2,929 research outputs found
Classicality of a quantum oscillator
Gaussian quantum systems exhibit many explicitly quantum effects but can be
simulated classically. Using both the Hilbert space (Koopman) and the
phase-space (Moyal) formalisms we investigate how robust this classicality is.
We find failures of consistency of the dynamics of a hybrid classical-quantum
systems from both perspectives. By demanding that no unobservable operators
couple to the quantum sector in the Koopmanian formalism, we show that the
classical equations of motion act on their quantum counterparts without
experiencing any back-reaction, resulting in non-conservation of energy in the
quantum system. Using the phase-space formalism we study the short time
evolution of the moment equations of a hybrid classical-Gaussian quantum system
and observe violations of the Heisenberg Uncertainty Relation in the quantum
sector for a broad range of initial conditions. We estimate the time scale for
these violations, which is generically rather short. This inconsistency
indicates that while many explicitly quantum effects can be represented
classically, quantum aspects of the system cannot be fully masked. We comment
on the implications of our results for quantum gravity
Some spectral and quasi-spectral characterizations of distance-regular graphs
© . This manuscript version is made available under the CC-BY-NC-ND 4.0 license http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/In this paper we consider the concept of preintersection numbers of a graph. These numbers are determined by the spectrum of the adjacency matrix of the graph, and generalize the intersection numbers of a distance-regular graph. By using the preintersection numbers we give some new spectral and quasi-spectral characterizations of distance-regularity, in particular for graphs with large girth or large odd-girth. (C) 2016 Published by Elsevier Inc.Peer ReviewedPostprint (author's final draft
Pasal 17 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektronik melalui Instagram
Penelitian ini dilakukan karena adanya perkembangan internet yang mengakibatkan penjualan barang secara online mulai dilakukan oleh masyarakat yang sering disebut dengan transaksi elektronik. Sifat transaksi elektronik salah satunya adalah konsumen dan pelaku usaha tidak saling bertemu seperti transaksi belanja biasanya dan juga konsumen tidak dapat melihat dan meraba barang secara langsung. Hal ini membuat banyak konsumen tidak terpenuhi haknya karena pelaku usaha memanfaatkan peluang ini untuk melakukan hal yang tidak seharusnya. Undang-undang terkait ialah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi konsumen dan untuk mengetahui penerapan dari undang-undang terkait dalam transaksi elektronik. Jenis penelitian yang dilakukan adalah yuridis empiris yaitu penelitian yang difokuskan pada suatu aturan hukum atau peraturan yang kemudian dihubungkan dengan Kenyataan pada lapangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis. Urgensi penelitian ini adalah agar hak para konsumen dapat di prioritaskan dan pelaku usaha tidak semena-mena terhadap konsumennya.Kata kunci: Transaksi elektronik, Perlindungan konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsume
Job satisfaction among Malaysian employees: An application of Spector’s Job Satisfaction Survey in the South East Asian context.
