63 research outputs found

    Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Perbandingan Bahan Baku Pewarna Alami Daun Alpukat dan Daun Sirsak

    Get PDF
    This study explores the use of natural dyes as an environmentally friendly alternative to synthetic dyes for coloring batik fabric. Specifically, the researchers focus on developing natural dyes from a combination of avocado leaves and soursop leaves. The study aims to determine the impact of extraction time and the ratio of avocado and soursop leaves on the color fastness of batik cloth. Experimental methods were employed, with two extraction times (120 and 240 minutes) and three ratios of raw materials (25%:25%, 15%:35%, and 35%:15%) tested. The results of the color fastness test, which assessed washing and rubbing, demonstrated that the mixture of avocado and soursop leaves exhibited good fastness and resistance to rubbing. These findings suggest that the extracted mixture could be used effectively as a natural dye for batik fabric. Overall, this study contributes to the development of eco-friendly alternatives for the dyeing process in batik production

    ZAT WARNA ALAMI BERBASIS LIMBAH SABUT KELAPA MUDA (COCO NUCIFERA) UNTUK PEWARNAAN KAIN BATIK

    Get PDF
    Sabut kelapa muda salah satu limbah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai zat warna alami karena memiliki senyawa aktif sebagai donor pembawa warna, ketersediaan limbah sabut kelapa muda khususnya dilingkungan para penjual es kelapa muda di Yogyakarta cukup tinggi dan selama ini belum dimanfaatkan dengan optimal. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui arah warna dan kualitas warna yang dihasilkan dari ekstrak limbah sabut kelapa muda kulit hijau untuk pewarnaan pada kain batik. Metode penelitian ini eksperimen kualitatif dengan melakukan variasi konsentrasi rasio larutan ekstraksi 1:5 dan 1:10, variasi suhu ekstraksi 60  dan 100 , variasi waktu ekstraksi 2 jam dan 4 jam. Hasil penelitian diperoleh ekstrak sabut kelapa muda kulit hijau sangat baik sebagai zat warna alami untuk pewarnaan kain batik, nilai uji ketuaan warna K/S tertinggi 0,0355 dari perlakuan variasi rasio ekstraksi 1:5, suhu 60 ℃ dan waktu 4 jam, nilai uji ketahanan luntur warna pada pencucian 40 ℃ rata-rata 4-5 kategori baik, nilai uji beda warna L*,a*,b* dan hasil pengamatan visual pada pantone color warna yang dihasilkan brown cork dan cream tan yang mengandung unsur arah warna kemerahan dan kekuningan

    KOMPOSISI LILIN BATIK (MALAM) BIRON UNTUK BATIK WARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA

    Get PDF
    Lilin batik (malam) biron merupakan jenis lilin batik yang digunakan pada proses mbironi (menutup sebagian ornamen pokok atau ornamen tambahan pada kain batik yang sudah berwarna). Proses mbironi memiliki peranan penting pada kualitas produk batik yang dihasilkan. Banyaknya produk batik warna alam yang memiliki kualitas kurang baik, dikarenakan terdapat rembesan warna akibat kurang baiknya kualitas lilin biron yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi lilin biron yang baik untuk produksi batik warna alam. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen acak menggunakan variasi komposisi bahan baku lilin biron yaitu paraffin dan lilin bekas. Prototipe lilin biron kemudian diaplikasikan pada kain katun dan sutera. Pengujian lilin biron meliputi uji titik leleh, identifikasi ketajaman motif dan warna, serta uji pelepasan lilin batik (pelorodan). Dari hasil penelitian diperoleh lilin batik biron yang mempunyai kualitas terbaik untuk kain katun adalah dengan formula 1 bagian kote, 5 bagian parafin, dan 4 bagian lilin batik bekas, adapun komposisi terbaik lilin batik biron untuk kain sutera dengan formula 2 bagian gondorukem, 5 bagian parafin, 14 bagian lilin batik bekas dan 1 bagian kendal.</p

    Ekstraksi Limbah Serutan Kayu Matoa (Pometia pinnata) sebagai Zat Warna Alam pada Pewarnaan Kain Batik Serat Protein

