667 research outputs found

    KECENDERUNGAN IDEOLOGIS TAFSIR KHILĀFAH DALAM AL-QUR’AN; ANALISIS TERHADAP PENAFSIRAN TĀHIR IBNU ‘ASHŪR DAN TAQIY AL-DĪN AL-NABHĀNĪ

    Get PDF
    This article discusses the insight of the khilāfah in the perspective of Ibn Ashur and Taqī al-Dīn al-Nabhānī. This article departs from the problem that the khilāfah discourse continues to be a polemic among interpreters, especially when the khilāfah is associated with the state. From this problem, this article will discuss the concept of khilāfah in the perspective of T}āhir Ibn Ashur and Taqiy al-Dīn al-Nabhāni. Although al-Nabhānī does not have a complete interpretation work like Ibn Ashur, he does interpret the khilāfah verses contained in his works. Both are sunni figures, although in their attitude towards the problems of the state and khilafah they are different. This article questions how Ibn Ashur and al-Nabhāni view the interpretation of the khilāfah verse? And what are the implications of the two interpretations of the Indonesian context? By using a thematic interpretation approach and discourse analysis of the two interpretive works, this study comes to the conclusion that; (1) khilāfah according to Ibn Ashur is the name of leadership that embodies the leadership of the prophet. while Taqiy al-Dīn al-Nabhānī stated that the khilāfah of the leadership system of Muslims throughout the world is to uphold Islamic law and carry Islamic preaching to all corners of the world. The difference between the two figures in understanding the caliphate is, first, the arguments used by Ibn 'Ashūr emphasize more on aspects that are prerequisites for the Caliph in his khilafah, such as those who believe and do good deeds do justice, while Taqiy al-Dīn al-Nabhānī is more leads to the obligation to obey and practice what Allah commands, and the obligation to establish a caliphate. Second, that both of them have differences in the realm of ideology, of course this will have little or much impact on the frame of mind of the two figures, so what the authors find that distinguishes the two figures is that Ibn 'Ashur is more moderate than Taqiyuddin An-Nabahni

    Kepimpinan Wanita Menurut Perspektif Hamka

    Get PDF
    Abstrak: Kepimpinan Wanita Menurut Perspektif Hamka. Riset ini membahas pendirian Hamka terkait soal kepimpinan wanita. Ia mengkaji pandangannya tentang urusan kepimpinan wanita dan perbandingannya dengan pandangan ulama yang lain berhubung keabsahan dan pendirian syariat terhadapnya. Metode kajian adalah bersifat deskriptif, analitis dan komparatif dengan meninjau ijtihad Hamka tentang soal kepimpinan ini dalam karya-karya falsafah, fiqh dan tafsirnya yang muktabar dan perbandingannya dengan pendapat ulama Islam yang lain. Ia merumuskan pemahaman Hamka yang kritis tentang batas-batas yang khusus yang digariskan syariat yang telah meletakkan kepimpinan wanita dalam konteks yang tepat dan praktikal dan sewajarnya, sesuai dengan sifat, pembawaan, keperibadian dan kedudukan mereka sebagai pemimpin, serta selaras dengan keupayaan dan naluri dan fitrah kewanitaan yang sebenar. Dapatan kajian menemukan fikrah Hamka yang luas yang menafsirkan nas-nas syarak terkait prinsip kepemimpinan wanita ini dari sudut yang positif yang mempertahankan keabsahannya yang didukung dengan hujah-hujah dan keterangan dalil yang kukuh dan sebagai yang dibuktikan dalam kenyataan sejarah dan tradisi Islam. Adapun masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana kajian kepemimpinan wanita berdasarkan sudut pandang Hamka. Sedangkan tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui kajian kepemimpinan wanita berdasarkan sudut pandang Hamka. Untuk menjawab dan mendeskripsi atas rumusan masalah dalam tulisan ini penulis menggunakan teknik mengumpulkan teori yang didapat dari beberapa referensi baik berupa buku, majalah, internet, dan karya ilmiah lainnya lalu disesuaikan dengan kajian bahasan yang diangkat dalam tulisan ini. Dalam perbahasan tentang asas kepimpinan wanita Islam ini, Hamka telah menggariskan beberapa kriteria penting yang mengisbatkan hak dan status wanita sebagai pemimpin. Beliau  mempertahankan kemerdekaan mereka sebagai pemimpin dan menekankan tentang tanggungjawab yang sama yang mesti dipikul dalam menegakkan kepimpinan ini. Ini dibahaskan dalam konteks dan skop yang luas daripada prinsip Islam yang memberi ruang kepada mereka untuk melibatkan diri dalam pemerintahan dan perencanaan undang-undang, dan menyumbang dalam meninggikan kedudukan dan martabat umat

