10 research outputs found

    Kajian Kerentanan Airtanah terhadap Pencemar di Daerah Aliran Sungai Serang

    Full text link
    DAS Serang memiliki karakteristik yang heterogen, sehingga tingkat kerentanan wilayah terhadap pencemarnya juga beragam. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kerentanan airtanah intrinsik dan spesifik terhadap pencemaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode DRASTIC (kerentanan intrinsik) dan Susceptibility Index (kerentanan spesifik). Validasi dilakukan dengan membandingkan tingkat kerentanan dengan hasil pengujian kualitas airtanah (nitrat). Kerentanan airtanah intrinsik dan spesifik memiliki lima kelas kerentanan, yatu : sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kerentanan airtanah intrinsik memiliki luasan tiap kelas kerentanan berturut – turut, sangat rendah 4185 Ha, rendah 7114 Ha, sedang 4227 Ha, tinggi 5251 Ha, dan sangat tinggi 914 Ha. Kerentanan airtanah spesifik memiliki luasan tiap kelas kerentanan berturut – turut, sangat rendah 4388 Ha, rendah 4892 Ha, sedang 3634 Ha, tinggi 4686 Ha, dan sangat tinggi 4091 Ha. Hasil validasi menunjukkan bahwa hasil metode DRASTIC memiliki tingkat akurasi 47 % dan metode SI 60 %

    Kajian Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemar Di Daerah Aliran Sungai Serang

    Get PDF
    DAS Serang memiliki karakteristik yang heterogen, sehingga tingkat kerentanan wilayah terhadap pencemarnya juga beragam. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kerentanan airtanah intrinsik dan spesifik terhadap pencemaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode DRASTIC (kerentanan intrinsik) dan Susceptibility Index (kerentanan spesifik). Validasi dilakukan dengan membandingkan tingkat kerentanan dengan hasil pengujian kualitas airtanah (nitrat). Kerentanan airtanah intrinsik dan spesifik memiliki lima kelas kerentanan, yatu : sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kerentanan airtanah intrinsik memiliki luasan tiap kelas kerentanan berturut – turut, sangat rendah 4185 Ha, rendah 7114 Ha, sedang 4227 Ha, tinggi 5251 Ha, dan sangat tinggi 914 Ha. Kerentanan airtanah spesifik memiliki luasan tiap kelas kerentanan berturut – turut, sangat rendah 4388 Ha, rendah 4892 Ha, sedang 3634 Ha, tinggi 4686 Ha, dan sangat tinggi 4091 Ha. Hasil validasi menunjukkan bahwa hasil metode DRASTIC memiliki tingkat akurasi 47 % dan metode SI 60 %

    Emotion And Motivation Reflected In Jean Paul Saolome’s Female Agent Movie (2010): A Psychoanalytic Criticism

    Get PDF
    The study is to reveal how emotion and motivation major character‟s to be a heroism in the war II for the French and complete their mission in the war II is reflected in Female Agent movie directed by Jean Paul Salome published in 2010. There are two objectives: the first is to analyze the film in term of structural elements and the second is to analyze the film based on Psychoanalytic Criticism. The object of the study is a movie Female Agent movie is directed by Jean Paul Salome. The researcher employs the descriptive qualitative research as a type of the research. The data sources are divided into two, namely primary data source and secondary data source. The primary data source is the events of the movie and script of Female Agent and the secondary data source is journals of emotion and motivation, book of psychoanalytic criticism. The method of collecting data is documentation. The technique of analyzing data is descriptive. The results of the study are as follows. First, based on the structural analysis, Jean Paul Salome as the director of the movie delivers a moral message about the heroism. The structural elements are related to each other and form a solid unity. Second, based on Psychoanalytic criticism, Jean Paul Salome tells emotion and motivation struggled by the major characters

    Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian di DAS Sembung, Kabupaten Sleman, DIY

    No full text
    Tekanan penduduk terhadap lahan adalah perbandingan antara jumlah penduduk denganluas lahan minimal untuk dapat hidup layak. Perluasan fisik kota memiliki dampak negatif yangsalah satunya tidak efektifnya pembangunan fasilitas pelayan kota dan ketidaksesuaian lahan sebagaimana mestinya. DAS Sembung memiliki lokasi yang strategis untuk dilakukanpembangunan karena letaknya yang berada di lereng kaki dan dataran kaki dari GunugapiMerapi. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh tekanan penduduk terhadap lahan pertanian perlu dilakukan. Hasil perhitungan Tekanan Penduduk terhadap Lahan pada bentuklahan lereng kaki gunungapi adalah 0,14. Nilai tersebut menggambarkan bahwa hasil pertanian yang ada di lereng kaki masih mencukupi kebutuhan pangan penduduknya dengan luas lahan pertanian pada tahun 2014 sebesar 3.285.702,27 m2. Sementara itu, pada bentuklahan dataran kaki gunungapi diperoleh hasil sebesar 0,24. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pada bentuklahan ini belum terjadi tekanan penduduk terhadap lahan pertanian. Tekanan Penduduk terhadap Lahan Pertanian di DAS Sembung menunjukkan bahwa pada bentuklahan lereng kaki, dataran kaki, dan teras sungai tergolong rendah. Namun, nilai Tekanan Penduduk terhadap Lahan Pertanian pada dataran kaki lebih besar dari nilai Tekanan Penduduk pada lereng kaki karena lahan yang ada sudah termanfaatkan atau terbangu