    Get PDF
    Phytochemical analysis results showed that the extract of bark matoa contains flavonoids, and tannins compounds, the chemical content of these plants has the potentially as a source of natural dyes, while wood shavings waste from matoa wood company in Jayapura-Papua very overflow and not yet optimally utilized. The purpose of this research is to know the direction of the color resulting from the extraction of the waste of wood matoa shavings on batik cloth of protein fiber (silk), with the quality standard seen from the test value of the color fastness on the washing, the color difference (L*, a* , b*) and the color degree. This research using expiriment method, the extraction temperature (75°C dan 100°C), with variations in dye solution pH (acid 4  and base 10), as well as variations of the final mordant substance (70 g/l of alum and tunjung 30 g/l). The result of the research was found that the extraction temperature had no significant effect on the test value, whereas the acid and base pH variation treatment in dye solution had an effect on the degree of color and color direction, whereas acid pH produces the direction of dark brown color while base pH produces the direction of light brown color, color fastness test against washing showed 4-5 in good category.Phytochemical analysis results showed that the extract of bark matoa contains flavonoids, and tannins compounds, the chemical content of these plants has the potentially as a source of natural dyes, while wood shavings waste from matoa wood company in Jayapura-Papua very overflow and not yet optimally utilized. The purpose of this research is to know the direction of the color resulting from the extraction of the waste of wood matoa shavings on batik cloth of protein fiber (silk), with the quality standard seen from the test value of the color fastness on the washing, the color difference (L*, a* , b*) and the color degree. This research using expiriment method, the extraction temperature (75°C dan 100°C), with variations in dye solution pH (acid 4  and base 10), as well as variations of the final mordant substance (70 g/l of alum and tunjung 30 g/l). The result of the research was found that the extraction temperature had no significant effect on the test value, whereas the acid and base pH variation treatment in dye solution had an effect on the degree of color and color direction, whereas acid pH produces the direction of dark brown color while base pH produces the direction of light brown color, color fastness test against washing showed 4-5 in good category

    PEWARNAAN BATIK KAPAS DAN SUTERA MENGGUNAKAN DAUN INDIGOFERA TINCTORIA DARI AMBARAWA DAN KULON PROGO DENGAN REDUKTOR GULA AREN DAN TETES TEBU

    Get PDF
    Tanaman Indigofera tinctoria merupakan salah satu tanaman semak yang berpotensi untuk dijadikan pewarna alam. Tanaman tersebut banyak tumbuh di Indonesia secara liar dengan berbagai jenis, salah satunya adalah indigofera tinctoria. Besarnya potensi tanaman indigofera tinctoria terlihat dari adanya beberapa daerah di Indonesia yang telah banyak membudidayakannya dengan baik saat ini. Sumber pigmen warna tanaman indigofera berasal dari senyawa indigotin yang umumnya terkandung pada daun dan ranting yang diproses dengan cara fermentasi reduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kualitas ketahanan luntur warna pada pencucian, jemur sinar matahari serta arah warna yang dihasilkan dari pewarnaan batik kain kapas dengan menggunakan zat warna alam indigofera tinctorial, dengan pereduksi gula aren dan tetes tebu serta untuk menghasilkan formula proses yang optimal. Metodologi penelitian yang dilakukan adalah fermentasi daun indigofera tinctoria yang berasal perkebunan di daerah Ambarawa dan Kulon Progo dalam air selama 24 jam, reduksi pasta indigofera menggunakan gula aren dan tetes tebu, aplikasi pada pewarnaan batik kapas dan sutera serta pengujian kualitas, arah dan ketahanan luntur warnanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pewarnaan kain batik oleh indigofera tinctoria dari semua daerah lokasi pengambilan tanaman memiliki ketahanan luntur warna yang baik terhadap pencucian, gosokan basah, dan sinar matahari dengan nilai rata–rata 4–5. Arah warna yang dihasilkan adalah biru muda hingga biru tua. Kain batik dengan hasil warna biru paling tua (nilai K/S 55,12) diperoleh dari pasta indigofera dari perkebunan Kulon Progo dengan reduktor gula aren

    PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ZAT FIKSASI PADA EKSTRAK DAUN MANGGA DALAM PEWARNAAN KAIN BATIK

    Get PDF
    The dyeing of batik cloth can use natural and synthetic dyes. The use of synthetic dyes in everyday life has an unfavorable effect on the environment, because it is carcinogenic. Therefore, it is necessary to make efforts to produce natural dyes that can replace synthetic repair materials. Manganese plants contain mangiferin pigments or flavonoid compounds which are used as natural dyes. The purpose of this study was to determine the effect of type and fixation concentration of mango leaf extract as a dye for batik cloth. This research method used a variety of alum and lime fixators with concentrations of 2%, 4% and 6%. the results showed that alum fixation gave a better fastness value than the fixation agent in lime with a concentration of 6% and the value of the test results was 4-5 which was at the good category, the results of the color difference test L*, a*, b* and identification of the color code and color light was done through encyclorpedia and the direction of the color produced from mango leaf extract showed a brown color in the fixation substances of alum and lime. Keywords: Mango Leaf, Fixation, Fastness, Natural Dye  AbstrakPewarnaan kain batik dapat menggunakan pewarna alami dan sintetis. Penggunaan pewarna sintetis dalam kehidupan sehari-hari memiliki efek tidak menguntungkan bagi lingkungan, karena bersifat karsinogenik. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk menghasilkan pewarna alami yang dapat menggantikan bahan perbaikan sintetis. Tumbuhan mangga mengandung pigmen mangiferin atau senyawa flavonoid yang digunakan sebagai pewarna alami. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi zat fiksasi pada ekstrak daun mangga sebagai pewarna kain batik. Metode penelitian ini menggunakan variasi bahan fiksasi tawas dan kapur dengan konsentrasi 2%, 4%, dan 6%, hasil penelitian menunjukkan bahwa fiksasi tawas memberikan nilai ketahanan luntur yang lebih baik dibandingkan zat fiksasi pada kapur dengan konsentrasi 6% dan nilai hasil uji 4-5 pada kategori baik, hasil uji beda warna L*,a*,b* dan identifikasi kode warna serta cahaya warna melalui encycolorpedia, arah warna yang dihasilkan dari ekstrak daun mangga menunjukkan warna coklat pada zat fiksasi tawas maupun kapur.Kata kunci: Daun Mangga, Fiksasi, Tahan Luntur, Pewarna Alam

