25 research outputs found
Pebisnis Islam dan Muslim Kelas Menengah ke Atas di Indonesia: Kesalehan, Gaya Hidup, dan Pasar
Diskusi mengenai Muslim kelas menengah ke atas di Indonesia telah menjadi kajian menarik di kalangan Sarjana dengan fokus kajian yang berbeda-beda. Alasannya, karena Muslim kelas menengah ke atas terus bergerak dinamis dan memainkan peran penting dalam lanskap sosial keagamaan di Indonesia. Tulisan ini berupaya menjelaskan wacana global yang menginisiasi munculnya gaya hidup baru di kalangan Muslim kelas menengah ke atas di Indonesia. Dengan mengamati fenomena yang berkembang baik secara offline maupun online, ekspresi keislaman yang ditampilkan Muslim kelas menengah ke atas di Indonesia menunjukkan persimpangan antara kesalehan, gaya hidup dan pasar. Oleh karena itu, ihwal tersebut membawa tulisan ini pada argumentasi bahwa meningkatnya ekspresi keislaman di kalangan Muslim kelas menengah ke atas pada gilirannya menginisiasi munculnya para aktor bisnis Islam yang memfasilitasi gaya hidup baru Muslim kelas menengah ke atas
STRATEGI DAKWAH BERBASIS MEDIA ELEKTRONIK DI PERSATUAN MUBALIGH DUMAI (PMD) KOTA DUMAI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemanfaatan media elektronik sebagai media
dakwah masih kurang diperhatikan oleh lembaga-lembaga dakwah, tetapi Persatuan
Mubaligh Dumai (PMD) telah melakukan pemanfaatan media elektronik sebagai
media dakwah, namun kurang optimal. Penelitian ini dilakukan di Persatuan
Mubaligh Dumai (PMD) Kota Dumai. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana Strategi dakwah berbasis media elektronik di Persatuan Mubaligh Dumai
(PMD) Kota Dumai. Informan penelitian ini berjumlah delapan orang. Data
dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi serta dianalisis
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelusuran data diatas
dapat disimpulkan bahwa strategi dakwah berbasis media elektronik di Persatuan
Mubaligh Dumai (PMD) Kota Dumai yaitu : Pertama, Kerjasama dengan radio ArRahman
102,2 FM, Dumai Vision dan Dumai Dokumentasi TV, kerjasama tersebut
dalam bentuk ceramah secara langsung dan peliputan-peliputan kegiatan PMD,
Kedua, Pemetaan madâu di media elektronik, yaitu objek dakwah melalui radio ArRahman
102,2 FM dan Dumai vision adalah seluruh masyarakat kota Dumai yang
terdiri dari 7 kecamatan, sedangkan objek dakwah di Dumai Dokumentasi TV adalah
seluruh masyarakat yang memiliki akses internet, Ketiga, Persiapan daâi berbasis
elektronik, yaitu melakukan kegiatan workshop pemanfaatan media dalam dakwah,
pelatihan kader daâi, muzakarah, sertifikasi daâi dan membiasakan daâi berdakwah
secara langsung di radio dan televisi dengan dibimbing oleh para pakar dakwah,
Keempat, Perumusan materi dakwah di media elektronik, yaitu dengan membuat tim
yang ditunjuk oleh pengurus harian PMD dengan dibantu oleh para pakar dakwah
serta materi dakwah yang disusun adalah materi dakwah yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masyarakat, Kelima, Pelaksanaan dakwah yang terkordinir,
yaitu dakwah dilakukan sesuai dengan jadwal dan materi yang telah ditentukan, serta
diawasi oleh Biro Pengembangan Dakwah PMD, Kantor Urusan Agama Kota Dumai,
Kementerian Agama Kota Dumai dan masyarakat. Akhirnya, bahwa strategi dakwah
berbasis media elektronik di Persatuan Mubaligh Dumai (PMD) Kota Dumai sudah
efektif, namun pelaksanaannya perlu dioptimalisasikan lagi.