    Daya Dukung Lahan Pertanian, Permukiman, dan Kawasan Lindung di DAS Sembung, Kabupaten Sleman, DIY

    No full text
    Pembangunan wilayah di DAS Sembung yang semakin meningkat menjadikan analisis daya dukung terhadap lahan permukiman, pertanian, dan kawasan lindung perlu dilakukan. Analisis ketiga daya dukung tersebut dilakukan secara spasial berdasarkan bentuklahan yang terdiri dari lereng kaki, dataran kaki, dan teras sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya dukung terhadap permukiman menunjukkan bahwa pada lereng kaki dan dataran kaki memiliki daya dukung yang tinggi sedangkan pada bentuklahan teras sungai memiliki daya dukung permukiman yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor luas lahan layak permukiman dan jumlah penduduk pada masing-masing bentuklahan. Hasil perhitungan daya dukung pertanian menunjukkan bahwa lereng kaki memiliki daya dukung yang tergolong tinggi sedangkan pada dataran kaki dan teras sungai memiliki daya dukung yang rendah, hal ini disebabkan karena tekstur tanah di lereng kaki adalah geluh berpasir yang cocok untuk pertanian sedangkan tektur tanah pada dataran kaki dan teras sungai dominan pasir. Hasil perhitungan daya dukung lindung menunjukkan bahwa pada bentuklahan lereng kaki dan dataran kaki memiliki daya dukung yang tergolong rusak sedangkan pada teras sungai tergolong sedang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alami yang ada pada lereng kaki dan dataran kaki telah banyak berubah akibat aktivitas manusi

    ANALISIS KERENTANAN AIR PERMUKAAN DAS SEMBUNG, KABUPATEN SLEMAN, DIY

    No full text
    Kerentanan air permukaan merupakan ukuran tingkat kesulitan dan kemudahan zat tercemar untuk masuk dalam air permukaan. Analisis kerentanan air permukaan menggunakan pendekatan skoring dengan parameter kemiringan lereng, penggunaan lahan, dan curah hujan rerata tahunan. Setiap parameter diberi bobot yang berbeda tergantung dengan tingkat pengaruh terhadap kerentanan airtanah. Penelitian ini akan mengukur kerentanan air permukaan di DAS Sembung, Kabupaten Sleman. Satuan analisis yang digunakan adalah bentuklahan. DAS Sembung memiliki tiga bentuklahan, yaitu lereng kaki gunungapi, dataran kaki gunungapi, dan teras sungai. Curah hujan didapatkan dengan menghitung hujan wilayah menggunakan metode isohyet. Kemiringan lereng diolah dari data kontur Peta RBI skala 1:25.000. Penggunaan lahan juga didapatkan dari Peta RBI tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerentanan DAS Sembung pada lereng kaki dan dataran kaki tergolong rentan sedangkan pada teras sungai tergolong agak rentan. Hal ini disebabkan karena penggunaan lahan pada lereng kaki dan dataran kaki lebih rentan mengalami degradasi air permukaan. Kedua bentuklahan memiliki penggunaan lahan dominan berupa permukiman dan sawah. Sementara itu, bentuklahan teras sungai memiliki penggunaan lahan dominan kebun campuran. Parameter curah hujan dan lereng pada ketiga bentuklahan relatif homogen, sehingga faktor paling sensitif dalam menentukan kerentanan air permukaan di DAS Sembung adalah penggunaan laha

    Kekeringan Meteorologis dengan Metode Thornthwaite-Mather di DAS Sembung, Kabupaten Sleman, DIY

    No full text
    Kekeringan secara sederhana dapat diartikan sebagai kurangnya kebutuhan air bagi kehidupan makhluk hidup di suatu wilayah. Kekeringan dapat diklasifikasn menjadi empat jenis,yaitu: kekeringan meteorologis, hidrologis, pertanian, dan sosial-ekonomi. Jenis kekeringan tersebut merupakan suatu tingkatan dimana kekeringan paling awal yang terjadi adalah meteorologis hingga yang paling parah adalah sosial-ekonomi. DAS Sembung di Kabupaten Sleman merupakan wilayah yang saat ini mengalami pembangunan. Penggunaan lahan permukiman mulai didirikan mengganti lahan pertanian. Analisis kekeringan perlu dilakukan agar mitigasi dan ancaman kekurangan air dapat diprediksi dan dilakukan mitigasi. Pengukuran kekeringan meteorologis dilakukan dengan menggukana metode Thornthwaite-Mather. Parameter yang digunakan adalah Indeks moisture (Im), Indeks humidity (Im), dan Indeks aridity (Ia). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Index Moisture di Lereng Kaki Volkan yaitu kelas A-Perhumid di Desa Pakembinangun, kelas B4 di Desa Umbulmartani, B3 di Desa Sardonoharjo. Wilayah Dataran Kaki Volkan dan Teras Sungai Index moisture didominasi oleh B3-Humid. Index Aridity di seluruh DAS Sembung termasuk kelas S yaitu defisiensi air pada musim panas sedang. Index Humidity di seluruh DAS Sembung memiliki kelas S2 yaitu Surplus air pada musim kemarau panjan

