178 research outputs found

    Determination of Energy and Protein Requirements of Sheep in Indonesia Using a Meta-analytical Approach

    Get PDF
    The objective of this study was to determine energy and protein requirements, for both maintenance and gain, of sheep in Indonesia by using a meta-analysis method. A database was developed from various in vivo experiments involving sheep as the experimental animals in which energy intake, protein intake and average daily weight gain (ADG) were reported. A total of 38 articles consisting of 137 data points were integrated into the database. Different breeds (Priangan, fat-tailed and local) and sexes (male and female) were specified in the database. Maintenance and gain requirements of dry matter, energy and protein were determined by regressing ADG with dry matter intake (DMI), total digestible nutrient intake (TDNI) and crude protein intake (CPI), respectively. An intercept (where ADG= 0 g/kg MBW/d) and a slope (required nutrient intake per unit ADG) were taken as maintenance and gain requirements, respectively. Results revealed that all sheep breeds had similar energy requirement for maintenance (TDNm). Energy requirement for gain (TDNg) of Priangan breed was lower than other breeds; the breed required 0.860 g TDN for 1 g ADG. Fat-tailed and local breeds required 1.22 and 2.75 g TDN for 1 g ADG, respectively. All breeds also revealed relatively similar protein requirement for maintenance (CPm), i.e. 6.27-6.47 g/kg MBW/d. Priangan breed required less CP for 1 g ADG (CPg), i.e. 0.295 g. Requirements of CPg for fat-tailed and local breeds were 0.336 and 0.497 g/g ADG, respectively. It was concluded that each sheep breed in Indonesia had specific TDN and CP requirements for gain, but similar requirements for maintenance

    Profil Stabilitas Fisika Kimia Masker Gel Peel-off Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.)

    Full text link
    Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) kaya akan kandungan xanton yang diketahui bersifat sebagai antioksidan. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan optimasi formula masker gel peel-off ekstrak kulit buah manggis. Namun, formula optimal yang diperoleh belum tentu memiliki stabilitas yang baik selama penyimpanan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui profil stabilitas fisik masker gel peel-off ekstrak kulit buah manggis dengan HPMC sebagai gelling agent. Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan simplisia, ekstraksi, standarisasi ekstrak, fomulasi dan penetapan profil stabilitas fisika kimia. Simplisia diekstraksi menggunakan etanol 96% kemudian diformulasi menjadi sediaan masker gel peel-off lalu ditetapkan profil stabilitas fisika (organoleptis, homogenitas, viskositas, daya sebar, daya lekat, sineresis) dan kimia (pH) dari masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis. Profil stabilitas sediaan ditetapkan selama penyimpanan 28 hari pada suhu 30°C. Penetapan profil stabilitas didasarkan dengan melihat Perubahan yang terjadi dimulai dari awal formulasi hingga 28 hari penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis stabil selama penyimpanan 28 hari pada suhu 300C

    Uji Kemurnian Isolat Andrografolid Dengan Hplc Fase Terbalik

    Full text link
    Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) telah dimanfaatkan secara tradisional sebagai obat. Andrografolid yang diisolasi dari herba sambiloto memiliki beberapa aktivitas farmakologi. Standarisasi isolat andrografolid penting dilakukan untuk kontrol kualitas. Profil sidik jari sebagai standar utama dari bahan baku obat herbal atau produk herbal menunjukkan kandungan kimia yang utuh dari bahan baku obat herbal maupun produk herbal. Dengan demikian, uji kemurnian isolat andrografolid perlu dilakukan bertujuan untuk mengetahui profil sidik jari isolat andrografolid sehingga dapat dijadikan kontrol kualitas terhadap isolat andrografolid. Metode HPLC dengan kolom Luna 5u C18 (150 x 4,6 mm i.d, 5?m) dan detektor diode array (DAD) dimanfaatkan memperoleh profil sidik jari sebagai identitas isolat andrografolid. Pemisahan isolat andrografolid dengan sistem HPLC fase gerak asetonitril 28% dalam air dan fase gerak campuran asetonitril 15% dan metanol-air (60:40) 85% memberikan masing-masing enam puncak kromatogram. Berdasarkan parameter kromatogram, uji kemurnian isolat andrografolid untuk profil sidik jari memberikan hasil yang terbaik pada panjang gelombang 230 nm dengan sistem kromatografi menggunakan fase gerak asetonitril 28% dalam air. Sistem ini sangat baik digunakan untuk uji deteksi sidik jari kandungan andrografolid dalam isolat

    Two Species of Amorphophallus From Flores Island

    Full text link
    Flores is one of the four largest islands in the East Nusa Tenggara Province, of Indonesia. Flores still has forest areas with adequate biological diversity. However, empirical data about the biodiversity of plant resources is limited. The NKRI Expedition to Subregion 6 Ende was carried out to reveal the biodiversity of plant resources on Flores. In the expedition\u27s inventory of plants observed, two species of the genus Amorphophallus belonging to the Araceae family were recorded. These are Amorphophallus muelleri Blume and Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson

    STANDARISASI DAN SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK ETANOL 70% DAUN JERUK LIMAU (Citrus amblycarpa (Hassk.) Osche)

