi 8%, 10%, 12% dan 15% yang masing-masing konsentrasi diulang sebanyak lima kali. Hasil yang diperoleh adalah diameter zona hambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli dengan konsentrasi 8% pada jarak 1 mm, konsentrasi 10% dengan bakteri S. aureus pada jarak 4 mm, E. coli pada jarak 4 mm. 3 mm, dan konsentrasi 12% S. aureus pada 6 mm. , E.coli 5 mm, konsentrasi 15% S. aureus 10 mm, E.coli 6 mm, kontrol positif (kloramfenikol) S. aureus 17 mm, E. coli 15%. Pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus terbaik yang mendekati kontrol positif adalah pada konsentrasi 15%. Hasil data dianalisis menggunakan aplikasi SPSS 25 dengan metode uji Anova dan diuji lebih lanjut dengan uji Duncan. Hasil uji statistik diameter zona hambat bakteri Esherishia coli dan Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berbeda nyata, yaitu nyata dilihat dari nilai signifikansi 0,00 yang berarti 0,0

    Effect of Fermentation Time and Starbio Bioactivator Type and Local Microorganism (MOL) “Ginta” on The Nutritional Quality of Cassava Tuber Skin (Manihot Utilisima)

    Get PDF
    BAHRIA NASUTION, 2018. "The Influence of Old Fermentation And Types Of Starbio Bioactivators And Local Microorganisms (MOL)" Ginta "Against Quality Nutritional Skin Cassava Bulbs (Manihot Utilisima). Guided by HASNUDI and NURZAINAH GINTING. The aim of this research is to know the nutrient content of cassava tuber skin waste (Manihot utilisima) fermented with starbio bioactivator type and local microorganism (MOL) "ginta". This research was conducted at Nutrition Research Lab for Nutritional Research on Goat Cut Sei Putih, from July to August 2017. The design used in this study was a complete randomized design (RAL) patterned 3x3 pattern with 3 replications. Factor I is fermentation starbio, fermentation of local microorganism (ginta), fermentation starbio + local microorganism (MOL) "ginta". Factor II is the fermentation length of 6.10 and 14 days. The parameters studied were water content, crude protein, crude fiber, ash content, crude fat, BETN. The result of bioactivator type research gave a very significant (P &lt;0,01) to water content, crude protein, crude fiber and BETN of fermented cassava peel. The duration of fermentation had a very significant effect (P &lt;0.01) on crude protein and lower ash, coarse, and coarse fat. The conclusion of fermentation using starbio can increase the crude protein, BETN and lower crude fiber, and ash conten

    Pengaruh tingkat pendidikan guru terhadap prestasi belajar siswa di SMP N 2 Kecamatan Ranto Baek Kabupaten Mandailing Natal

    Get PDF
    Tingkat pendidikan guru merupakan faktor utama dalam menunjang pendidikan yang berkualitas, dengan adanya tingkat pendidikan guru yang berbeda diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SMP N 2 Kecamatan Ranto Baek Kabupaten Mandailing Natal. Adapun kualitas guru yang diharapkan adalah guru yang berkualitas, berkopetensi dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa, yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. Kompetensi guru yang di teliti melipiti empat kategori. Pertama, kemampuan guru dalam merencanakan program belajar mengajar. Kedua, kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran. Ketiga, kemampuan guru dalam melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. Dan keempat, kemampuan dalam menilai kemajuan proses belajar mengajar. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk nilai yang diberian guru berupa raport yang merupakan hasil dari beberapa bidang studi yang telah di pelajari oleh peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu dengan menggunakan rumus statisti. populasi peneltian adalah seluruh siswa SMP N 2 Ranto Baek kabupaten Mandailing Natal. Kelas VII, VIII dan IX yang berjumlah 185. Dengan demikian diambil sampel penelitian 15% yang berjumlah 28 orang siswa. Tekhnik sampel yang digunakan yaitu staratifiet random sampling, untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dilaksanakan riset dilapangan, intumen pengumpulan yang digunakan adalah angket dan dokumentasi. Peneliti memperoleh hasil penelitian bahwa tidak terdapat hubungan yang tidak positif dan tidak signifikan antara tingkat pendidikan guru dengan prestasi belajar siswa Ternyata ܨ௛௜௧௨௡௚>ܨ௧௔௕௘௟ yaitu 0,031 > 3,34 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan guru terhadap prestai belajar siswa di SMP N 2 Kecamatan Ranto Baek Kabupaten Mandaling Natal

    Clinical significance of T-bet, GATA-3, and Bcl-6 transcription factor expression in bladder carcinoma

    Get PDF
    International audienceBackground: The aim of this study was to investigate the clinical significance of three immune cell-related transcription factors, T-bet, GATA-3 and Bcl-6 in bladder cancer in Tunisian patients.Methods: Expression of T-bet, GATA-3 and Bcl-6 genes was assessed using RT-qPCR in 65 bladder cancers from patients: 32 being diagnosed as low-and medium-grade, 31 as high-grade, 25 as muscle invasive stage and 39 as non-muscle invasive stage. Gene expression was statistically correlated according to the grade, the stage, tobacco consumption, the BCG response and disease severity.Results: T-bet levels in patients with high-grade bladder cancer were significantly elevated compared to patients with low-or medium-grade bladder cancer (p = 0.005). In invasive carcinoma (T2-T4), the T-bet levels were significantly higher than in superficial non-invasive bladder tumors (Tis, Ta, and T1) (p = 0.02). However, T-bet is predictive of the response to BCG. Its expression is high in good responders to BCG (p = 0.02). In contrast, the expression of GATA-3 and Bcl-6 in non-invasive carcinoma (p = 0.008 and p = 0.0003) and in patients with low-and medium-grade cancers (p = 0.001 and p < 0.0001) is significantly higher than in invasive bladder tumors and in patients with high-grade bladder carcinoma, respectively. In addition, heavy smokers, whose tumors express low levels of GATA-3 and Bcl-6, are poor responders to BCG (p = 0.01 and p = 0.03). Finally, better patient survival correlated with GATA-3 (p = 0.04) and Bcl-6 (p = 0.04) but not T-bet expression.Conclusions: Our results suggest that T-bet expression in bladder tumors could be a positive prognostic indicator of BCG therapy, even if high levels are found in high-grade and stage of the disease. However, GATA-3 and Bcl-6 expression could be considered as predictive factors for good patient survival

    Updated checklist of bony fishes along the Libyan coasts (Southern Mediterranean Sea)

    Get PDF
    Here we provide an updated review of both native and non-indigenous ichthyofauna occurring in the waters of Libya, one of the largest and less studied marine areas of the Mediterranean basin. With respect to the most recent information, the list of Libyan bony fishes was updated with 104 species for a total of 304 listed taxa. Out of these species, 271 are native, 6 endemic to the Mediterranean, 22 non indigenous of Lessepsian origin and 5 range expanding taxa from Gibraltar. Information on the distribution and abundance of Lessepsian fishes along the Libyan coasts was gained through both field surveys and interviews with local small-scale fishermen, which contributed in filling large information gaps in the area. This combined approach allowed to gather a more complete representation of non indigenous species along the Libyan coasts and indicated three assessment areas, corresponding to the eastern, central and western sectors of the country, which should be considered in future monitoring programs
    corecore