31 research outputs found

    Antenatal care visit frequency of short stature mother as risk factor of stunting among children aged 6 - 23 months in Indonesia (IFLS 5 Study Analysis)

    Get PDF
     ABSTRAKLatar Belakang: Stunting adalah gangguan pertumbuhan linear yang saat ini menjadi masalah utama kesehatan anak di negara berkembang yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2018 masih tinggi, yaitu mencapai 30,8%.  Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting adalah tinggi badan ibu yang pendek, dengan prevalensi sebesar 30,5%. Ibu hamil dengan tinggi badan pendek harus memperhatikan kondisi kesehatan selama kehamilan, salah satunya melalui pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) dengan frekuensi pemeriksaan yang sesuai dengan standar. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional yang menggunakan data sekunder dari penelitian longitudinal yaitu Indonesia Family Life Survey (IFLS) periode ke-5 yang dilaksanakan pada tahun 2014. Rancangan penelitian ini adalah kohort retrospektif. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji chi square, sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistic. Uji statistik dilakukan menggunakan software Stata v13.Hasil: Hasil analisis bivariat diketahui bahwa frekuensi ANC ibu dengan tinggi badan pendek memiliki hubungan signifikan dengan kejadian stunting dengan nilai p=0,04 (RR=1,29; CI 95%=1,02-1,65). Hasil analisis multivariat frekuensi ANC dengan kejadian stunting yang mengikut sertakan variabel luar didapatkan bahwa BBLR merupakan penyebab terbesar kejadian stunting (OR=1,97; CI 95%=1,06-3,64)Kesimpulan: Frekuensi ANC yang sesuai perlu dilakukan oleh ibu hamil dengan tinggi badan pendek. Hal ini adalah upaya untuk mengoptimalkan status kesehatan, sehingga kejadian BBLR yang merupakan faktor risiko kejadian stunting tidak terjadi. Diperlukan strategi pemerintah untuk meningkatkan frekuensi kunjungan ANC dengan mempertimbangkan komponen pelayanan.Kata kunci: stunting; ibu dengan tinggi badan pendek; antenatal care; IFLS 5 ABSTRACT Background: Stunting is linear growth retardation that associated with morbidity and mortality. Prevalence of stunting in Indonesia on 2018 is high, 30,8%. One of the factors that influence stunting is short stature mother. Pregnant women with short stature should concern to their health conditions during pregnancy, through antenatal care (ANC) with frequency that are in accordance with the standards.Method: This study was an observational study using the secondary data of the 5th wave Indonesian Family Life Survey (IFLS) on 2014. The design of this study was a retrospective cohort. . Bivariate analysis was performed using the chi square test, while the multivariate analysis used a logistic regression test. All analyses were performed in Stata v13.Results: Bivariate analysis showed that the ANC frequency of short stature mother had a significant relationship with stunting (p=0.04; RR= 1.29; CI 95%= 1.02-1.65). Multivariat analysis showed that low birth weight is the main cause of stunting (OR=1,97; CI 95%=1,06-3,64)Conclusion: ANC visit essential for short height mother to optimize their health status, so low birth weight which is a risk factor for stunting does not occur. Strategies are needed to improve the frequency and components of ANC services Keywords: stunting; short height mother; antenatal care; IFLS

    Peran lurah, petugas kesehatan, dan kader dalam partisipasi ibu balita ke posyandu di wilayah cakupan D/S terendah dan tertinggi di Kota Jambi