    PENGARUH VOLUME EKSTRAKSI DAN FIKSASI ZAT WARNA ALAM KULIT KAYU NANGKA (Artocarpus heterophylla Lamk.) TERHADAP ARAH DAN KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK

    Get PDF
    Penggunaan zat warna sintetis lebih mudah berdampak negatif karena bersifat karsinogenik akibat kandungan logam berat pada pewarna sintetis. Untuk mencegah hal tersebut, penggunaan bahan alam sebagai pewarna alami pada kain batik ramah lingkungan yaitu kulit kayu nangka. Limbah kayu nangka yaitu kulit kayu nangka mengandung beberapa jenis senyawa, terutama yang bewarna kuning. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh volume ekstraksi dan fiksasi zat warna alami berbahan kayu nangka pada arah dan ketahanannya kelunturan warna di pewarnaan kain batik. Metode penelitian ini yaitu eksperimen dengan variasi volume ekstraksi dan jenis serta konsentrasi zat fiksasi. Hasil pengujian beda warna L*, a*, b* dan identiifikasi kode warna melalui encycolorpedia, arah warna yang dihasilkan pada masing-masing sampel yaitu warna oranye. Hasil pengujian ketahanannya luntur warna pada pencucian sabun dan sinar matahari yang paling bagus adalah  perbandingan ekstraksi 1:6 dengan zat fiksasi berupa tunjung

    Pengaruh Komposisi Resin Alami Terhadap Suhu Pelorodan Lilin Untuk Batik Warna Alam

    Get PDF
    AbstrakLilin batik merupakan komponen yang penting dalam pembuatan batik warna alam. Selama ini, lilin yang beredar di pasaran adalah untuk pewarna sintetis. Lilin tersebut membutuhkan suhu yang tinggi untuk proses pelorodannya. Suhu pelorodan yang tinggi mengakibatkan warna alam menjadi luntur. Penelitian Pengaruh Komposisi Resin Alami Terhadap Suhu Pelorodan Lilin Untuk Batik Warna Alam bertujuan untuk mendapatkan komposisi lilin klowong yang sesuai untuk proses pembuatan batik warna alam. Kegiatan ini dibatasi pada penelitian komposisi lilin klowong dengan melakukan variasi berat resin alami yaitu damar matakucing, gondorukem, suhu pelorodan 60, 80, 100 ⁰C dan jenis kain katun prima, primisima. Dari hasil penelitian didapatkan komposisi lilin klowong untuk  batik warna alam yang baik dengan komposisi damar mata kucing (1 bag.); gondorukem (3 bag.); kote (2 bag.); parafin (1 bag.); lilin bekas (2 bag.); dan kendal (1 bag.). Lilin batik tersebut memiliki titik leleh campuran 38 ⁰C serta jumlah lilin terlepas 80 % pada suhu pelorodan 60 ⁰C dan 100 % pada suhu pelorodan 80 ⁰C. Kata kunci: lilin klowong batik, warna alam, komposisi AbstractBatik wax is important component of natural batik making. These times, the market wax is suitable only for synthetic colorant. These wax needs higher temperature on wax removing process. High temperature wax removal process can cause the natural color to exceed. Identification of Natural Resin Composition Effect on Wax Removing Temperature For Batik Natural Dye aims to obtain suitable composition of klowong wax for natural batik dyeing process. This activity is limited to the identification of klowong wax composition by varying the natural resins weight damar matakucing, gondorukem, wax removing process temperature 60, 80, 100 ⁰C and kind of cotton cloth prima, primisima. From the results obtained good klowong wax for natural batik dyeing with material  compositions: damar mata kucing (1 pc.); gondorukem (3 pc.); kote (2 pc.); parafin (1 pc.); used wax (2 pc.); and kendal (1 pc.). The wax is having melting points of 38 ⁰C also amounts of released wax 80 % at temperature 60 ⁰C and 100 % at temperature 80 ⁰C. Keywords: klowong batik wax, natural dyeing, compositio
    corecore