    ANALISIS NERACA AIR DAS SEMBUNG, KABUPATEN SLEMAN, DIY (Ketersediaan Air, Kebutuhan Air, Kekritisan Air)

    No full text
    Data ketersediaan dan kebutuhan air merupakan dasar perhitungan potensi sumberdaya air. Satuan analisis penelitian ini menggunakan bentuklahan karena berpengaruh terhadap karakteristik dan pola pergerakan air serta hujan yang turun di suatu wilayah. Analisis sumberdaya air dapat digunakan untuk mengetahui kondisi sumberdaya air yang ada di suatu tempat, khususnya DAS Sembung yang meliputi ketersediaan meteorologis, ketersediaan airtanah dan air permukaan, serta kebutuhan air (domestik, irigasi, peternakan, dan industri). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan air meteorologis pada DAS Sembung akan mengalami surplus pada saat musim penghujan dan akan mengalami defisit pada saat musim kemarau. Kebutuhan air domestik pada DAS Sembung yang paling besar adalah pada bentuklahan lereng kaki sebesar 312.977 m3/tahun. Kebutuhan air irigasi yang paling besar dimiliki oleh bentuklahan lereng kaki yaitu sebesar 5.563.237 m3/tahun. Kebutuhan air peternakan yang paling besar berada pada bentuklahan lereng kaki yaitu sebesar 14.250 m3/tahun. Kebutuhan air perikanan yang paling besar berada pada bentuklahan lereng kaki sebesar 125.070 m3/tahun. Kebutuhan air industri terbesar berada pada bentuklahan dataran kaki yaitu sebesar 103.824 m3/tahun. Tingkat kekritisan air pada bentuklahan lereng kaki, dataran kaki, dan teras sungai pada DAS Sembung tergolong tidak kritis. Hal ini disebabkan karena potensi ketersediaan air yang banyak meliputi airtanah, air permukaan, dan mata ai

    Proses Pengelolaan Air Limbah secara Biologis (Biofilm): Trickling Filter dan Rotating Biological Contactor (RBC)

    No full text
    Limbah adalah buangan yang kehadirannya tidak dikehendaki pada suatu tempat yang berada di lingkungan dan tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah dapat berupa cair, padat, dan gas. Tulisan ini akan membahas proses pengolahan limbah cair secara biologis yang merupakan proses tahapan pengolahan sekunder. Pengolahan limbah cair secara biologi bertujuan untuk membersihkan zat-zat organik atau mengubah zat organik yang berbahaya tersebut menjadi bentuk yang kurang/tidak berbahaya. Proses pengolahan air limbah secara biologis dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu proses biomassa tersuspensi (suspended culture), proses biomassa melekat (attached culture), dan lagoon/kolam. Tulisan ini akan membahas mengenai proses pengolahan air limbah melalui proses biomassa melekat (attached culture), yaitu trickling filter dan Rotating Biological Contactor (RBC

    Effect of nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt.) on methane production, rumen fermentation, and nutrient digestibility in vitro

    No full text
    Abstract The study evaluated the effect of adding of nutmeg (Myristica fragrans Houtt.) essential oil (NEO) as a feed additive on methane production, rumen fermentation parameters, rumen enzyme activity, and nutrient digestibility in vitro. This study was divided into three treatments based on the level of NEO addition, which included 0 µL/L (T0), 100 µL/L (T1), and 200 µL/L (T2). The feed substrate composition consisted of king grass as forage and concentrate in a 60:40 ratio. Feed fermentation was conducted using the Menke and Steingass gas production and two-step Tilley and Terry in-vitro digestibility technique. The data obtained from the study were analyzed using one-way ANOVA and if there were differences between means, they were further assessed using DMRT. The results showed that T2 treatment significantly decreased (P < 0.05) ammonia (NH3) levels, total VFA, acetate, propionate, butyrate, and microbial protein (P < 0.05). Methane production and the activity of rumen protease enzyme significantly decreased (P < 0.05) at T1 and T2 treatment. The T2 treatment significantly reduced (P < 0.05) protein digestibility (IVCPD) at 48 h, while IVCPD at 96 h significantly increased (P < 0.05). On the other hand, the addition of nutmeg essential oil did not effect the activity of the amylase, carboxymethyl cellulase, and β-glucosidase enzymes, as well as the in-vitro digestibility of dry matter (IVDMD), crude fiber (IVCFD), and organic matter (IVOMD). The conclusion drawn from this study is that the optimum level for NEO is 200 µL/L, which can reduce methane production and increase crude protein digestibility at 96 h without any negative effect on rumen fermentation and nutrient digestibility
    corecore