    Get PDF
    ABSTRACTBackground: IHP (Integrated health post) is a form of UKBM (Community Resources Based-Health Effort) that is managed and administered from, by for and together with community in health development IHP administration involved many parties such as cadres, health staff and village head. Rawasari PrimaryHealth Care had the lowest coverage level of D/S (33.2%), while Olak Kemang Primary Health Care had the highest D/S coverage (81.98%).Objectives: To study thoroughly the role of village head, health staff, and cadres in increasing the participation of underfive’s mothers to visit IHP.Methods: This was descriptive study used qualitative method by phonological approach. Informants were selected by purposive sampling. Data collection was performed by 2 methods, in-depth interview to 16 informants and focus group discussion (FGD) to 28 informants. Data validity was performed by sourceand method of triangulation.Results: Village head, nutrition staffs, health cadres, PKK woman and community figures from the highest D/S coverage area took a role in increasing participation of the mother of underfive, but they who were from the lowest D/S coverage did not. They contributed in different way in increasing their participation. Head villages gave the motivation and direction, nutrition staffs attended the IHP, cadres took a role by arrange arisan and ballon provision, and PKK’S woman delegated their member to attend IHP monthly (highest D/S) but they whom from the lowest D/S coverage area did not.Conclusion: Village head, nutrition staffs, health cadres, PKK woman, and community figures in highest D/S coverage area took a role in increasing participation of underfive’s mothers to visit IHP, but they who where from the lowest D/S coverage did not. The Innovation a creativity encourage the mothers to visit IHP.KEYWORDS: village head, health staff, cadre, PKK woman, community figure, woman who had underfiveABSTRAKLatar belakang: Posyandu merupakan bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Terselenggaranya posyandu melibatkan banyak pihak di antaranya kader, petugas kesehatan dan Lurah. Puskesmas Rawasari dengan tingkat cakupan D/S terendah yaitu 33,2%, dan Puskesmas Olak Kemang dengan cakupan D/S tertinggi yaitu 81,98%.Tujuan: Mengkaji secara mendalam peran lurah, petugas kesehatan, dan kader dalam meningkatkan partisipasi ibu balita ke posyandu. Metode: Penelitian deskriptif menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan 2 metode, wawancara mendalam terhadap 16 orang informan dan diskusi kelompok terfokus (DKT) terhadap 28 orang informan. Keabsahan data dengan melakukan triangulasi sumber dan metode.Hasil: Lurah, petugas gizi, kader, ibu PKK, dan tokoh masyarakat dari wilayah cakupan D/S tertinggi berperan dalam meningkatkan partisipasi ibu balita namun di wilayah D/S terendah tidak. Masing-masing berkontiribusi dengan cara yang berbeda misalnya lurah memberikan motivasi dan arahan, petugas gizi datang ke posyandu, kader membuat arisan dan membagikan balon saat posyandu, dan ibu PKK mendelegasikan salah satu anggota untuk datang ke posyandu setiap bulan (D/S tertinggi). Sementara kegiatan-kegiatan tersebut tidak dilakukan di wilayah D/S terendah.Kesimpulan: Lurah, petugas gizi, kader, ibu PKK dan tokoh masyarakat (D/S terendah) tidak berperan dan lurah, petugas gizi, kader, ibu PKK dan tokoh masyarakat (D/S tertinggi) berperan. Adanya inovasi dan kreativitas dari kader di Puskesmas Olak Kemang (D/S tertinggi) dapat mendorong ibu balita untukhadir ke posyandu.KATA KUNCI: partisipasi ibu, posyandu, kader, petugas kesehatan, tokoh masyaraka

    Studi ketidakaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Paramasan, Banjar, Kalimantan Selatan

