30 research outputs found

    REPRESENTASI IDENTITAS SANTRI (Analisis Semiotika Model John Fiske Dalam Film Cahaya Cinta Pesantren)

    Get PDF
    The film is included in the mass communication media that are considered capable of being an effective media to persuade and persuade a broad audience. The film influences audiences through signs that appear in shows like in the Film Cahaya Cinta Pesantren. This research was conducted to determine the signs that represent identity in the film Cahaya Cinta Pesantren. This type of research is descriptive qualitative by using John Fiske's semiotic analysis model. The results of this study are the representations of santri's representations composed by John Fiske's semiotic code, namely appearance, expression, camera, setting, and action. In addition, this film also contained subcultural ideology, namely students are figures who come out of the dominant culture with daily activities that are more concerned with the afterlife.Film termasuk dalam media komunikasi massa elektronik yang dianggap mampu menjadi media efektif untuk membujuk dan mempersuasi khalayak luas. Film mempengaruhi khalayak melalui tanda-tanda yang dimuculkan dalam tayangan seperti yang terdapat dalam Film Cahaya Cinta Pesantren.  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda yang merepresentasi identitas santri dalam film Cahaya Cinta Pesantren. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika model John Fiske. Hasil penelitian ini adalah adanya representasi identitas santri yang digambarkan melalui kode semiotika John Fiske yakni penampilan, ekspresi, kamera, latar dan tindakan. Selain itu, dalam film ini juga terkandung ideologi subkultur, bahwa santri merupakan sosok yang keluar dari budaya dominan dengan melakukan kegiatan sehari-hari yang lebih mementingkan kehidupan akhirat

    Gus dan Ning Figur Ideal Santri Milenial: (Studi tentang Identitas Sosial Santri Milenial di Pondok Pesantren Al Ikhsan Beji)

    Get PDF
    Tulisan ini menjelaskan identitas sosial santri milenial yang di antaranya termanifestasi pada sosok gus dan ning di pesantren. Penelitian menelaah gaya hidup, kultur, dan tindakan santri milenial di Pondok Pesantren Al Ikhsan Beji. Metodologi penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik sosial pesantren mengalami derutinisasi sebagai respon santri atas keberadaan teknologi digital. Derutinisasi tersebut dimulai dari perilaku dan gaya hidup modern gus dan ning yang menggelaja secara luas di kalangan santri dan membentuk identitas baru santri sebagai santri milenial. Identitas tersebut termanifestasi pada gaya berpakaian santri yang fashionable, kemampuan santri berbahasa asing (Arab dan Inggris), kreativitas santri dalam berbagai event pesantren, dan perilaku santri dalam bermedia sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa identitas sosial santri milenial memiliki perbedaan dengan santri tradisional. Santri milenial cenderung liberal, sedangkan santri tradisional identik dengan sifat konservatif. Hal tersebut terrepresentasi pada sosok gus dan ning yang menjadi figur ideal santri milenial

    REPRESENTASI NILAI KEISLAMAN DALAM FILM QODRAT

    Get PDF
    Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Cara kerja film ini seperti jarum suntik atau peluru yang banyak dikatakan para pakar komunikasi, dimana aktivitas pengiriman pesan sama dengan tindakan penyuntikan obat yang dapat menembus langsung ke dalam jiwa penerima pesan. Film horor berjudul “Qodrat” ini bergenre religi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi nilai keislaman pada film qodrat. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Melalui metode penelitian analisis semiotika Charles Sanders Pierce. Objek penelitian ini adalah film Qodrat dan yang menjadi subjeknya adalah beberapa adegan dan dialog yang merepresentasikan nilai-nilali keislaman dalam film tersebut. Dari hasil penelitian ditemukan nilai keislama dalam film ini. Peneliti menyimpulkan nilai keislaman didalam adegannya seperti akidah yakni tentang kepercayaan bahwa apapun yang sudah terjadi itu sudah kehendak Allah dan Allah tidak akan menguji hambanya diluar kekampaunnya, dan tetap memegang kepercayaan bahwa hanya kepda Allah kita menyembah dan hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Kemudian syariah yakni berkaitan dengan ibadah seperti selalu menyebarkan kebaikan kepada sesama, selalu membantu dan tolong menolong, dan selalu bersyukur disetiap keadaan. Serta akhlak perilaku yangmana akhlak ini ada akhlakul mahmudah meruakan perilaku terpuji seperti adil, tawakal, sabar, sopan, santun, jujur dan rela berkorban. Selanjutnya ada akhlakul mazmumah yaitu kebalikannya yang merupakan sifat tercela seperti dengki, iri, takabur, sombong, aniaya, ghibah dll. Namun dalam film qodrat ini lebih menitikberat pada nilai aqidah didalamny

