58 research outputs found
Biologi Reproduksi Ikan
Reproduksi merupakan proses perkembangbiakan yang diawali dari peleburan gamet haploid dari individu jantan dan betina untuk menghasilkan keturunan. Ikan sebagai hewan yang hidup di perairan juga memiliki dua macam jenis kelamin, namun ada beberapa spesies memiliki dua jenis kelamin dalam satu tubuhnya (hermaprodit) dan ada pula yang mengalami pergantian jenis kelamin di masa hidupnya (protandri dan protogini).
Perkembangan dan diferensiasi jenis kelamin ikan selain dipengaruhi oleh hormonal juga faktor lingkungan. Lingkungan yang tercemar logam berat memengaruhi kesehatan reproduksi ikan, terutama sistem reproduksi ikan jantan. Testis ikan akan mengalami perubahan struktur dan fungsi ketika habitatnya tercemar. Perubahan struktur testis meliputi degenerasi tubulus, lobulus mengalami disintegrasi dan fragmentasi, lobulus kecil, terbentuknya fi brosis, dan adanya sel piknotik. Logam berat yang berakumulasi dalam jaringan dan organ ikan menghasilkan
penghambatan fi siologis sel spermatogenik. Proses spermatogenesis dalam kista-kista di tubulus menjadi terhambat, sehingga memengaruhi proses fertilisasi. Keadaan ini bila berlangsung terus-menerus berakibat pada menurunnya jumlah populasi, keanekaragaman, serta kepunahan suatu spesies ikan yang tidak dapat beradaptasi dengan habitatnya
Effects of Red Fruit (Pandanus conoideus Lam) Oil on Malondialdehyde Level And Spermatozoa Quality in Mice (Musmusculus) Exposed to Monosodium Glutamate
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak buah merah (Pandanus conoideus Lam) terhadap kadar MDA dan kualitas spermatozoa pada mencit (Mus musculus) yang dipapar MSG. Kualitas meliputi motilitas, viabilitas, konsentrasi, dan morfologi spermatozoa. Penelitian dilakukan dengan desain studi eksperimental randomized post-test only control group. Subyek penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) sejumlah 25 ekor, dibagi menjadi 5 (5 ekor mencit per kelompok). K-: Kelompok dengan pemberian distilled water selama 35 hari. K+: Kelompok dengan pemberian MSG 4 mg/g BB selama 21 hari. P1, P2, dan P3: Kelompok perlakuan pemberian MSG 4 mg/g BB selama 21 hari + minyak buah merah 0,02; 0,04; 0,08 ml/g BB pada hari ke 22-35. Hasil penelitian menunjukkan rerata morfologi spermatozoa kelompok K-, K+, P1, P2, P3 secara berurut-urut sebagai berikut: 0,86; 0,56; 0,67; 0,61; dan 0,87 (%). Konsentrasi spermatozoa secara berurut-urut sebagai berikut: 21; 10; 15; 32,8; dan 19 (107 sel/ml). Viabilitas spermatozoa secara berurut-urut sebagai berikut: 0,64; 0,14; 0,24; P2: 0,36; 0,68 (%). Kadar MDA secara berurut-urut sebagai berikut:0,29; 0,60; 0,35; 0,23; 0,19 (nm). Sebagai simpulan, kadar MDA testis yang dipapar MSG dan diberi minyak buah merah lebih rendah daripada kadar MDA mencit yang dipapar MSG dan tanpa diberi minyak buah merah. Kualitas spermatozoa pada mencit yang dipapar MSG dan diberi minyak buah merah lebih tinggi daripada mencit yang dipapar MSG dan tanpa diberi minyak buah merah. (FMI 2018;54:84-88
Profil Protein Membran Spermatozoa Tikus (Rattus norvegicus L.) Setelah Pemaparan 2-Methoxyethanol
INTISARI
Hayati, A., S. Mangkoewidjojo, A. Hinting, dan S. MoeUopawiro. 2006. Profil Protein Membran Spermatozoa Tikus {Rattus norvegicus L.) Setelah Pemaparan 2-MethoxymethanoL Berkala Ilmiah Biologi 5 (1): 39 - 44.