    Get PDF
    ABSTRACTBackground: Integrated health post is a community empowered health service that also supported by health workers. Cadres are the drive motor of integrated health post. Inactivity of cadres influence the continuity of integrated health post and affect nutritional status early detection of infants and childrenunderfive. Paramasan Primary Health Care is a region in Banjar Regency that has the highest inactivity cadres level (54.5%).Objectives: To examine the knowledge of cadres, comprehensiveness of facilities and infrastructure at integrated health post, head of village and health workers support, incentives and awards, and community participation as the background of integrated health post cadres inactivity in Banjar Regency, SouthKalimantan.Methods: This was a descriptive research with qualitative methods using a case study design. The research was implemented in the Region of Paramasan Primary Health Cares at Banjar Regency, South Kalimantan in April until May 2014. Informants were selected by purposive sampling until get saturateddata. The data collection was done by using 3 methods: in-depth interview of 23 informants, focus group discussion (FGD) of 30 informants, and field observation. Data analysis used in this study was constant comparative method.Results: Cadres had very low knowledge never joined any training, and also illeterate. The facilities and infrastructure in integrated health post were very limited. Head of village support on cadres and integrated health post were also low. Unscheduled and unstable of incentive numbers and awards received bycadres was also a problem. The level of community participation was really depended on the activeness of cadres in reminding the schedule of integrated health post activities.Conclusions: The knowledge of cadres contibuted to the cadres inactivity, such as a poor participation and lack of confidence in attending the activities of the integrated health post.KEYWORDS: cadres, inactivity, integrated health postABSTRAKLatar belakang: Posyandu merupakan wadah pelayanan kesehatan dari, oleh, dan untuk masyarakat dengan dukungan petugas kesehatan. Kader merupakan motor penggerak posyandu. Tidak aktifnya kader menyebabkan ketidaklancaran pelaksanaan posyandu serta tidak terdeteksinya status gizi bayi dan balita sejak dini. Puskesmas Paramasan merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Banjar dengan tingkat ketidakaktifan kader tertinggi yaitu sebesar 54,5%.Tujuan: Mengkaji secara mendalam pengetahuan kader, kelengkapan sarana dan prasarana posyandu, dukungan kepala desa dan petugas kesehatan, insentif dan penghargaan kader, serta partisipasi masyarakat ke posyandu sebagai latar belakang ketidakaktifan kader posyandu.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif menggunakan rancangan studi kasus. Pelaksanaan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Paramasan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan April hingga Mei 2014. Informan dipilih secara purposive sampling, berlanjut hingga saturasi data. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 23 orang informan, diskusi kelompok terfokus (DKT) terhadap 30 orang informan, dan observasi lapangan. Analisis data menggunakan metode constant comparative method.Hasil: Kader memiliki pengetahuan kurang, tidak pernah mengikuti pelatihan, dan tidak bisa baca tulis. Sarana dan prasarana di posyandu sangat kurang, demikian pula dengan dukungan kepala desa terhadap kader, dan posyandu yang tergolong masih minim. Insentif dan penghargaan yang diterima kader dikategorikan tidak rutin dengan jumlah tidak tetap. Tingkat partisipasi masyarakat ke posyandu masih tergantung pada keaktifan kader dalam mengingatkan tentang hari buka posyandu.Kesimpulan: Pengetahuan kader memberikan kontribusi terhadap ketidakaktifan kader yaitu kurangnya keaktifan dalam menghadiri kegiatan di posyandu.KATA KUNCI: kader, ketidakaktifan, posyand

    Pemilihan food outlet sebagai faktor risiko berat badan lebih anak usia sekolah dasar di Kecamatan Tegalsari Surabaya