    Analisis Semiotika Nilai Nasionalisme dalam Film Sang Kiai

    Get PDF
    Hasil penelitian dengan menggunakan analisis pemaknaan simbolisasi tanda semiotika Roland Barthes yaitu sitem denotasi, apa yang digambarkan oleh objek. Konotasi, bagaimana objek itu digambarkan dan mitos adalah tipewicara, sistem komunikasi yang mengandung pesan menunjukan bahwa nilai nasionalisme yang ditampilkan dalam film adalah berupa pengabdian, pengorbanan, kegigihan usaha serta interaksi terhadap lingkungan dan masyarakat. Film ini menonjolkan nilai nasionalisme yang berkonotasi pada bentuk pengabdian pengorbanan, kegigihan usaha, serta interaksi sosial demi mempertahankan dan memerdekakan bangsa Indonesia dari tangan penjajah

    SIMBOL-SIMBOL SOSIAL KEBUDAYAAN JAWA, HINDU DAN ISLAM YANG DIREPRESENTASIKAN DALAM ARTEFAK MASJID AGUNG SURAKARTA ( Studi Semiotika Komunikasi Tentang Simbol-Simbol Sosial Kebudayaan Jawa, Hindu Dan Islam Yang Direpresentasikan Dalam Artefak Masjid Agung Surakarta )

    Get PDF
    Machrus S2203003 SIMBOL-SIMBOL SOSIAL KEBUDAYAAN JAWA, HINDU, DAN ISLAM YANG DIREPRESENTASIKAN DALAM ARTEFAK MASJID AGUNG SURAKARTA (Studi Semiotika Tentang Simbol-Simbol Sosial Kebudayaan Jawa, Hindu, Dan Islam Dalam Artefak Masjid Agung Surakarta ). Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini adalah sebuah penelitian dengan pendekatan semiotika komunikasi sebagai pisau analisisnya. Pendekatan atau metode semiotika komunikasi ini bertujuan untuk memproduksi tanda-tanda baru dari tanda-tanda artefak Masjid Agung Surakarta. Tanda-tanda artefak Masjid Agung Surakarta ini meliputi bentuk bangunan, mihrab, mimbar, dan gapuraMasjid Agung Surakata. Metode semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode semiotika dari pragmatisme Charles Sanders Peirce, seorang tokoh filsafat dan matematika dari Amerika Serikat. Konsep penting dari semiotika ini adalah apa yang di sebut konsep trikotomi yaitu sign, referent, dan interpretant. Aliran ini secara terperinci mempersoalkan sifat dan hakekat tanda ( sign ) dalam kaitan dengan keseluruhan realitas sebagai permasalahan teori pengetahuan atau epistemologi. Produksi tanda atau sebagai proses semiosis dalam penelitian ini didasarkan atas lima formula dasar semiosis yang meliputi : intertekstualitas, intersubjek tivitas dan struktur tanda dan tanda lain.Sumber data artefak diperoleh dari dokumen, teks , dalam bentuk arsip, naskah, literatur, buku, majalah, koran, situs internet. Penelitian ini menghasilkan produksi tanda tentang bangunan Masjid Agung Surakarata, tataran pertama beracuan bangunan fisik Masjid Agung Surakarta, tataran kedua beracuan tentang rukun iman, tataran ketiga beracuan tentang tingkat-tingkat pencapaian dalam keagamaan agama Hindu, tataran keempat beracuan tentang konsep Masjid Tajuk Lawakan Lambang Teplok, tataran kelima beracuan tentang konsep bangunan gunungan dan tataran keenam beracuan tentang rumah Tuhan. Mihrab pada tataran pertama beracuan gambar fisik mihrab Masjid Agung Surakarta, tataran kedua beracuan tempat imam memimpin sholat, tataran ketiga beracuan pemimpin atau khalifah, tataran keempat beracuan nabi MUHAMMAD SAW, tataran kelima beracuan kehadiran Tuhan di dunia, tataran keenam beracuan pemimpin berdoa dalam agama Hindu. Mimbar pada tataran pertama beracuan gambar fisik mimbar Masjid Agung Surakarta, tataran kedua beracuan tempat khatib menyampaikan khatbah, tataran ketiga beracuan singgasana raja, tataran keempat beracuan sabda sultan/raja, tataran kelima beracuan khalifah sebagai pengganti nabi MUHAMMAD SAW di muka bumi. Gapura pada tataran pertama beracuan gambar fisik gapura Masjid Agung Surakarta, tataran kedua beracuan konsep gapura Candi Bentar, tataran ketiga beracuan ibadah shalat. Kata kunci : semiotika komunikasi tentang bangunan, mihrab dan mimbar Masjid Agung Surakarta

    Makna pesan toleransi antarumat beragama dalam web series “Ustad Milenial”