Kata Kunci : Strategi Dakwah, Media Elektroni
Konflik Sosial dalam Komunitas Virtual di Kalangan Remaja
The presence of virtual communities further facilitates interaction between individuals or groups. Interaction in the form of production, distribution, and consumption of messages in the virtual community has the chance of conflict. This study aims to analyze the causes of conflicts in virtual communities and how to overcome them. This study uses a qualitative approach. Data is collected through online participation, interviews, documentation and literature studies relevant to this study. This study found that social conflict in the virtual community of adolescents was caused by misunderstandings in understanding the text or opinions, sensitivity to symbols, time and community functions, cyberbullying, SARA issues and egocentric posts on differences in the background of community members. This conflict makes members of the virtual community fragmented into three groups, namely conservative, liberal and silent readers. There are various ways to deal with virtual conflicts that occur, including conciliation between perpetrators of conflict, mediation, temporarily removing actors from the virtual community to conduct detente by changing the subject or sending pictures that invite other members to laugh.
Â
Keywords: Social Conflict, Virtual Community, Adolescen
NILAI-NILAI ISLAM DALAM DRAMA KOREA PERSPEKTIF ANAK MUDA MUSLIM PEKANBARU
Artikel ini menjelaskan salah satu dampak globalisasi terhadap anak
muda Muslim di Indonesia. Artikel ini berargumen bahwa
munculnya globalisasi telah menyediakan kesempatan bagi anak
muda Muslim untuk mengambil nilai-nilai âIslamiâ dari dunia nonďż˝Arab, tidak semata-mata dari pusat Islam (Negara-negara Arab
Muslim). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
Anak Muda Muslim Pekanbaru mengambil nilai-nilai Islam yang
terdapat dalam drama Korea. Penelitian ini menggunakan metode
etnografi, dengan mengidentifikasi informan yakni anak muda
Muslim Indonesia saleh dilihat dari latar belakang pendidikan Islam
dan menyukai Drama televisi Korea. Mereka memiliki pemahaman
Islam yang baik sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka biasa
melakukan salat wajib sehari lima kali dan puasa wajib di bulan suci
Ramadhan. Bahkan beberapa dari mereka melakukan ajaran-ajaran
Islam yang bersifat sunnah seperti membaca Al-Qurâan, salat sunnah
berjamaah di masjid dan lainnya. Artikel ini menemukan bahwa
drama televisi Korea mendorong anak muda Muslim untuk
menegoisasi nilai-nilai Islam yang ditampilkan dalam drama televisi
Korea. Hasil penelitian ini mengungkapkan beberapa nilai-nilai
Islam seperti aspek kerja keras, dan pantang menyerah sering
digambarkan dalam drama televis
The Daâi (Muslim Preachers) And Social Change Challenges: A Study Of Daâi Professionalism In Dumai, Riau
The development of information technology is one of the causes of social changes that occur
and currently shows the complexity of the problems faced by people and preachers. This
requires professional preachers to be able to become agents of change. This was then responded to by the PMD in Dumai. This article examines the preacherâs professionalism in
the dynamics of social change in the Dumai Muballigh (Muslim Preacher Association/
PMD). This study does not focus on whether the efforts done by the PMD to improve the
professionalism of Muslim preachers in Dumai are successful or not. This article focuses on
efforts done by the PMD to improve their professionalism. In preaching, the development of
preaching resources is emphasized in various aspects such as material, mental, skills,
knowledge, and psychic. This article used observation and interviews to collect data. The
results showed that the effort to create professional preachers in the PMD is doing human
resource development through mudhakarah (discussion on Islamic Issues) and preaching
guidance to strengthen science and skills, training and use of IT (Information Technology) as
a form of transformation, conducting preaching certification as an effort to assess and qualify
the quality of preachersâ abilities, improving education levels through further education
cooperation agreements among preachers and companies, universities and government,
and the development of contemporary preaching material through the study of books, and
hadith.
