248,929 research outputs found
SISTEM PENGENDALI KIPAS ANGIN OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 328 DENGAN REMOTE CONTROL SEBAGAI PENGATUR
Tujuan pembuatan proyek akhir yang berjudul Sistem Pengendali Kipas Angin Otomatis Berbasis Mikrokontroller Atmega328 dengan Remote Control Sebagai Pengatur Suhu adalah untuk memudahkan pemakai untuk mengatur kecepatan kipas angin secara otomatis. Sehingga dapat menghemat dan mengefisienkan suatu pekerjaan yang biasanya dilakukan secara manual yang kemudian dapat bekerja secara otomatis dan berdaya guna bagi manusia.
Penelitian dilakukan dengan perancangan dan pembuatan Sistem Pengendali Kipas Angin Otomatis Berbasis Mikrokontroller Atmega328 dengan Remote Control Sebagai Pengatur Suhu. Selanjutnya dilakukan uji fungsional alat, dan juga dilakukan penelitian kemampuan sensor suhu yang digunakan. Sistem dirancang dengan menggunakan Mikrokontroler Atmega328 sebagai pengendali utama dengan tampilan dengan menggunakan LCD Hitachi 16x2, dengan input tombol remote control, dengan pendeteksian suhu menggunakan sensor suhu LM35 yang diolah dengan Mikrokontroler melalui internal ADC, dengan pengendalian kipas relay yang mampu mengatur kecepatan kipas angin dengan 3 tingkat kecepatan melalui induktor.
Berdasarkan hasil pengujian dan unjuk kerja dari Sistem Pengendali Kipas Angin Otomatis Berbasis Mikrokontroller Atmega328 dengan Remote Control Sebagai Pengatur Suhu, telah menunjukkan hasil yang sesuai dengan perencanaan. Kipas angin bekerja dengan tingkat kecepatan sesuai dengan nilai suhu yang telah diset. Pengukuran suhu oleh sistem memiliki error rata-rata sebesar 1,69%
REFUGEE AND LAND DISPUTE (A Case Study at Gamsungi and Tosoa Villages, South Ibu District, Regency of West Halmahera, Year 2015)
This study aims at figuring out the causes of land disputes and the settlement between Gamsungi and Tosoa villagers in South Ibu District of West Halmahera Regency. This study applies qualitative descriptive method in which it is a series of procedures used in solving the problems being investigated by describing the state of research objects at present time based on existing facts. The data sources used are primary and secondary data. While the technique of data collections are observation, document interview and secondary data aid.         The results show that the causes of land dispute between Gamsungi and Tosoa villages due to: a). The arrival of ex-refugees from Lata-lata village in South Halmahera regency, b). Land expropriation and/ or land disposal by ex-refugees of Lata-lata village to the agricultural field of Gamsungi villagers, and c). Felling of plants in the agricultural field of Gamsungi villagers done by Lata-lata refugees. Therefore, the mechanism or way of settling land disputes between these two villages is through negotiation (consensus). Negotiations were done between the two villages’ representatives (Gamsungi and Tosoa villages): the two villages’ heads, secretaries, customary figures, religious leaders, and heads of BPD, and witnessed by Subdistric Head of South Ibu, Head of Criminal Investigation Unit of West Halmahera, Representatives of West Halmahera Government, Police Chief of Ibu, Sambung Rasa Team, and Koramil of Ibu
Kebolehacuanan suntikan logam mikro SS 316L menggunakan bahan pengikat PEG dan PMMA Mohd
Pengacuanan suntikan logam mikro atau lebih dikenali µMIM merupakan satu proses
yang berkesinambungan daripada proses penyuntikan logam. Proses ini menggunakan
serbuk logam bersaiz mikro dan mampu menghasilkan produk mikro yang kompleks
pada kuantiti yang banyak serta yang memerlukan kepersisan permukaan yang tinggi
dan jitu. Penggunaan saiz serbuk logam mikro akan meningkatkan nilai kelikatan
bahan suapan yang mana ia merupakan cabaran utama di dalam proses µMIM yang
akhirnya akan menyukarkan proses penyuntikan. Selain itu, ia juga akan meningkatkan
peratusan kadar pengecutan dan kandungan oksigen jasad sinter. Oleh itu, kajian ini
bertujuan untuk mengoptimumkan parameter setiap proses berdasarkan kepada teknik
Rekabentuk Eksperimen agar dapat menghasilkan jasad sinter yang berketumpatan
tinggi dan kuat, rendah kandungan oksigen, kurang kecacatan serta kadar pengecutan
yang minima. Bahan pengikat yang terdiri daripada 73vol% Polietilena Glikol (PEG),
25vol% Polimetil Metakrilate (PMMA) dan 2vol% Asid Stearik di campur dengan SS
316L bersaiz mikro bagi menghasilkan bahan suapan yang homogen dan sekata.
