11 research outputs found

    EMULSI KAYA OMEGA-3 DAN SQUALENEDARI KOMBINASI MINYAK IKAN SARDIN DAN CUCUT

    Get PDF
    Sardine fish oil contains essential omega-3 fatty acids, EPA (Eikosapentanoat Acid) and DHA (Dokosaheksaenoat Acid) which have an important role for human health. In addition to omega-3 fatty acids there is also a squalen obtained from liver of sharkoils that have considerable benefits to human health as inhibitor cancer, diabetes and endurance. The combination of sardine oil rich omega-3 and squalen from shark oils into commercial emulsified products is underresearch. This research aims to make emulsion formulation fish oils rich of omega-3 and squaleneby treating the guar gum emulsifier concentration. Based on the stability test parameters and droplet / globula size the best emulsion product was produced on a formula with guar gum concentration of 1.1%

    IKTIOFAUNA AIR TAWAR BEBERAPA DANAU DAN SUNGAI INLETNYA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH, INDONESIA

    Get PDF
    Sulawesi Tengah Province (Sulteng) is in the Wallacea region wich have endemic fish. In addition, the government has also introduced fish for the welfare of community. So far the records of freshwater fish in Sulteng have not been well summarized. Therefore, we explore the results of previous studies fish species in 11 lakes and their inlet rivers in Sulteng. The lake (L) is L. Bolano (Bolanosau), L. Lindu, L. Poso, L. Rano, L. Rano Kodi and L. Rano Bae, L. Sibili, L. Talaga (Dampelas), L. Kalimpa’a (Tambing), L. Tiu and L. Wanga. In addition, we also observed fish in seven lakes between 2012-2019. Fishing uses cast net, seine net, gillnet, and hook and line. Summary and observation result showed that there were 18 families and 27 genera of fish in 11 lake and their inlet rivers in Sulteng. Then there are 15 endemic species in 3 habitats (Lindu, Poso and Tiu), namely Adrianichthys 4 species, Oryzias 6 species, Mugilogobius 2 species and Nomorhamphus 3 species. Introduced fish as many as 23 species, Oreochromis niloticus the most found (8 lakes). Lake Poso (30 species) has the most fish species. Utilization of fish in 11 lake as consumption fish and ornamental fish. Especially for endemic fish, in situ (habitat) and / or ex situ (aquaculture) conservation needs to be carried out in order to remain sustainable. Through aquaculture, the breeding of endemic species that have the potential as ornamental fish and/or consumption can be avoided from exploitation (overfishing) in nature.Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) berada dalam kawasan Wallacea memiliki ikan endemik di danau serta sungai inletnya. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan introduksi ikan ke perairan umum untuk kesejahteraan masyarakat. Sejauh ini catatan iktiofauna air tawar di Sulteng belum terangkum dengan baik. Oleh karena itu, kami menelusuri hasil penelitian terdahulu tentang jenis ikan di 11 danau dan sungai inletnya di  Sulteng. Danau (D) tersebut yaitu D. Bolano (Bolanosau), D. Lindu, D. Poso, D. Rano, D. Rano Kodi dan D. Rano Bae, Danau Sibili, D. Talaga (Dampelas), D. Kalimpa’a (Tambing), D. Tiu dan D. Wanga. Selain itu, kami juga melakukan pengamatan ikan di tujuh danau antara tahun 2012-2019. Penangkapan ikan menggunakan jaring lempar, jaring pantai, pukat insang dan pancing. Hasil rangkuman dan pengamatan menunjukkan bahwa terdapat 18 famili dan 27 genus ikan di 11 danau dan sungai inletnya di Sulteng. Kemudian terdapat 15 spesies endemik di 3 danau dan sungai inletnya (Lindu, Poso dan Tiu) yaitu Adrianichthys 4 spesies, Oryzias 6 spesies, Mugilogobius 2 spesies, Nomorhamphus 3 spesies. Ikan introduksi sebanyak 23 spesies, Oreochromis niloticus yang paling banyak ditemukan (8 danau). Danau Poso (30 spesies) memiliki iktiofauna terbanyak. Pemanfaatan terhadap ikan di 11 danau tersebut sebagai ikan konsumsi dan ikan hias. Khusus ikan endemik, perlu dilakukan konservasi secara in situ (habitat) dan / atau ex situ (akuakultur) agar tetap lestari. Melalui akuakultur, pengembangbiakan spesies endemik yang berpotensi sebagai ikan hias dan/atau konsumsi dapat dihindarkan dari eksploitasi (penangkapan berlebihan) di alam

    PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF PADA TAMBAK UDANG TRADISIONAL