    English

    Get PDF
    This paper discusses Muhammad Asad’s (1990-1992) seminal work Sahih al-Bukhari The Early Years of Islam that wasfirst published in 1935 by The Arafat Publications, Srinagar, Kashmir and its second impression in 1981 by Dar Al-Andalus, Gibraltar. It presents modern translation and commentary of Sahih al-Bukhari, which brought forth significance philosophy and principle of hadith commentary in modern context. The paper aims to analyse the essential ideas developed by Muhammad Asad in his discussion of hadith and compared this with other critical works set forth by classical and contemporary Muslim traditionists. The research was structured based on descriptive, analytical, historical and comparative method. The study concluded that the work was momentous and profound reflecting contextualist approach in expounding the meaning of hadith and its intrinsic philosophy and far-reaching social and spiritual implication. It set forth crucial and highly influential methods of commentary of al-Bukhari’s Sahih – Sahih al-Bukhari The Early Years of Islam that had immensely contributed to the revival of hadith tradition and commentary (sharh) in modern ages.Makalah ini membincangkan karya Muhammad Asad (1990-1992) Sahih al-Bukhari The Early Years of Islam; yang diterbit pertama kali pada 1935 oleh Arafat Publications, Srinagar, Kashmir dan cetakan kedua pada 1981 oleh Dar Al-Andalus, Gibraltar. Kitab ini merupakan terjemahan dan komentar ke atas Sahih al-Bukhari, yang memuatkan syarah dan kritik hadith yang tuntas dan mengesankan terhadap riwayat-riwayat sahih, meninjau latar belakang para perawi, lafaz dan konteks periwayatannya. Kajian ini cuba melihat pengaruhnya dalam pemahaman teks-teks hadith klasik, serta falsafah dan nilai-nilai rasional dan spiritual yang cuba dikembangkannya dalam konteks sejarah yang moden. Ia mengenengahkan ide dan fikrah yang dirumuskan Asad tentang pemandangan hadith klasik dan membandingkannya dengan tinjauan ahli hadith semasa yang lain. Rekabentuk kajian adalah bersifat deskriptif, analitis, historis dan komparatif. Dapatan kajian menyimpulkan bahawa Asad telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam penelitian hadith dalam merumuskan metode dan pemahaman dasar tentang prinsip dan falsafah hadith yang rasional dan kontekstual. Ia memberikan asas yang kuat dalam pengembangan prinsip dan kerangka syarah yang kritis, yang memuatkan komentar dan analisis sejarah yang mendalam terhadap Kitab Sahih. Karyanya berupaya merumuskan pertentangan-pertentangan hukum dan istinbat para fuqaha dan muhaddith dalam tradisi syarah dan turut merespon pertikaian-pertikaian asas yang dibangkitkan terhadap riwayat-riwayathadith yang dipertikaikan