Keywords: professional, preachers, social change, propaganda, PM
Narasi Jilbab dan Realitas Simulakra di Akun Instagram @buttonscarves
Buttonscarves menjadi brand fashion jilbab yang menargetkan perempuan muslim dengan kelas sosial menengah ke atas sebagai konsumennya. Melalui akun Instagram @buttonscarves, produsen fashion jilbab ini berupaya menarik perhatian konsumen dengan menciptakan beragam narasi sehingga terciptanya realitas-realitas tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah bagaimana realitas perempuan muslim dan jilbab diciptakan dalam narasi Buttonscarves di akun Instagram @buttonscarves. Peneliti juga menggunakan sudut pandang Baudrillard tentang Simulakra dan Hiperrealitas. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis semiotika Jean Barudrillard terhadap sembilan teks berupa video dan foto yang ada di akun tersebut di sepanjang tahun 2022. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Instagram @buttonscarves menciptakan simulasi realitas terhadap perempuan Muslim berjilbab. Narasi simulakra dalam Instagram @buttonscarves menunjukkan hiperrealitas nilai- nilai perempuan Muslim dan jilbab yang dapat membius khalayak perempuan Muslim. Sehingga jilbab tidak lagi dipandang dari nilai-nilai aslinya, namun menjadi realitas simulakrum murni dari citra yang diciptakan oleh Buttonscarves.
Â
Buttonscarves is a hijab fashion brand that targets Muslim women belonging to the middle and upper social classes. Through the Instagram account @buttonscarves, this hijab fashion producer attracted consumersâ attention by constructing narratives that shape distinct realities. This study delves into how the Buttonscarvesâ narratives on the @buttonscarves create the reality of Muslim women and the headscarf. In analyzing this phenomenon, Baudrillard's concepts of Simulacra and Hyperreality serve as theoretical underpinnings. Employing a qualitative approach, this research adopts the Jean Baudrillard Semiotics Analysis method to analyze nine texts, encompassing videos and photos posted throughout 2022. The study's findings shed light on the Instagram accountâs ability to engender a simulated reality of Muslim women wearing headscarves. Simulakra's narrative on Instagram @buttonscarves shows the hyperreality of Muslim women's values and the headscarf that can anesthetize Muslim women audiences. Consequently, the headscarf is no longer seen from its original values but becomes a pure simulacrum reality of the image created by Buttonscarves
Communication Goes to School: Membangun Budaya Literasi Media di Kalangan Siswa Sekolah
Berangkat dari prinsip irreversible dalam komunikasi dan penggunaan media sosial di kalangan anak muda yang meningkat signifikan dalam beberapa tahun belakangan ini, diperlukan pemahaman yang komprehensif tentang literasi media. Tujuannya agar siswa di sekolah dapat menggunakan media sosial secara bijak dan tidak terjebak dalam penyalahgunaan media sosial. Dengan menggunakan metode ceramah dan pemutaran video selama dua hari, program pengabdian ini berupaya menjelaskan tentang bagaimana konsep-konsep media sosial, bagaimana dampak negatif media sosial, sejauh mana media sosial memberikan peluang positif bagi anak muda untuk berkreativitas di dalamnya, dan bagaimana menggunakan media sosial yang bijak. Hasil pengabdian ini menunjukkan bahwa siswa sangat antusias memahami tentang literasi media sosial dan bagaimana memanfaatkan media sosial untuk hal-hal positif. Terakhir, berdasarkan hasil pengabdian di atas, penulis merekomendasikan bahwa perlunya kerjasama dari berbagai pihak, baik guru, akademisi, orang tua, masyarakat, dan siswa, untuk memberikan literasi media kepada siswa dan menciptakan kegiatan-kegiatan kreatif dan positif di media sosial
Kewirausahaan Perempuan Desa Berbasis Desa Wisata melalui Modal Sosio-Ekologi Pasca Bencana
Women have always been considered in several studies as the most vulnerable group to disaster risk and less involved in the post-disaster recovery process. This paper aims to find out and analyze the entrepreneurial activities of rural women who joined the management of Nusa Tourism Village as one of the post-disaster economic recovery efforts. The main question that will be answered in this study is how rural women are involved in entrepreneurial activities based on tourism villages after the tsunami. To answer this question, this paper uses qualitative methods with a constructivist paradigm and narrative approach. Data collection was conducted through interviews, observation, and documentation. The results showed that women of Nusa Village carried out tourism village-based entrepreneurial activities through socio-ecological capital. This socio-ecological capital consists of elements of social capital in the form of social relations, beliefs, collective norms, and collective actions. The element of ecological capital is in the form of the utilization of land, water, plants, and household waste which is packaged through various tour packages. This study concludes that socio-ecological capital is an important capital for rural women in carrying out entrepreneurial activities to recover the post-disaster economy