    Get PDF
    Abstrak: Teknologi yang dipakai oleh pembudidaya udang di Sulawesi Tengah masih secara tradisional. Pelaku budidaya enggan melakukan peningkatan teknik budidaya dikarenakan kurangnya akses informasi ataupun percontohan yang tepat. Sasaran dan target kegiatan ini, yaitu para pembudidaya udang tradisional di Desa Lalombi, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, dengan harapan para pembudidaya mampu mengaplikasikan teknologi budidaya semi intensif. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini, yaitu dapat meningkatkan produksi tambak udang tradisional dengan menggunakan teknologi semi intensif melalui mekanisasi dan budidaya yang modern, terukur dan berkelanjutan. Metode pelaksanaan kegiatan ini, yaitu survei lapangan, transfer teknologi ke mitra budidaya baik secara teoritis maupun praktek langsung. Pengumpulan data sebagai acuan monitoring. Dari kegiatan penerapan teknologi budidaya udang vannamei dengan metode semi intensif dengan luasan lahan 1600 m2, pembudidaya mendapatkan keuntungan sebesar Rp.3.288.750/bulan. Kegiatan penerapan teknologi masih diperlukan pendampingan bagi para pembudidaya. Oleh karena itu, tahap monitoring, evaluasi serta pendampingan terus dilakukan, agar para pembudidaya dapat mandiri menjalankan usaha budidaya udang vannamei dengan metode semi intensif.Abstract: The technology used by shrimp farmers in Central Sulawesi is still traditional. The farmers were reluctant to improve their shrimp culture techniques due to the lack of access to information or the right pilot project. The targets are local farmers in Lalombi Village, Donggala Regency, Central Sulawesi, are hoping that the farmers will be able to apply semi-intensive shrimp culture technology. This activity aimed to increase traditional shrimp ponds using semi-intensive technology by mechanizing modern, scalable, and sustainable aquaculture. This pilot project's method includes field survey and technology transfer of shrimp culture to partners, both theoretically and indirectly. The Data collection as a reference for monitoring. From the application of vannamei shrimp culture technology with the semi-intensive method on 1600 m2 pond, farmers get a profit of Rp.3,288,750/month. This shrimp farming pilot project still needs assistance for farmers. Therefore, the monitoring, evaluation, and assistance stages continue to be carried out so that the farmers can independently run the vannamei shrimp farming business with the semi-intensive method

    Iptek bagi Masyarakat Kelurahan Lere dalam Pengembangan Usaha Berbahan Baku Lamale (Penaeus sp.)

    Get PDF
    Bahari Jaya 2 and Sehati are partner fishermen groups located in Lere urban village, West Palu District, Palu, Central Sulawesi. In general, the catches from the two partner fishing groups are small shrimp (Penaeus sp.), with local names lamale. The purpose of IbM activities is to improve the skills and knowledge of members of the Bahari Jaya 2 and Sehati fishing group, to be able to run a processed business made from raw shrimp lamale. The projects carried out from April to November 2015. The method consists of 3 stages: 1) The stage of problem determination; 2) Stage presentation, negotiation and programming; and 3) Facilitation and mentoring of partners. The success indicator of this project; namely the two partner groups able to sustainably run a processing business. The results achieved by the two partner groups, i.e., 1) Partners can process lamale into noodles and nuggets, 2) Partners know business prospects for lamale noodle and nuggets, 3) Partners know quality control, quality management and sanitation in processing business, 4) Partners know the nutritional composition of the lamale noodle and nuggets, 5) Both groups of partners can manage profit-oriented sales businesses

    Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Angka Lempeng Total (ALT) Somai Udang Rebon (Mysis sp) Dengan Penambahan Likopen

    Get PDF
    Somai adalah makanan dari daging udang atau ikan segar yang dicincang dan dilumatkan dengan komponen pembentuk tepung kanji dan putih telur yang dibentuk bulat-bulat. Kandungan nutrisi dan kadar air pada udang menyebabkan somai udang memiliki masa simpan yang singkat yaitu 12-24 jam pada suhu ruang, dan 4-5 hari pada suhu refrigerator. Pada penelitian ini, siomay udang rebon dibuat dengan penambahan tomat sebagai sumber likopen dapat memperpanjang masa simpan pada siomay. Tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui angka lempeng total (ALT) somai udang Rebon (Mysis sp) dengan penambahan likopen pada suhu ruang. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Palu untuk pembuatan somai udang rebon, pengukuran Angka Lempeng Total (ALT) dan pH. Pengujian Antioksidan dilakukan di laboratorium kimia Untad. Penelitian ini merupakan metode eksperimental dengan 4 perlakuan. Parameter yang diuji yakni ALT. Lama Penyimpanan 0, 8, 16, 24 jam pada suhu ruang (± 35 °C). Nilai ALT Bakteri somai udang rebon dengan penambahan likopen pada semua perlakuan masa penyimpanan 0 jam (5,9 x 104), 8 jam (1,0 x 105), 16 jam (1,1 x 106), 24 jam (2,2 x 106), masih dibawah batas standar SNI somai/bakso yang ditetapkan untuk dikonsumsi 1 x 107. Nilai pH rata-rata 7 (Netral). Sedangkan nilai antioksidan semakin lama penyimpanan maka semakin meningkat yaitu 0 jam (36,224%), 8 jam (57,611%), 16 jam (74,181%), dan 24 jam (81,696%). Kata kunci : Somay udang rebon, likopen, ALT