    Pemikiran Muhammad Asad tentang Peran Sosial Hadith dalam Perspektif Sejarah

    Get PDF
    Artikel ini menyorot fikrah hadith Muhammad Asad (1990-1992) dan kontribusinya dalam pemahaman sejarah dan peranan sosial hadith dan pengaruhnya yang signifikan di abad kontemporer. Ia mewacanakan beberapa pendapat tentang hadith yang dirumuskan dalam karya-karyanya seperti Sahih al-Bukhari The Early Years of Islam; Islam at The Crossroads (Bab “Hadith and Sunnah” dan “The Spirit of the Sunnah”); This Law of Ours and Other Essays; The Road to Mecca dan The Message of the Qur’an. Pengaruh hadith ini turut ditinjau daripada artikelnya dalam jurnal Arafat dan makalahnya yang lain terkait tema-tema hadith dan sunnah dan pemahaman serta masalah di abad moden, seperti tulisannya “Social and Cultural Realities of the Sunnah”. Dipaparkan dalam bentuk kajian yang bersifat deskriptif, analitis, historis dan komparatif. Artikel ini mencoba mengembangkan ide dan fikrah hadith yang dirumuskan oleh Asad dan membandingkannya dengan pemikiran-pemikiran sejarah yang krusial terkait prinsip hadith yang dibawakan oleh pemikir Islam yang lain. Hasil dari kajian ini menyimpulkan bahwa Muhammad Asad telah memberikan sumbangan yang penting dalam pemikiran hadith di abad modern dengan hasil penulisannya yang prolifik dan substantif, termasuk terjemahan dan syarahannya yang ekstensif terhadap Sahih al-Bukhari yang memuatkan komentar-komentar yang baru dan analisis sejarahnya yang mendalam terhadap kitab ini. Ia merumuskan pertentangan-pertentangan hukum dan istinbat-istinbat fuqaha dan muhaddith dalam tradisi syarah hadith yang kritis. Ia turut merespon pertikaian-pertikaian asas yang dibangkitkan oleh golongan orientalis dan intelektual yang skeptis terhadap riwayat-riwayat sejarah dalam tradisi hadith.

    Islamization of Knowledge in Historical Perspective

    Get PDF
    The paper discusses the epistemological framework of Islamization of knowledge, in light of its contextual and philosophical ideals and discursive history and current debates of Islamization of contemporary knowledge. It looks into the role of its major proponents and institutions in articulating the ideas of IOK and the principle of tawhid in late 1970-80s and its impact in spearheading the movement for intellectual renewal and reassertion of tawhidic and ethical consciousness. This was consistently undertaken by IIUM and IIIT in promoting the doctrine of Islamization of human knowledge and assimilation of knowledge and value. The research was qualitative in nature in the form of integrative library research and documentation technique. It conducts comprehensive survey of related primary and secondary sources and analyzed it through inductive and deductive method. The finding shows that the principal ideas of IOK was constructed based on the tawhidic worldview and its epistemological framework while the fundamental issues and concept of Islamization continued to be articulated that addresses its challenge and paradigm and basic methodology and workplan

    KEMASUKAN ISLAM KE ARKIPELAGO MELAYU: Kajian Pemikiran Hamka dalam Sejarah Umat Islam

    Get PDF
    This paper discusses the emergence and spread of Islam in the Malay Archipelago as articulated and brought forth by Hamka in Sejarah Umat Islam. In his significant analysis of the history of Islam in Malay Archipelago, Hamka established the fact that Islam comes to this region in 7th CE from Arab, and refuted the claims that it was spread later in 13th CE from Gujerat. This was reinforced with significant historical facts that evidently pointed out that Islam had been established in the Malay world early in 7th CE. This paper will analyze Hamka’s thought on the early development of Islam in Malay Archipelago and compared it with the works of Syed Muhammad Naquib al-Attas in Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu (Islam in Malay History and Culture) that concluded the same thesis

    Ahmad Ibrahim dan Pengislaman Sistem Hukum di Malaysia

    Get PDF
    Makalah ini bertujuan mengkaji sumbangan Ahmad Ibrahim (1916-1999) dalam usahanya merangka dan menjayakan gagasan Islamisasi undang-undang di Malaysia. Beliau telah membangunkan kerangka perundangan Islam yang bernafaskan prinsip hukum dan syariat yang dilakarkannya bagi menggantikan undang-undang sivil yang diwarisi dari penjajah. Kajian ini berasaskan metode kualitatif dari jenis analisis kandungan. Sumber data diperoleh dari bahan primer dan sekunder yang terkait dan dianalisis secara deskriptif, historis dan komparatif. Ia mengkaji secara terperinci kaedah yang diusulkan Ahmad Ibrahim bagi menerapkan dan meninggikan harkat undang-undang Islam dan sistem pentadbiran dan kehakimannya seperti yang dicerakinkan dan dibincangkan dalam karya-karyanya. Temuan ringkas menyimpulkan bahwa Ahmad Ibrahim telah membawa pembaharuan dalam pentadbiran undang-undang Islam dengan memperkenalkan kaedah perundangan Islam dan syariah dalam usahanya menegakkan prinsip syariat dan semangat perundangannya di Malaysia