Analisis kebolehaliran bahan suapan dikaji melalui sifat reologinya pada suhu 130-
150°C iaitu suhu peleburan yang dicatatkan melalui ujian DSC. Pembebanan serbuk
pada 61.5% menunjukkan pembebanan yang paling optimum kerana ia menyumbang
kepada sifat pseudoplastik, kelikatan dan indeks tingkahlaku aliran yang sekata, nilai
tenaga pengaktifan yang rendah serta indeks kebolehacuan yang tinggi seperti mana
yang diperlukan di dalam µMIM. Analisis varian (ANOVA) dilakukan di dalam setiap
proses penyuntikan, penyahikatan larutan, penyahikatan terma dan pensinteran bagi
mengenal pasti parameter yang paling signifikan dan sumbangannya terhadap ciri
kualiti yang dikaji iaitu ketumpatan dan kekuatan lentur dengan hanya parameter
kajian melepasi aras keyakinan 90% sahaja yang diambil kira. Melalui ujian ANOVA
di dalam penyuntikan, 3 interaksi menunjukkan kesignifikan iaitu tekanan
penyuntikan, suhu penyuntikan dan suhu acuan manakala masa penyuntikan dan masa
pegangan dikekalkan sebagai parameter tunggal. Interaksi antara suhu penyuntikan dan
suhu acuan merupakan penyumbang terbesar di dalam kedua-dua kaedah tersebut.
Penyingkiran bahan pengikat sekunder iaitu PEG dilakukan melalui proses
penyahikatan larutan pada suhu 55-65°C dengan masa rendaman antara 2-6 jam.
ANOVA menunjukkan hanya 4 parameter yang signifikan di dalam proses ini iaitu
masa penyahikatan, suhu penyahikatan, masa penyuntikan dan tekanan penyuntikan
manakala tiada interaksi yang signifikan direkodkan di dalam proses ini. Analisis
pengoptimuman menggunakan kaedah Grey-Taguchi menunjukkan masa penyahikatan
adalah penyumbang terbesar diikuti oleh suhu penyahikatan iaitu sekitar 39%.
Disebabkan oleh pengendalian yang amat teliti diperlukan di dalam komponen mikro,
2 proses seterusnya telah digabungkan iaitu penyahikatan terma dan pensinteran
dengan menggunakan relau vakum bagi mengelakkan sebarang pengoksidaan berlaku.
Bagi kedua-dua proses ini, 6 parameter dikenalpasti signifikan iaitu suhu pensinteran,
masa pensinteran, kadar pensinteran, suhu penyahikatan, masa penyahikatan dan kadar
penyahikatan dengan 3 interaksi diambilkira pada tatacara ortogonal L27(313). Melalui
kaedah pengoptimuman Grey-Taguchi ini, kekuatan dan ketumpatan jasad sinter
berjaya ditingkatkan sehingga 96.79% daripada ketumpatan piknometer. Di samping
itu juga, proses pengoptimuman ini juga berjaya meminimakan kadar pengecutan jasad
sinter sehingga 11.75% berbanding kajian oleh penyelidik terdahulu yang mana ia
berada diantara 16-20%. Kandungan oksigen juga dapat diminimakan sekitar 2300
ppm iaitu di dalam julat yang dibenarkan oleh piawaian ASTM E101
Konduksi panas keadaan ajeg pada benda-benda padat
Dalam penyusunah tugas akhir ini latar belakang perma-salahan adalah proses perpindahan panas dengan semesta pem-bicaraan proses konduksi panas. Pada pembicaraan nanti yang menjadi pusat pembicaraan adalah ;aju aliran panas atau
distribusi suhu dari proses tersebut.