    Get PDF
    Jeruk limau (Citrus amblycarpa (Hassk.) Osche) merupakan tanaman endemik Indonesia yang memiliki potensi besar sebagai obat. Pendekatan kemotaksonomi terhadap daun C. amblycarpa dilakukan untuk memprediksi potensinya dalam pengobatan. Sebelum dilakukan pengujian aktivitas farmakologi, serbuk dan ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan meliputi perhitungan persentase rendemen ekstrak, pemeriksaan organoleptik dan mikroskopik serbuk, standarisasi serbuk dan ekstrak, dan skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dari daun C. amblycarpa. Standarisasi yang dilakukan meliputi penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar abu larut air, dan penetapan kadar air dari serbuk simpilisa dan ekstrak. Skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol 70% daun C. amblycarpa meliputi pemeriksaan alkaloid, pemeriksaan flavonoid, pemeriksaan polifenol dan tanin, pemeriksaan glikosida, pemeriksaan steroid dan triterpenoid, pemeriksaan saponin, serta pemeriksaan minyak atsiri. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun C. amblycarpa mengandung senyawa golongan flavonoid, polifenol dan tanin, glikosida, serta minyak atsiri. Kata Kunci: Citrus amblycarpa (Hassk.) Osche, jeruk limau, standarisasi, skrining fitokimi

    UJI PENDAHULUAN NILAI KELEMBABAN KULIT MANUSIA PADA PEMAKAIAN SEDIAAN MASKER GEL PEEL OFF KULIT BUAH MANGGIS

    Get PDF
    Kulit yang mengalami penuaan dini menyebabkan nilai kelembaban kulit menjadi berkurang sehingga kulit menjadi kering. Berkurangnya nilai kelembaban kulit dapat diatasi dengan memberikan perawatan terhadap kulit. Perawatan dapat dilakukan dengan sediaan topikal yang mengandung antioksidan salah satunya yaitu masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk melihat nilai kelembaban kulit manusia pada pemakaian masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 5 subjek uji masing masing dioleskan plasebo pada tangan kanan dan dioleskan masker gel peel off ekstrak kulit manggis pada tangan kiri selama 14 hari. Metode perlakuan subjek uji dilakukan secara randomized, double blind, plasebo control group design. Data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya. Data nilai kelembaban terhadap nilai sebelum dan sesudah penelitian dibandingkan dengan uji T Berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dan perlakuan menghasilkan nilai p<0,05 yang bermakna yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah dioleskan basis masker maupun masker yang mengandung kulit manggis. Kedua kelompok menunjukkan adanya perubahan, namun rentang peningkatan pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan demikian, diketahui masker gel peel off Garcinia mangostana L. mampu meningkatkan nilai kelembaban kulit manusia lebih besar dibandingkan kelompok kontrol

    An updated checklist of the vascular flora native to Italy

    Get PDF
    An updated inventory of the native vascular flora of Italy, providing details on the occurrence at regional level, is presented. The checklist includes 8195 taxa (6417 species and 1778 subspecies), distributed in 1092 genera and 152 families; 23 taxa are lycophytes, 108 ferns and fern allies, 30 gymnosperms and 8034 angiosperms. The taxa currently occurring in Italy are 7483, while 568 taxa have not been confirmed in recent times, 99 are doubtfully occurring in the country and 19 are data deficient. Out of the 568 not confirmed taxa, 26 are considered extinct or possibly extinct

    An updated checklist of the vascular flora native to Italy

    Get PDF
    An updated inventory of the native vascular flora of Italy, providing details on the occurrence at regional level, is presented. The checklist includes 8195 taxa (6417 species and 1778 subspecies), distributed in 1092 genera and 152 families; 23 taxa are lycophytes, 108 ferns and fern allies, 30 gymnosperms and 8034 angiosperms. The taxa currently occurring in Italy are 7483, while 568 taxa have not been confirmed in recent times, 99 are doubtfully occurring in the country and 19 are data deficient. Out of the 568 not confirmed taxa, 26 are considered extinct or possibly extinct

    Late-Onset Stargardt Disease Due to Mild, Deep-Intronic ABCA4 Alleles

    Get PDF
    PURPOSE. To investigate the role of two deep-intronic ABCA4 variants, that showed a mild splice defect in vitro and can occur on the same allele as the low penetrant c.5603A>T, in Stargardt disease (STGD1). METHODS. Ophthalmic data were assessed of 18 STGD1 patients who harbored c.769-784C>T or c.4253+43G>A in combination with a severe ABCA4 variant. Subjects carrying c.[769784C>T; 5603A>T] were clinically compared with a STGD1 cohort previously published carrying c.5603A>T noncomplex. We calculated the penetrances of the intronic variants using ABCA4 allele frequency data of the general population and investigated the effect of c.769-784C>T on splicing in photoreceptor progenitor cells (PPCs). RESULTS. Mostly, late-onset, foveal-sparing STGD1 was observed among subjects harboring c.769-784C>T or c.4253+43G>A (median age of onset, 54.5 and 52.0 years, respectively). However, ages of onset, phenotypes in fundo, and visual acuity courses varied widely. No significant clinical differences were observed between the c.[769-784C>T; 5603A>T] cohort and the c.4253+43G>A or the c.5603A>T cohort. The penetrances of c.769-784C>T (20.5%-39.6%) and c.4253+43G>A (35.8%-43.1%) were reduced, when not considering the effect of yet unidentified or known factors in cis, such as c.5603A>T (identified in 7/7 probands with c.769-784C>T; 1/8 probands with c.4253+43G>A). Variant c.769-784C>T resulted in a pseudo-exon insertion in 15% of the total mRNA (i.e., similar to 30% of the c.769-784C>T allele alone). CONCLUSIONS. Two mild intronic ABCA4 variants could further explain missing heritability in late-onset STGD1, distinguishing it from AMD. The observed clinical variability and calculated reduced penetrance urge research into modifiers within and outside of the ABCA4 gene
    corecore