Senyawa 2-methoxyethanol (2-ME) bersifat toksik dan oksidan kuat yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan ini dikarenakan stres oksidasi yang tinggi sehingga ikatan glikoprotein transmembran dapat lepas, akibatnya akan merubah susunan dan struktur molekul penyusun membran sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil protein membran sel spermatozoa tikus (Rattus norvegicus) setelah pemaparan 2-ME dengan variasi lama waktu pemberiannya.
Seratus ekor tikus, strain Wistar, dibagi 5 kelompok, masing-masing terdiri atas 20 ekor. Tikus kelompok pertama (Pt) disuntik 0,2 ml 2-ME dosis 200 mg/kg bb/hari secara subkutan selama 1 hari, P2 selama 3 hari, P3 selama 6 hari/ minggu dan P4 selama 12 hari/2 minggu serta kelompok kontrol diberi larutan fisiologis. Spermatozoa di koleksi dengan camflusing. Isolasi spermatozoa menggunakan modifikasi metode Haila dan Daulat (2001) dan Goyal et al. (2001). Penentuan profil protein membran menggunakan metode elektroforesis, SDS-PAGE, dan didukung dengan pengukuran luas area pita protein menggunakan densitometer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein membran spermatozoa tersusun atas banyak macam protein. Profil protein diketahui dari tebal dan tipisnya pita protein yang terbentuk pada setiap pita protein. Perubahan profil protein hasil elektroforesis selain diketahui dari ketebalan pita protein juga didukung oleh hasil pengukuran luas area pita proteinnya. Pada semua kelompok, luas area pita protein dengan berat molekul 55 kDa tampak lebih besar (11.634,7 mv.mm),kemudian diikuti oleh protein dengan berat molekul 19 (8.421,5 mv.mm), 43 (8.000,1 mv.mm), 45 (7.510,0 mv.mm), 20 (6.807,1 mv.mm), 24 (6.523,2 mv.mm)66 (6.480,4 mv.mm), 34 (6.350,8 mv.mm), 22 (5.736,6 mv.mm), dan 84 kDa (3.557,9 mv.mm). Besar area masing-masing pita protein tersebut dipengaruhi oleh lama waktu pemaparan 2-ME. Semakin lama waktu pemaparannya, beberapa protein ketebalan dan luas area pitanya semakin meningkat dan beberapa yang lainnya semakin menurun. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pemaparan 2-ME setelah tiga hari dapat merubah profil protein membran spermatozoa secara bermakna pada protein dengan berat molekul 19 dan 24 kDadan profil protein 22 kDa berubah setelah pemaparan 12 hari/2minggu.
Kata kunci: 2-methoxyethanol, radikal bebas, protein membran spermatozoa, SDS-PAG
Histopathological Assessment of Cadmium Effect on Testicles and Kidney of Oreochromis niloticus in Different Salinity
Abstract. This study was aimed to determine the effect of cadmium on testicles and kidney structure of Oreochromis niloticus in different salinity. Twenty-seven Oreochromis niloticus at age of 5±0.5 months with average size 11±1 cm and average weight 250±50 g were used and divided into nine treatment groups with variations in salinity (0, 5 and 10) and cadmium levels (0, 2.5, and 5 ppm). After two weeks of treatment periods, testicles and kidney was collected and then processed into histological slide. Result showed that cadmium and salinity variations caused change in diameter of seminiferous tubules in the testicles. Kidney structure also showing various damage such as necrosis and inflammation from groups treated with various concentration of salinity and cadmium. Smallest diameter of seminiferous tubules of the testicles and the highest percentage necrosis and inflammation of kidney was found from salinity:cadmium = 0 : 5 ppm treatment
The Effect Of Cadmium on Sperm Quality and Fertilization Of Cyprinus carpio L.