Sifat dari laju aliran panas atau distribusi suhu pro¬ses tersebut yang disebabkan oleh adanya perbedaan suhu da¬lam benda atau mediuM tempat proses tersebut berlangSung akan selalu bergerak dari bagian yang bersuhu tinggi ke
gian yang bersuhu rendah. Dan besar laju aliran panas yang i;:;; ditimbulkan untuk setiap benda atau medium penghantar akan tergantung dari, sifat fisik dari benda atau medium yang ber-sangkutan. Serta laju aliran panas tersebut apabi;a tidak berubah terhadap perubahan waktu maka proses tersebut dika takan dalam keadaan ajeg (stedi).
Selanjutnya akan. diramalkan laju aliran panas atau dis-tribusi suhu dari proses tersebut yang terjadi pada benda - benda padat
SISTEM PENGENDALI KIPAS ANGIN OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA16
Tujuan pembuatan proyek akhir yang berjudul Sistem Pengendali Kipas Angin Otomatis Berbasis Mikrokontroller ATmega16 adalah untuk memudahkan pemakai untuk mengatur kecepatan kipas angin secara otomatis. Sehingga dapat menghemat dan mengefisienkan suatu pekerjaan yang biasanya dilakukan secara manual yang kemudian dapat bekerja secara otomatis dan berdaya guna bagi manusia. Penelitian dilakukan dengan perancangan dan pembuatan Sistem Pengendali Kipas Angin Otomatis Berbasis Mikrokontroller ATmega16. Selanjutnya dilakukan uji fungsional alat, dan juga dilakukan penelitian kemampuan sensor suhu yang digunakan. Sistem dirancang dengan menggunakan Mikrokontroler ATmega16 sebagai pengendali utama dengan tampilan dengan menggunakan LCD Hitachi 16x2, dengan input 4 tombol pengaturan, dengan pendeteksian suhu menggunakan sensor suhu LM35 yang dikuatkan dengan Op-Amp yang diolah dengan Mikrokontroler melalui internal ADC, dengan pengendalian kipas melalui IC ULN 2003 sebagai driver yang mengendalikan relay yang mampu mengatur kecepatan kipas angin dengan 3 tingkat kecepatan melalui induktor. Berdasarkan hasil pengujian dan unjuk kerja dari Sistem Pengendali Kipas Angin Otomatis Berbasis Mikrokontroller ATmega16 telah menunjukkan hasil yang sesuai dengan perencanaan. Kipas angin bekerja dengan tingkat kecepatan sesuai dengan nilai suhu yang telah diset. Pengukuran suhu oleh sistem memiliki error rata-rata sebesar 1,69%
Pengaruh Penyiangan Dan Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Kimiawi, Mikrobiologis Dan Organoleptik Ikan Tongkol (Auxis Tharzard, Lac)
Ikan tongkol merupakan salah satu bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat dan jika dibiarkanpada suhu kamar, maka terjadi proses penurunan mutu menjadi busuk. Ikan yang sudah mengalami prosespembusukan, bila dikonsumsi dapat menimbulkan keracunan (Histamine fish poisoning). Keracunan inidisebabkan oleh kontaminasi bakteri pathogen dengan dekarboksilasi asam amino histidin oleh enzimhistidin dekarboksilase menghasilkan histamin. Bakteri ini banyak terdapat pada anggota tubuh manusiayang tidak higienis, kotoran/tinja, isi Perut ikan, insang serta peralatan yang tidak bersih.Penelitian eksperimental dengan pola faktorial, yaitu faktor P adalah faktor penyiangan dengan 2 taraf,tanpa penyiangan dan penyiangan, sedangkan faktor T adalah suhu penyimpanan dengan 3 taraf yaitu suhupenyimpanan 30oC, 15oC dan 0oC.Analisis statistik terhadap mutu kimiawi seperti kadar histamin, kadar total volatil bases (TVB) dantrimetilamin (TMA) menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) pada pengaruh penyiangan dan suhupenyimpanan. Terjadi peningkatan kadar histamin, kadar TVB dan TMA selama penelitian. Selamapenelitian terjadi peningkatan jumlah koloni bakteri, jumlah Coliform, kecuali bakteri Vibrioparahaemolyticus negatif. Perlakuan penyiangan dan suhu penyimpanan 0oC memiliki mutu kimiawi,mikrobiologis terbaik sampai hari ke 10 serta masih diterima panelis.Hubungan antara kadar histamin dengan jumlah bakteri mempunyai hubungan sangat kuat, ditunjukkandengan nilai r ? 0,7 kecuali kadar histamin dengan waktu memiliki hubungan agak lemah r ? 0,5.Keamanan ikan tongkol dengan penerapan teknologi tepat guna berupa tanpa penyiangan danpenyiangan pada suhu 30oC hanya aman untuk dikonsumsi sampai hari ke 0. Perlakuan tanpa penyiangandan suhu penyimpanan 15oC aman sampai hari ke 4, sedangkan dengan penyiangan aman sampai hari ke 6.Untuk perlakuan tanpa penyiangan dan penyiangan dengan suhu penyimpanan 0oC aman sampai hari ke 10