    Get PDF
    ABSTRACTIntroduction: Overweight and obesity are conditions resulting from an imbalance of calories in the body that occur in a long time and cause more deaths than underweight. One of factors related is food pattern, which also infl uenced the selection of food outlets. Surabaya is an urban area so it has many types and characteristic s of food outlet. Elementary school (4, 5, 6) do not really depend on their parents, so their food consumption and physical activity began to vary. Objectives: To identify the relationship between the selection of food outlets and overweight/obesity status of elementary school in Tegalsari district, Surabaya.Methods: This research used a case-control study design. Samples were 51 children for each group of cases and control and obtained from 11 primary school in the 5 subdistricts in Tegalsari district, Surabaya. Data were obtained by interview, direct observation of food outlets, and interview to select informants about the reasons of selecting food outlets . Quantitative data were processed by bivariate (chi-square) and multivariate (binomial regression) test. Results: Bivariate test results showed that there were signifi cant relationships between the frequency to the street vendors consumption (OR=4.09, 95% CI:1.60-10.75), frequency of fast food consumption (OR=2.86, 95% CI:1.19-6.94) and snacks (OR=6,05, 95% CI:2.20-17.62), physical activity (OR=3.09, 95% CI:1.28-7.51) and gender (OR=2.70, 95% CI:1.11-6.64) with overweight/obesity status, while frequency of stores (total, supermarket, market, mini-market), frequency of food service place (total, restaurants, fast food restaurants), frequency of vegetable and fruit consumption, and socio-economic status of respondents did not relate signifi cantly. In multivariate analysis, the variables that affected frequency of the street vendors were snack consumption, physical activity, sex and total expenditure. Conclusions: Frequency of the street vendors, fast food consumption, physical activity,gender, and total expenditure had relationship with overweight/obesity status.KEYWORDS: food outlet, obesity, overweightABSTRAKLatar belakang: Overweight dan obesitas adalah keadaan akibat ketidakseimbangan kalori dalam tubuh yang terjadi dalam waktu lama dan menjadi penyebab kematian lebih banyak dibanding underweight. Salah satu faktor yang berhubungan langsung adalah pola makan, yang juga dipengaruhi pemilihan food outlet. Surabaya merupakan daerah perkotaan sehingga memiliki jenis dan karakteristik food oulet lebih beragam. Anak usia SD kelas IV, V, VI sudah tidak terlalu bergantung pada orang tua, sehingga konsumsi pangan dan aktivitas fisiknya mulai beragam. Tujuan: Mengetahui hubungan antara pemilihan food outlet dan status berat badan lebih pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Tegalsari, Surabaya.Metode: Penelitian menggunakan desain studi kasus-kontrol. Sampel penelitian adalah 51 anak untuk masing-masing kelompok kasus dan kontrol dari 11 SD di 5 Kelurahan di Kecamatan Tegalsari, Surabaya. Data diperoleh dengan wawancara, observasi langsung ke food outlet dan wawancara alasan pemilihan food outlet pada informan terpilih. Data kuantitatif diolah dengan uji bivariat (chi-square) dan multivariariat (regresi binomial).Hasil: Uji bivariat menyatakan terdapat hubungan signifi kan antara frekuensi datang ke pedagang kaki lima (OR=4,09, 95% CI:1,60-10,75), frekuensi konsumsi fast food (OR=2,86, 95% CI:1,19-6,94) dan kudapan (OR=6,05, 95% CI:2,20-17,62), aktivitas fi sik (OR=3,09, 95% CI:1,28-7,51) serta jenis kelamin (OR=2,70, 95% CI:1,11-6,64) dengan berat badan lebih, sedangkan frekuensi ke food store (total, supermarket, pasar, mini-market), frekuensi ke food service place total, rumah makan, restoran fast food), pola konsumsi sayur buah, dan sosial ekonomi responden tidak berhubungan signifi kan. Pada analisis multivariat, variabel yang mempengaruhi frekuensi datang ke pedagang kaki lima adalah frekuensi konsumsi kudapan, aktivitas fisik, jenis kelamin, dan total pengeluaran.Kesimpulan: Frekuensi datang ke pedagang kaki lima, konsumsi kudapan, aktivitas fisik, jenis kelamin, dan total pengeluaran berhubungan dengan status berat badan lebih.KATA KUNCI: food outlet, overweight, obesita

    FM

    Get PDF

    ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI KELURAHAN PADANG SARAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANAK AIR TAHUN 2017