    Analisis Cemaran Mikroplastik Di Pesisir Teluk Palu, Sulawesi Tengah

    Get PDF
    Akumulasi cemaran mikroplastik di Teluk Palu berpotensi masuk ke rantai makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsentrasi dan identifikasi mikroplastik di permukaan air, kolom air dan sedimen di pesisir Teluk Palu. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga Oktober 2022. Pengambilan sampel mikroplastik dilakukan pada 5 titik pengambilan sampel dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Sampel mikroplastik yang dianalisis menggunakan metode perendaman dengan larutan KOH 10% dan H2O2 30% selama 4 hingga 10 hari dan untuk memastikan bahwa objek yang dianalisa adalah mikroplastik dilakukan metode Hot Needle Test. Mikroplastik jenis serpihan yang paling tinggi ditemukan. Titik pengamatan station 3, Lere, kepadatan mikroplastik tertinggi yaitu: permukaan air 11.29 partikel/l; kolom air 1.14 partikel/l; dan sedimen 62.08 partikel/kg. Penelitian ini menunjukkan bahwa input dari Sungai Palu sangat mempengaruhi kepadatan mikroplastik di Teluk Palu.Kata Kunci: mikroplastik, kolom air, permukaan, polusi, sedimen, Teluk Pal

    Kajian Mikroplastik Pada Ikan Ekonomis di Pasar Tradisional Kota Palu

    Get PDF
    ABSTRAKMikroplastik merupakan luruhan dari serpihan plastik yang terbuang atau sengaja dibuang ke laut. Dampak dari cemaran mikroplastik ini sangat berbahaya, terlebih lagi jika masuk kedalam jaringan tubuh hewan bahkan manusia. Ketergantungan konsumsi lokal tersebut menyebabkan tingginya resiko terpapar cemaran mikroplastik dari ikan laut yang dipasarkan melalui pasar-pasar tradisional. Tujuan penelitian ini adalah menghitung konsentrasi mikroplastik pada sistem pencernaan ikan laut konsumsi pada pasar tradisional di Kota Palu dan mengkaji jenis kandungan plastik yang terdapat pada pencernaan ikan konsumsi tersebut. Sampling ikan yang diambil adalah ikan laut yang dipasarkan di 4 (empat) pasar tradisional Kota Palu, sampel yang diambil adalah ikan yang segar dan biasa dikonsumsi masyarakat. Pengukuran mikroplastik dilakukan dengan metode destruksi bahan organik pada saluran pencernaan ikan menggunakan larutan KOH 10% dan H2O230% hingga 50%, perendaman antara 48 hingga 72 jam. Sampel diamati menggunakan mikroskop, untuk memastikan bahwa objek adalah mikroplastik metode Hot Needle Test. Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) terdapat kandungan mikroplastik sebesar 0,375 item/ind atau 0,022 item/gr berat badan ikan, jenis mikroplastik yang ditemukan adalah jenis serpihan plastik. Ikan Baronang (Siganus canaliculatus) ditemukan kandungan mikroplastik sebesar 3,75 item/ind atau 0,071item/gr berat badan ikan, jenis mikroplastik yang ditemukan adalah jenis serpihan dan serat.Kata Kunci: mikroplastik, ikan, pencernaan, konsumsi, pasarABSTRACTMicroplastics are the decay of plastic flakes that were wasted or deliberately thrown into the sea. The impact of microplastic contamination is very dangerous, especially if it enters the body tissues of animals and even humans. This dependence on local consumption causes a high risk of exposure to microplastic contamination from marine fish marketed through traditional markets. The purpose of this study was to calculate the concentration of microplastics in the digestive system of consumption fish at traditional markets in Palu City and to examine the types of plastic content found in the digestion of consumption fish. The fish samples taken were marine fish marketed in 4 (four) local markets in Palu City, the samples were fresh fish and commonly consumed by locals. Microplastic measurements were carried out by the method of destroying organic matter in the digestive tract of fish using a 10% KOH solution and 30% to 50% H2O2, soaking between 48 to 72 hours. The samples were observed using a microscope, to ensure that the objects were microplastic using the Hot Needle Test method. Based on observations, it was found that mackerel (Rastrelliger kanagurta) contained a microplastic content of 0.375 item/ind or 0.022 item/gr fish body weight, the type of microplastic found was a type of plastic flake. Baronang fish (Siganus canaliculatus) was found to contain microplastics of 3.75 items/ind or 0.071 items/gr fish body weight, the types of microplastics found were flakes and fibers.Keywords: Microplastic, fish, digestion, consumption, local marke