Job satisfaction explains individuals’ reactions towards their jobs. Many studies find that job satisfaction is a well-known construct that is widely used to study work-related well-being; and contributes significantly to employees’ overall quality of life. The current paper examines job satisfaction among Malaysian employees using the Job Satisfaction Survey (JSS). In particular, the present study compares the job satisfaction levels of Malaysian samples with those of a previously reported study involving samples from Singapore and the United States. Results of one sample t-test reveals statistically significant differences in pay, promotion, fringe benefits, contingent rewards, supervision, co-workers and nature of work subscales. No cultural influence exists between Malaysian and Singapore samples in terms of perceived operating conditions satisfaction. Similarly, no statistically significant difference exists between Malaysian and the United States perception towards the communication facet. Furthermore, the results of factor analysis support the previous study, suggesting possible cultural differences in the understanding of, and consensus regarding, the structure of the job satisfaction scale
Scaling Behavior of Ricci Curvature at Short Distance near Two Dimensions
We study the renormalization of the Ricci curvature as an example of
generally covariant operators in quantum gravity near two dimensions. We find
that it scales with a definite scaling dimension at short distance. The Ricci
curvature singularity at the big bang can be viewed as such a scaling
phenomenon. The problem of the spacetime singularity may be resolved by the
scale invariance of the spacetime at short distance.Comment: 9pages, LaTe
Analisis Risiko Saham Sektor Perbankan Menggunakan Value at Risk dan Expected Shortfall dengan Pendekatan VARMA-GARCH
Investasi adalah sebuah komitmen dalam menanamkan sejumlah dana pada periode tertentu untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Investasi pada saham menjadi sasaran para investor karena keuntungan (return) yang diperoleh relatif tinggi. Namun, return yang tinggi memiliki risiko yang tinggi pula. Pergerakan return dari saham lain juga dapat mempengaruhi besar return yang didapatkan. Sehingga, diperlukan analisis untuk mengetahui seberapa besar risiko suatu saham dan melihat pengaruh yang dimiliki antar saham. Metode yang dapat digunakan dalam mengestimasi risiko pada saham adalah Value at Risk dan Expected Shortfall. Dalam perhitungannya dilakukan pendekatan dengan model VARMA untuk melihat pengaruh antar saham. Return juga erat kaitannya dengan volatilitas. Pergerakan dari return yang tidak stabil menyebabkan volatilitas yang tinggi. Sehingga akan ada efek heteroskedastisitas yang dapat menimbulkan ketidakstasioneran data terhadap varians. Maka dilakukan pemodelan GARCH untuk mengatasi hal tersebut. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data harian dari saham sektor perbankan yaitu saham BBCA, BBRI, dan BMRI dengan periode waktu dari 2 Januari 2017 hingga 30 Desember 2021. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa model VARMA (0,4) merupakan model yang terbaik. Sedangkan model GARCH terbaik adalah model GARCH (1,1) untuk masing-masing saham. Hasil estimasi risiko tertinggi berdasarkan nilai VaR dimiliki oleh saham BBRI pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai VaR sebesar 7,688542%. Sedangkan nilai VaR terendah dimiliki oleh saham BBCA pada tingkat kepercayaan 90% dengan nilai VaR sebesar 0,031299%. Hasil estimasi risiko tertinggi berdasarkan nilai Expected Shortfall (ES) dimiliki oleh saham BBRI pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai ES sebesar 12,419326%. Sedangkan nilai ES terendah dimiliki oleh saham BBCA pada tingkat kepercayaan 90% dengan nilai ES sebesar 2,744818%. Berdasarkan Uji Kausalitas Granger, dapat disimpulkan bahwa hanya terdapat dua hubungan satu arah antar saham sektor perbankan, yaitu saham BBCA berpengaruh pada saham BBRI dan saham BMRI berpengaruh pada saham BBRI
Worker Wellbeing in Malaysia: Prediction of Wellbeing from Psychosocial Work Environment, Organizational Justice and Work Family Conflict
The current study investigates if psychosocial work environment, organizational justice and work family conflict predict Malaysian workers’ wellbeing. The current study expands previous research by assessing wellbeing using composite measures of job satisfaction, life satisfaction, positive affect and negative affect as well as job affective wellbeing, psychological and spiritual wellbeing. One thousand one hundred and sixty five Malaysian workers in the manufacturing sector (551 men, 614 women, age range: 18-59 years) answered questionnaires. Hierarchical multiple regression analyses indicated that psychosocial work environment, organizational justice and work family conflict predicted wellbeing. With regard to ethnic and cultural differences in wellbeing, Indian-Malaysians reported significantly higher levels of wellbeing compared to Malays. However, Chinese-Malaysians were not different from Indian-Malaysians or Malays. There was no significant gender difference on wellbeing. The interpretation of this cultural difference requires caution due to the small number of Indian-Malaysians in the sample
- …