    Get PDF
    Tujuan Penelitian Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya pencapaian program Posyandu, namun masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkannya secara maksimal. Cakupan D/S Kelurahan Padang Sarai tahun 2016 yaitu 41,2%, sedangkan target cakupan D/S yaitu 85%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis informasi tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Posyandu di Kelurahan Padang Sarai Wilayah Kerja Puskesmas Anak Air Tahun 2017. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Informan penelitian terdiri dari 15 orang yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, FGD, telaah dokumen dan observasi. Pengolahan data menggunakan content analysis dengan triangulasi sumber dan metode. Hasil Kegiatan Posyandu belum terlaksana dengan baik. Sarana dan prasarana di Posyandu Kenanga 8 belum memadai. Metode pelaksanaan Posyandu belum sesuai dengan sistem 5 meja. Koordinasi antara kader dengan tokoh masyarakat setempat belum efektif, sehingga tokoh masyarakat tidak terlibat dalam kegiatan Posyandu. Dalam pelaksanaan Posyandu, peranan partisipasi ibu bayi balita hanya datang untuk menimbang anaknya, sedangkan peranan partisipasi kader sebagai kader aktif dan pembuatan PMT. Tidak adanya keterlibatan tokoh masyarakat dalam pemilihan kader posyandu dan pada saat pelaksanaan Posyandu. Kesimpulan Pelaksanaan Posyandu belum sesuai dengan pedoman pelaksanaan Posyandu. Disarankan kepada kader Posyandu menerapkan pelayanan sistem 5 meja dan kepada petugas kesehatan agar memberikan bimbingan kepada para kader dalam pelaksanaan Posyandu. Pihak lintas sektoral yang terlibat dalam pelaksanaan Posyandu diharapkan untuk lebih aktif dalam menyediakan tempat kegiatan Posyandu yang aman dan nyaman. Lebih meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Posyandu agar tujuan Posyandu dapat tercapai. Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat, Posyandu ABSTRACT Objective Community participation is needed in achieving the maternal and child health centre program implementation, but there are still many people who have not utilized it maximally. The coverage D/S of Padang Sarai Village in 2016 is 41.2%, while the target of D/S coverage is 85%. This research aims to know and analyze the information about community participation in the implementation of maternal and child health centre programs in Padang Sarai Village Work Area of Public Health Centre Anak Air in 2017. Method Design of the research is a qualitative method. The informants of the research consisted of fifteen people who are determained by using purposive sampling. The data collection is done by indepth interview, Foccus Group Discussion, observation dan study documents. Data processing by content analysis and validated by triangulation sources and methods. Result Activities of maternal and child health centre have not been done well implemented. Facilities and infrastructure in maternal and child health centre Kenanga 8 is not adequate for maternal and child health centre activities. Maternal and child health centre implementation methods have not been in accordance with the five table system. Coordination between the cadres with local community leaders has not been effective, so community leaders are not involved in maternal and child health centre activities. In the implementation of maternal and child health centre, the role of mother’s participation only comes to weigh their children. Meanwhile the role of cadres participation as active cadres, and PMT making. The lack of involvement of community leaders in the selection of cadres and the implementation of maternal and child health centre activities. Conclusion The implementation of maternal and child health centre is not in accordance with the guidelines. It is recommended to maternal and child health centre cadres to apply the service 5 table service system and also the health officer could give the guidance to cadres on implementing maternal and child health centre. Cross-cutting parties involved in the implementation of maternal and child health centre are expected to be more active in maternal and child health centre activities provides a safe condition and comfortable. To improve coordination and cooperation in organizing and managing maternal and child health centre in order to maternal and child health centre objectives can be achieved. Keywords : Community Participation, Maternal and Child Health Centr

    PENINGKATAN KEMAMPUAN KADER MEMANTAU PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

    Get PDF
    There is still a shortage of active posyandu cadres in Martapura Barat District. Some cadres were recruited to replace cadres who had dropped out and had never been trained. Many Posyandu cadres have difficulty measuring toddlers’s height and weighing correctly. The purpose of this activity is to improve the ability of cadres to monitor the growth of toddlers in posyandu. The target of the activity was 43 posyandu cadres in Martapura Barat District. The activities were divided into two stages, namely training for cadres in class in the form of theory and practice for two days, and the second stage was field practice as well as fostering posyadu activitie. Material training is theory and practice of weighing, measuring height and length, filling in KMS, and counseling on nutrition. As a result of the activity, training has been carried out to improve the ability of cadres in monitoring growth. The activity was carried out at the Sungai Batang Ilir Village Hall. Weighing practices are carried out according to posyandu opening days. From the results of the activity, there was an increase in the knowledge and skills of cadres in carrying out the process of weighing weight and measuring TB as well as filling in the KMS. Skills of cadres in nutrition counseling at table 4 need to be improved and further coaching by related parties. Suggestions, it is necessary to periodically coach and refresh cadres by related parties, procure standard anthropometric tools, and increase the ability of cadres to provide counseling and nutrition counseling.  Keywords: Ability of cadres, monitoring, growth of toddler

    ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH PADA REMAJA PUTRI DALAM MENCEGAH ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NARAS KOTA PARIAMAN TAHUN 2020

    Get PDF
    Program pemerintah mengatasi masalah anemia pada remaja belum maksimal penilaian hanya dilihat dari cakupan pendistribusian untuk pemantauan belum berjalan efektif. maka perlu dilakukan analisis pelaksanaan program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dalam mencegah anemia di wilayah kerja Puskesmas Naras Kota Pariaman Tahun 2020. Desain penelitian pendekatan kualitatif dengan teknik penentuan informan purposive sampling yang dilaksanakan di Puskesmas Naras dengan responden 15 orang. Teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, Focus Group Discution dan telaah dokumen berupa profil Puskesmas dan laporan bulanan. Hasil penelitian komponen input berupa kebijakan, sumber daya dan dana sudah sesuai dengan Buku Pedoman, sarana dan prasarana berupa leaflet dan kartu pemantauan masih kurang. Komponen proses, persiapan dan pendistribusian sudah sesuai dengan pedoman, pemantauan, pencatatan dan pelaporan masih belum efektif karena merekap dari kartu pemantauan. Komponen output pada cakupan kegiatan tidak efektif hanya melihat dari pendistribusian, ketepatan sasaran sudah tepat, untuk kepatuhan tidak dapat dinilai karena kurangnya pemantauan. Analisis yang dilakukan dalam pelaksanaan program pemberian tablet tambah darah belum sepenuhnya berjalan efektif meski pencapaian sudah 100% karena capaian hanya melihat dari cakupan pendistribusian tanpa pemantauan langsung oleh petugas kelapangan

    PENINGKATAN KEMAMPUAN KADER MEMANTAU PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

    Get PDF
    Kader posyandu aktif di Kecamatan Martapura Barat masih kurang. Sebagian kader direkrut mengganti kader yang drop-out dan belum pernah dilatih. Banyak kader posyandu kesulitan melakukan pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan dengan benar. Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kemampuan kader dalam melakukan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu. Sasaran kegiatan adalah 43 orang kader posyandu di Desa Sungai Rangas Hambuku, Sungai Rangas Ulu, Sungai Batang Ilir, dan Sungai Batang.  Kegiatan dibagi dalam dua tahap, yaitu pelatihan kader di kelas dalam bentuk teori dan praktik selama dua hari, yaitu 28-29 September 2022, dan tahap kedua adalah praktik lapangan sekaligus pembinaan kegiatan posyadu selama 3 bulan, mulai bulan September sampai dengan November 2022. Materi pelatihan adalah teori dan praktik penimbangan berat badan, pengukuran tinggi dan panjang badan, pengisian KMS, dan penyuluhan gizi di meja 4. Hasil kegiatan, telah dilaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kader dalam pemantauan pertumbuhan. Kegiatan dilaksanakan di Balai Desa Sungai Batang Ilir. Praktik penimbangan dilakukan sesuai dengan hari buka posyandu. Dari hasil kegiatan, ada peningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam melakukan proses penimbangan BB dan pengukuran TB serta pengisian KMS. Keterampilan kader dalam penyuluhan gizi di meja 4 perlu ditingkatkan dan pembinaan lebih lanjut oleh pihak terkait. Saran, perlu pembinaan dan refreshing kader secara berkala oleh pihak terkait, pengadaan alat antropometri yang standar, dan peningkatan kemampuan kader dalam memberikan penyuluhan dan konseling gizi
    corecore