Kebijakan Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Situasi dan kondisi di wilayah Daerah istimewa Yogyakarta belakangan ini menunjukkan fenomena dan kecenderungan terjadinya tindakan intoleransi, konflik komunal, dan kekerasan jalanan di tengah masyarakat. Selain itu juga terjadi penurunan pemahaman serta pengamalan nilai-nilai pancasila dan wawasan kebangsaan di tengah masyarakat. Penelitian ini ingin melihat kebijakan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam merevitalisasi Pancasila dan wawasan kebangsaan. Tema ini tampaknya kurang menjadi perhatian dalam studi sebelumnya, termasuk studi tentang kebijakan Pemerintah Daerah dalam pengarusutamaan Pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan. Pertanyaan yang dibahas dalam artikel ini diantaranya adalah: Mengapa Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta membuat kebijakan tentang pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan? Bagaimana formulasi dan desain kebijakan pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan di Daerah Istimewa Yogyakarta? Artikel ini bertujuan untuk meneliti dokumen-dokumen terkait perumusan dan desain kebijakan Pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan. Artikel ini berargumen bahwa Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki latar belakang yang menjadi dasar dalam pembuat kebijakan pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan. Sasaran kebijakan pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan meliputi Anak (Usia Sekolah), Pemuda/Generasi Muda, Aparatur Sipil Negara, Aparatur Tingkat Desa, Masyarakat Umum. Implementasi kebijakan ini menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah DIY, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kalurahan/Kelurahan di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Pengaruh Suhu Dan Lama Waktu In¬kubasi Terhadap Nilai Kandungan Gizi Nata de coco Hasil Fermentasi Limbah Air Kelapa Oleh Acetobacter pasteurianus
Prihtiono. J 201900413. Pengaruh Suhu Dan Lama Waktu In¬kubasi Terhadap Nilai Kandungan Gizi Nata de coco Hasil Fermentasi Limbah Air Kelapa Oleh Acetobacter pasteurianus (Dibawah bimbingan Hj. SRIANI HENDARKO, MEINY SUZERY
CAHYONO dan WIJANARKA)
Sebagai cumber makanan berkalori rendah yang cocok untuk diet, kini pengolahan dan pengembangan nata de coco terus dilakukan. Dalam produksi makanan basil fermentasi tersebut, umumnya masih berlainan dalam beberapa hal se¬hingga menyebabkan perbedaan produksi dan kandungan gizi.
Penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 1994 sampai bulan Maret 1995 ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mama pengaruh suhu, lama waktu inkubasi, varietas kelapa yang dipakai serta interaksinya terhadap nilai kandungan gizi nata de coco sehingga nantinya dapat dijadikan pertimbangan lebih lanjut dalam produksinya.
Pada penelitian ini untuk pembuatan nata de coco digunakan dua jenis kelapa yaitu varietas Genjah Kuning Nias/G-KN (Vi) dan Genjah Hijau Nias/G-HN (V2). Fermentasi dilakukan pada suhu 29-30°C (So) dan 35°C (Si) selama 14 hari (Wo ), 21 hari ), dan 28 hari (W2 ).
Analisis nilai kandungan gizi yang meliputi kadar serat makanan dilakukan dengan metode deterjen sedangkan kadar lemak dilakukan dengan metode ekstraksi Soxhlet.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perlakuan suhu, lama waktu inkubasi, varietas kelapa yang dipakai berpengaruh nyata terhadap nilai kandungan lemak dan serat sedangkan dari interaksi ketiga faktor perlakuan hanya berpengaruh sangat nyata terhadap nilai kandungan serat dan tidak nyata terhadap nilai kandungan lemak.