The objective of the study was to determine the effect of cadmium on sperm quality and fertilization of C. carpio L. Sperm and eggs were collected by abdomen striping from the mature testis and ovary of C. carpio L. This study used one control and four treatment groups of variation on the cadmium concentration (0, 50, 100, 150, and 200 ppm) with eight replications. Sperm motility (mass motility, mass motility duration, and individual motility duration) and viability were measured after three to four seconds of incubation in the water. The percentage of fertility success was calculated by observing embryo development after the eggs were mixed with sperm and incubated in the water for 72 hours. The success of the fertilization process was indicated by a color change of the egg that darkens after successful fertilization, and white-milk if failed. The data were analyzed using analysis of variance (α = 0.05). The results of this study indicate that exposure of 50 ppm cadmium and control group shown success in term of sperm quality (motility and viability) and fertilization, but at 100 ppm or more decreased the sperm quality and fertilization rate. It can be concluded that cadmium exposure decreases sperm quality and fertility at 100 ppm or higher concentrations
The Effect of Cadmium on Sperm Quality and Fertilization of Cyprinus carpio L.
The objective of the study was to determine the effect of cadmium on sperm quality and fertilization of C. carpio L. Sperm and eggs were collected by abdomen striping from the mature testis and ovary of C. carpio L. This study used one control and four treatment groups of variation on the cadmium concentration (0, 50, 100, 150, and 200 ppm) with eight replications. Sperm motility (mass motility, mass motility duration, and individual motility duration) and viability were measured after three to four seconds of incubation in the water. The percentage of fertility success was calculated by observing embryo development after the eggs were mixed with sperm and incubated in the water for 72 hours. The success of the fertilization process was indicated by a color change of the egg that darkens after successful fertilization, and white-milk if failed. The data were analyzed using analysis of variance (α = 0.05). The results of this study indicate that exposure of 50 ppm cadmium and control group shown success in term of sperm quality (motility and viability) and fertilization, but at 100 ppm or more decreased the sperm quality and fertilization rate. It can be concluded that cadmium exposure decreases sperm quality and fertility at 100 ppm or higher concentrations
Phytochemical screening and antibacterial activity of Acorus calamus L. extracts
Staphylococcus aureus and Escherichia coli are among the most common species of gram-positive and gram-negative bacteria, which cause vaginitis, in infertile women. The Calamus rhizome (Acorus calamus L.) is an Indonesian plant that has antibacterial properties that can be used to treat vaginitis and increase fertility. The aim of this study was to determine the phytochemical and antibacterial activity of the calamus rhizoma in polar, semi-polar and non-polar solvents in the growth of S. aureus and E. coli. The antibacterial activity test was in the form of inhibitory test using the Kirby-Bauer, Minimum Inhibition Concentration (MIC)and Minimum Bactericidal Concentration (MBC)by microdilution method with multilevel dilution (concentrations 50; 25; 12.5; 6.25; 3.13; 1.56; 0.78; and 0.39%). The screening results showed that ethanol and n-hexane extract contained alkaloids and riterpenoids, while chloroform extract was only triterpenoid. Chloroform extract produced the largest inhibition zone diameter of S.aureus and E. coli (7.26 and 3.28 mm), followed by ethanol extract (5.90 and 3.07 mm) and n-hexane extract(5.33and 2.95 mm). The concentrations of 0.39 and 0.78% were the values of MIC and MBC for all three extracts,indicating that the extract of the calamus rhizome with several solvents in this study had the same antibacterial activity
Effects of cadmium on metallothionein and histology in gills of tilapia (Oreochromis niloticus) at different salinities