    EFFECTS OF MUHAMMAD ABDUH IN MALAYAN-INDONESIA ARCHIPELAGO

    Get PDF
    Muhammad Abduh mempunyai pengaruh dan dampak yang kukuh dan luar biasa di kepulauan Nusantara. Karya-karya dan ideanya sangat berpengaruh dan kekal bertahan di rantau ini dengan kesannya yang meluas dalam landskap politik dan sosialnya. Beliau telah memberikan impak yang mendalam terhadap pergerakan Islam moden seperti Persyarikatan Muhammadiyah, Jam‘iyah al-Irsyad, Persatuan Islam (Persis), Pensyarikatan Ulama, Hizbul Muslimin, dan Sarekat Islam. Tafsir al-Manar-nya telah memberi pengaruh yang jelas kepada karya-karya tafsir yang terhasil di Nusantara, seperti Tafsir al-Azhar, Tafsir al-Qur’anul-Karim, dan sebagainya. Majalah al-Manar yang diilhamkan oleh Muhammad Abduh dan Rashid Rida telah memberikan inspirasi dan pikiran dasar terhadap banyak berkala dan akhbar yang berorientasikan reform yang menyalin dan menerjemahkan tulisan-tulisannya seperti majalah al-Munir, al-Imam, al-Ikhwan, Saudara, dan lainnya. Justeru, makalah ini bertujuan meninjau pengaruh Abduh yang ekstensif dalam kebangkitan gerakan pembaharuan di Arkipelago Melayu. Kajian ini berbentuk studi kualititif dari jenis penelitian pustaka dengan metode analisis kandungan. Data yang terkumpul dianalisis secara deksriptif dan analitik. Penemuan kajian membuktikan bahawa Muhammad Abduh mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harakat pembaharuan (tajdid) dan tradisi rasional yang berkembang di kepulauan Melayu-Indonesia.[Muhammad Abduh had a remarkably profound and lasting impact in South East Asia. His works and ideas were highly influential in the region with strong repercussion in its political and social landscape. He had strongly impacted the movements of Muhammadiyah, al-Irsyad and Persatuan Islam (Persis). His Tafsir al-Manar had broke the ground with rational outlook that influence major works of tafsir such as Tafsir al-Azhar, Tafsir al-Quranul Karim, and others. The Majallah al-Manar planned and initiated by Muhammad Abduh had significantly inspired many reform oriented works and periodicals such as journal al-Imam, al-Munir, al-Ikhwan, Saudara, al-Dhakhirah al-Islamiyah and Seruan Azhar. Thus this paper attempts to survey Abduh’s extensive influence and its impact on Islamic reform (tajdid) in the Malay Archipelago. The method of study is based on qualitative approaches, using content analysis method. It was conducted based on library research to investigate the related data that was subsequently analyzed using descriptive-analytical approaches, The finding concluded that Muhammad Abduh had deep influence in religious reform and rational tradition that flourished in the Malay-Indonesian Archipelago.

    Sir Sayyid Ahmad Khan dan Gerakan Pembaharuan di Aligarh

    Get PDF
    Kertas ini mengkaji usaha dan sumbangan Sir Sayyid Ahmad Khan dalam mempelopori gerakan islah dan pembaharuan di Aligarh Muslim Universiti. Ia menyorot sejarah awal perjuangan beliau dalam menubuhkan Aligarh bagi mencetuskan kebangkitan akliah dan menggerakkan usaha modernisasi pendidikan Islam. Metodologi kajian adalah berdasarkan kaedah induktif, dan deduktif dengan menganalisis penulisan tentang Sir Sayyid dan pemikirannya serta sumbangannya dalam pembangunan Aligarh dan cuba merumuskan pandangan dan sumbangan yang diberikan dari perjuangan dan gerakan intelektual ini kepada pembaharuan dan kebangkitan Islam. Kajian ini penting bagi melihat pengaruh dan kesan daripada perjuangan Sir Sayyid Ahmad Khan dalam menegakkan perubahan dan membawa kesedaran dan faham rasionalisme Islam yang meluas. Aspirasi ini diteruskan dalam dasar pendidikan tinggi di Aligarh dan dunia Islam lain bagi mengangkat nilai kemodenan dan sains dalam harakat pendidikan dan pemikiran Islam moden.
    corecore