Kandungan serat nata yang tertinggi yakni rata-rata sebanyak 12,92 % didapat dari fermentasi yang menggunakan media (substrat) air kelapa varietas GK-N (Vi) dan suhu inkubasi 29 - 30 C (So) selama 14 - 21 hari (Wo - W1)
SOCIAL CONFLICTS IN CHURCH DEVELOPMENT IN KECAMATAN IBU SELATAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT (Study of Conflict Resolution among Citizens in Church Development In Adu Village)
The church conflict that occurred in Adu Village, South Ibu Subdistrict, West Halmahera Regency was caused by unjust church leadership. Conflicts in the construction of places of worship often lead to violence, attacks and sealing of houses of worship by the community. This study aims to determine the occurrence of social conflict between residents in the construction of church in Adu village and to find out the resolution of the conflict. This research uses descriptive qualitative research that can be understood as a series of procedures used in solving problems, namely the cause of conflict between residents related to the construction of church in Adu Village by investigating and describing research objects based on facts in the field. Data sources used are primary data and secondary data with data collection techniques namely observation, interviews and document analysis. The research findings show that the cause of conflict in church construction is because (1) the church leadership is no longer neutral in serving the community, for example when visiting a sick Adu village community, the church leader only visits one group while the other group is ignored, and (2) the regulations of church leaders regarding residents’ responsibilities to the church such as the obligation for each person to contribute IDR 200,000 per year for church construction is considered too burdensome for the community. From the factors causing the conflict, conflict resolution is carried out by way of negotiations (consensus agreement) between the Old GMIH and the GMIH Renewal. From these negotiations, a mutual agreement ensued that the construction of a new church planned by the GMIH Renewal would continue
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN LUMUT (BRYOPHYTA) PADA BERBAGAI KETINGGIAN HUBUNGANNYA DENGAN KONDISI LINGKUNGAN DI WILAYAH LERENG SELATAN MERAPI PASCA ERUPSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan lumut,
indeks keanekaragaman tumbuhan lumut, keanekaragaman jenis tumbuhan lumut,
serta hubungan kondisi lingkungan yang meliputi faktor klimatik (intensitas
cahaya, suhu udara, kelembaban udara) dan faktor edafik (suhu tanah, kelembaban
tanah, pH tanah) dengan keanekaragaman jenis tumbuhan lumut diwilayah lereng
selatan Merapi pasca erupsi.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode observasi dan hasilnya
dianalisis secara deskriptif. Populasi penelitian adalah semua jenis lumut
terrestrial pada berbagai ketinggian di wilayah lereng selatan Merapi pasca
erupsi. Sampel penelitian ini adalah semua tumbuhan lumut terrestrial yang
teramati di 30 plot pengamatan pada berbagai ketinggian sepanjang wilayah
penelitian. Penelitian dilakukan dengan menentukan lokasi pengamatan dan
menentukan batasan-batasan pada masing-masing ketinggian (1000 m dpl, 1200
m dpl dan 1400 m dpl). Mengambil sampel secara purposive sampling dengan
membuat ukuran plot 1 x 1 m
2
dan melakukan pengukuran faktor lingkungan
yaitu klimatik yang meliputi : Suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas
cahaya, dan untuk faktor edafik meliputi : Suhu tanah, kelembaban tanah, dan pH
tanah. Kemudian melakukan identifikasi jenis tumbuhan lumut
lalu menghitung
luas penutupan setiap jenis pada tiap plot sekaligus perhitungan luas penutupan
seluruh jenis pada masing-masing plot. Mencatat jenis tumbuhan pelindung pada
plot yang diamati. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menentukan
indeks keanekaragaman tumbuhan untuk menentukan keanekaragaman tumbuhan
lumut di wilayah lereng selatan Merapi pasca erupsi. Hasil penelitian diperoleh bahwa ditemukan 11 jenis tumbuhan lumut
terrestrial di lereng selatan Merapi pasca erupsi. Indeks keanekaragaman
tumbuhan lumut pada ketinggian 1000 m dpl, 1200 m dpl, dan 1400 m dpl sebesar
0,810, 0,675 dan 0,471. Keanekaragaman tumbuhan lumut adalah rendah. Faktor
klimatik pada berbagai ketinggian di wilayah lereng selatan Merapi pasca erupsi
berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis tumuhan lumut. Karena semakin
tinggi tempat, intensitas cahaya semakin tinggi, suhu semakin tinggi, kelembaban
semakin rendah. Maka keanekaragaman jenis tumbuhan lumut juga semakin
rendah.
Kata Kunci : Keanekaragaman jenis, Tumbuhan lumut (Bryophyta), Ketinggian
- …