The objectives of this study were to evaluate the effects of sublethal cadmium concentrations on the levels of cadmium, metallothionein (MT) and histological changes in gills of East Java strain tilapia (Oreochromis niloticus) at different salinity levels. The levels of cadmium in control gills were not significantly different at 0, 5 and 10 practical salinity unit (PSU). The cadmium concentrations in gills of cadmium-exposed fish were significantly higher at 0 PSU than at 5, 10 and 15 PSU. The MT concentrations in control gills were not significantly different at 0, 5, and 10 PSU. The MT concentrations of cadmium-exposed fish were significantly higher than those in respective control
groups at 0, 5 and 10 PSU. Significant gill damage occurred in fish exposed to cadmium at lower salinity. The epithelial lifting was noted at gills of fish exposed to 2.5 mg/L of cadmium at 0 PSU, and telangiectasis was observed at gills exposed to 5 mg/L of cadmium at 0 PSU. The level of gill damage decreased with increasing salinity of media. The increased MT and histological changes in gills of our findings could be a protective response of animals to toxic effect of cadmium
Penggunaan Media Visual Untuk Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Dalam Praktikum Struktur Perkembangan Hewan II
Tujuan dari Sistem Pendidikan Nasional adalah menjadikan manusia Indonesia seutuhnya yang mempunyai kemampuan dan keterampilan yang dapat digunakan untuk meningkatkan taraf hidup lahir maupun batin secara mandiri, dan meningkatkan peranannya sebagai pribadi, warga masyarakat, warga Negara dan mahluk ciptaan Tuhan. Untuk itu peserta didik dituntut memiliki kemampuan yang multi dimensional yang mencakup ranah kognitif, psikomotor dan afektif Perguruan tinggi sebagai salah satu sub sistem pendidikan nasional juga berkewajiban untuk menghasilkan lulusan yang mempunyal kemampuan multidimensional terse but, sehingga peranan alumni perguruan tinggi di masyarakat dapat dirasakan manfaatnya. Untuk mencapai tujuan dimensional tersebut, maka diperlukan suatu metode instruksional yang tepat. Salah satu metode instruksional yang dianggap memenuhi tuntutan multidimensional yang mencakup ketiga ranah tersebut di atas adalah kegiatan praktikum. Ranah kognitif di dalam praktikum dapat dilatih melalui sintesis berbagai teori yang telah diterima melalui mata kuliah., ranah psikomotor dapat dilatih meIalui aktifitas memilih, mempersiapkan dan mempergunakan seperangkat peralatan yang tepat. sedangkan ranah afektif dapat dilatih dengan cara merencanakan aktifitas di dalam praktikum, sehingga dapat memenuhi batas waktu yang ditetapkan melalui mekanisme keIjasama di dalam satu kelompok. Jurusan Biologi FMIP A Universitas Airlangga sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi yang merupakan sub sistem Pendidikan Nasional juga melaksanakan dan menyelenggarakan kegiatan praktikunI sebagai salah satu upaya untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan multidimensional. Salah satu jenis kegiatan praktikum yang dilaksanakan di jllrusan Biologi FMlP A Universitas Airlangga adalah praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan D (SPH II ) / Histologi Hewan. Dari data nilai mahasiswa jrusan Biologi tiga tahtID terakhir, menunjukkan bahwa rerata perolehan nilai mahasiswa kurang memuaskan ( lampiran I ), di mana rerata perolehan nilai A = 6,7%, nilai AB = 11 , 1 %, nilai B = 45%, nilai BC = 17,3%, nilai C = 12,7%, nilai D = 3,8% dan nilai E = 2,3%. Untuk itu perIlI dillpayakan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan perolehan nilai mahasiswa, terutama perolehan nilai A dan AB. Kegiatan praktikum ini dirancang lIntuk menjawab perrnasalahan : Apakah penggunaan Media Visual dengan piranti komputer dapat meningkatkan motivasi mahasiswa terhadap materi praktikum struktur perkembangan hewan II / Histologi Hewan ?, Apakah pemanfaatan sarana komputer dalam praktikurn SPH II Histologi Hewan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi praktikum struktur perkembangan hewan II / Histologi Hewan ? Seadangkan tujllan dari kegiatan ini adalah ulltuk : Meningkatkan motivasi mahasiswa terhadap materi praktikum struktur perkembangan hewan II I Histologi hewan melalui