    Emulsi Kaya Omega-3 dan Squalenedari Kombinasi Minyak Ikan Sardin dan Cucut

    Get PDF
    Sardine fish oil contains essential omega-3 fatty acids, EPA (Eikosapentanoat Acid) and DHA (Dokosaheksaenoat Acid) which have an important role for human health. In addition to omega-3 fatty acids there is also a squalen obtained from liver of sharkoils that have considerable benefits to human health as inhibitor cancer, diabetes and endurance. The combination of sardine oil rich omega-3 and squalen from shark oils into commercial emulsified products is underresearch. This research aims to make emulsion formulation fish oils rich of omega-3 and squaleneby treating the guar gum emulsifier concentration. Based on the stability test parameters and droplet / globula size the best emulsion product was produced on a formula with guar gum concentration of 1.1%

    HABITAT BANGGAI CARDINALFISH (Pterapogon kauderni) SEBELUM TSUNAMI DI TELUK PALU

    No full text
    Gempa dan tsunami melanda teluk Palu, 28 September 2018, seluruh pantai terkena dampak gempa dantsunami. Habitat Banggai Cardinalfish (BCF) di Teluk Palu hilang akibat tsunami, BCF bergantung padahabitatnya untuk bertahan hidup. Banggai cardinalfish adalah jenis ikan paternal mouthbrooder denganperkembangan secara langsung, tanpa fase pelagis dan gerakan menetap. Jika terjadi kepunahan habitat,kecil kemungkinan populasi tersebut dapat pulih secara alami. Penyebaran BCF secara alami tidak merata,meskipun pada habitat yang relatif seragam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuikeanekaragaman hayati BCF di Teluk Palu; mengkaji sebaran BCF di teluk Palu. Penentuan populasi BCFsecara sensus visual dengan metode Fish Belt Transect dan metode swim survey, kondisi dan komposisihabitat menggunakan metode Point Intercept Transect (PIT). Survei dilakukan sebanyak 2 kali pengamatandengan lebar 5 meter dan panjang transek secara ulangan yaitu 25 meter. Hasil yang diperoleh habitat hidupP. kauderni pada kedua lokasi pengamatan terdiri dari karang keras, anemon dan bulu babi. Indekskeanekaragaman yang diperoleh menunjukkan bahwa keanekaragaman dan stabilitas komunitasnyarendah, untuk indeks keseragaman menunjukkan bahwa sebaran antar individu jenis cukup seragam,sedangkan indeks dominansi menunjukkan bahwa ukuran dewasa lebih mendominasi pada habitat dikedua lokasi pengamatan. Pengamatan ini akan menjadi acuan restorasi habitat Banggai Cardinalfish (BCF)pasca bencana. Kata kunci: Banggai cardinalfish, ikan endemik, Pterapogon kauderni, Teluk PaluEarthquake and tsunami struck Palu bay on September 28, 2018, and has affected the entire coast. BCF habitat on Palu bay was lost by the tsunami. BCF depends on its habitat for survival. Banggai cardinalfish is a paternal mouthbrooder with direct development, without pelagic phase and sedentary movement. If habitat extinction occurs, there is a small chance for the population to recover naturally. The BCF spread was naturally uneven, although on a relatively uniform habitat. This research aimed at determining BCF biodiversity in the Gulf of Palu and examined the distribution of BCF in Palu bay. The Determination of BCF population was done by visual census through Fish Belt Transect method and Swim Survey method, besides the conditions and habitat composition were done by using Point Intercept Transect (PIT) method. Surveys were carried out by2 times observations with 5 meters width and the transect length in a repeat was 25 meters. The results obtained the living habitat of P. kauderni on both observation locations consist of hard corals, anemones, and sea urchins. The diversity index obtained indicated that the diversity and community stability were low, while uniformity index indicated that the distribution between individual types of reasonably uniform. In contrast, the dominance index showed that the size of the adults was more dominating on the habitat on both of the observation locations. These findings would be a reference for habitat restoration of Banggai cardinalfish (BCF) post-disaster. Keywords: Banggai cardinalfish, fish endemic, Palu bay, Pterapogon kaudern
    corecore