sarana komputer sebagai media visual pembelajaran, Membantu mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman materi praktikum struktur perkembangan hewan II / Histologi Hewall , baik secara substansi, kognitif maupun afektif, Mengembangkan suatu model materi praktikum struktur perkembangan hewan II I histology hewan yang hemat biaya dan manfaat tinggi. Berdasarkan hasil angket dapat diketahui bahwa indeks kepuasan mahasiswa untuk penyelenggaraan praktikum struktur perkembangan hewan II / Histologi hewan ini adalah sebesar 75,79%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa cukup puas terhadap pelaksanaan kegiatan praktikum dengan mengkombinasikan pengamatan dengan mikroskop dan pengamatan serta latihan melalui intranet di Laboratorium c
Komputer . Tingginya nlai kepuasan ini hamper merata pada semua komponen yang ditanyakan dalam angket, kecuali pada kode Ren 1.6 yang menanyakan tentang cukup tidaknya topic yang diberikan dengan menggunakan computer, sebagaian besar mahasiswa merasa tidak cukup, hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan praktikwn mahasiswa hams dibagi menjadi dua kelompok dan bekerja men gunakan computer secara bergantian serta tidak seluruh topic yang ada dapat diakses melalui computer, untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan praktikum di tallun mendatang diupayakan adanya penambahan jumlah computer, sehuingga mahasiswa cukup memptmyai waktu dan topic yang diberikan lewat computer diupayakan lebih banyak dan lebih bervariatif. Dari data yang menunjukkan distribusi perolehan uilai praktikum SPH 11 Histologi hewan ( tabel 3.1 dan 4.2 ),. Dapat diketahui bahwa jka dibandingkan dengan angkatan sebelumnya yang tidak mendapatkan perlakuan hibah pengajaran, perolehan nlai A dan AB juga tampak mengalami peningkatan , walaupun perolehan nilai A mahasiswa peserta praktikum dengan perlakuan metode visual dengan komputer belum mengalami peningkatan yang diharapkan ( 20%), sehiugga dari hasil iui dapat dapat dikatakan bahwa kegiatan praktikum yang menggunakan kombinasi praktuikum antara pengamatan dengan mikroskop yang disubstitusi dengan media visual menggunakan komputer, sudah mencapai tujuan yang diharapkan. Dari hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Penggunaan Media Visual dengan piranti komputer dapat meningkatkan motivasi mahasiswa terhadap materi praktikum struktur perkembangan hewan II I Histologi Hewan, Pemanfaatan sarana komputer dalam praktikum SPH II I Histologi Hewan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi praktikum yang dibuktikan dengan peningkatan persentase mahasiswa yang memperoleh nilai A dan AB. Mengingat begitu besar minat mahasiswa jurusan Biologi dalam melakukan pengamatan dan latihan di luar jam kegiatan praktikum dengan menggunakan komputer, perlu difikirkan dimasa yang akan datang sebaiknya Jurusan Biologi FMIPA Unair menambah jumlah komputer yang tersedia
Fraksi Etanol 96% Biji Koro Benguk (Mucuna Pruriens L.) Sebagai Peningkat Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus)
Background: The examination of sperm quality is the main priority for infertility diagnosis. Based on previous study with mice, active ingredient of Mucuna pruriens L. or koro benguk (Papilionaceae), the L-dopa, may affect the quality of spermatozoa.Objective: Research was to study the effect of 96% ethanol fraction Mucuna pruriens seed on spermatozoaquality of mice exposed to 2-Methoxy ethanol. L-dopa in 96% ethanol fraction of M. pruriens seed was 14.7%.Methode: This was an experimental study using complete randomized design. Subjects were BALB/C mice (Mus musculus). Five groups served as control, 3 groups received subcutaneos injection of 2-ME as muchas 100 mg/kg.bw/day for 12 days, followed with 96% ethanol fraction Mucuna pruriens seed starting from14 mg/kg.bw/day, 28 mg/kg.bw/day, and 56 mg/kg.bw/day for 51 days.Result: The 96% ethanol fraction of Mucuna pruriens seeds are significant increase motility (p<0,01) andthe percentage of normal spermatozoa morphology (p= 0,042).Conclusion: 96% ethanol fraction of Mucuna pruriens seeds are able to increase motility and the percentage of normal spermatozoa morphology in mice exposed to 2-ME
- …