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara plural dengan masyarakat beragam suku, budaya, dan agama. Hidup berdampingan tentu menyisihkan konflik di dalamnya jika tidak ada sikap saling toleran. Hadirnya web series Ustad Milenial yang memiliki banyak nilai termasuk nilai toleransi antarumat beragama cocok dikaji jika melihat fenomena konflik-konflik intoleransi yang masih kerap terjadi di Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap web series Ustad Milenial dengan memfokuskan nilai toleransi muslim dan nonmuslim di dalamnya Sumber data yang peneliti gunakan yaitu web series dengan judul Ustad Milenial yang disutradarai oleh Hestu Saputra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitiaan kualitatif dengan pendekatan kepustakaan atau library research dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui makna pesan toleransi muslim dan nonmuslim dalam web series Ustad Milenial. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa web series Ustad Milenial mengandung makna pesan toleransi yang bisa diambil manfaatnya untuk kehidupan bermasyarakat, khususnya bagi muslim dan nonmuslim yang hidup berdampingan. Adegan-adegan tersebut yaitu muslim dan nonmuslim tetap dapat berkenalan dengan bersalaman (tidak harus berjabat tangan secara langsung), dengan penanda: hijab dan tidak berhijab, petanda: muslim dan nonmuslim, denotasi: menolak jabat tangan secara langsung, konotasi: menerima salam dengan tidak bersentuhan sesuai ajaran dalam Islam, mitos: jabat tangan atau bersalaman dalam masyarakat memiliki fungsi seperti membuka komunikasi, sapaan pertama kali bertemu, dan juga sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan ketika pertama kali berkenalan guna mempererat hubungan sesama manusia (termasuk muslim dan nonmuslim tentunya). Selain itu, makna pesan toleransi antarumat beragama dalam web series Ustad Milenial lainnya yaitu senyum menjadi hal yang penting karena dapat menyenangkan orang lain sehingga membuat orang lain senang itu berarti meminimalisir terjadinya konflik, toleransi dalam hal perbedaan cara berdoa, toleransi dalam hal menunggu umat lain beribadah dan tidak mengganggunya, bekerja sama dengan siapapun tanpa mempermasalahkan latar belakang agama, toleransi mengajak umat lain makan bersama saat hari rayanya, toleransi menghargai umat lain yang sedang berpuasa maupun menjalankan ibadah apapun dalam agamanya yang tidak sama dengan kita, dan toleransi mengucapkan selamat saat hari raya kepada umat lain sebagai penghormatan penganutnya (tanpa mengiyakan kebenaran di dalam hatinya atas hari raya umat lain. Akan tetapi, tetap yakin pada kepercayaan yang dianutnya)

    Fenomena Dakwah Berbasis Religiotainment (Sebuah Analisis Semiotika Terhadap Siaran Islam Itu Indah Trans TV)

    Get PDF
    Fenomena Dakwah Berbasis Religiotainment merupakan tema yang diketengahkan dalam skripsi ini. Suatu studi yang menganalisis isi (konten) siaran Islam Itu Indah pada Trans TV. Metode pendekatan kajian yang digunakan adalah analisis semiotika model Roland Barthes. Analisis semiotika berorientasi terhadap pemahaman atas struktur tanda siaran Islam Itu Indah. Dari segi analisa struktur tanda, yang menjadi rujukan adalah teori pemetaan tanda (ikon, indeks dan simbol), untuk menganalisa hubungan kenyataan dan jenis dasarnya. Sementara untuk menganalisa makna sosio-kultural siaran Islam Itu Indah, proses signifikasi dua tahap (two order of signification) model Roland Barthes digunakan sebagai kerangka analitis. Hasil penelitian menunjukkan, secara struktural program Islam Itu Indah, mengkonstruksi tanda secara fisik (physical existance of the sign) yang dilihat melalui teori pemetaan tanda antara lain; 1) ikon 2) indeks 3) simbol di mana ketiganya berkaitan dalam proses signifikasi tahap pertama (first order). Sementara, signifikasi tahap kedua (second order) menunjukkan suatu multimakna sosio-kultural dalam konteks penafsiran terhadap fenomena religiotainment Islam Itu Indah, antara lain; komunikasi lintas budaya (intercultural communication), budaya tanding (counter culture), budaya populer (popular culture) dan budaya religi (religious culture)

    Respon penonton terhadap penerimaan diri dalam Film “Imperfect : Karier, Cinta dan Timbangan

    Get PDF
    Film “Imperfect: Karier, Cintan Dan Timbangan” meraih 2,6 juta penonton dan memiliki konten yang memberi pesan moral bagi tidak sedikit individu. Penonton film tersebut di antaranya adalah kalangan mahasiswa. Mahasiswa KPI juga merupakan bagian dari mahasiswa yang menonton film tersebut. Mahasiswa KPI dibekali kemampuan dalam bidang dakwah dan teknologi komunikasi dan merupakan kader dakwah yang turut serta mengembangan teknologi sebagai media menyiarkan Islam. Ini menarik peneliti untuk mengetahui respon mahasiswa KPI yang telah menonton film Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan terkait konsep penerimaan diri. Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui respon penonton terhadap penerimaan diri dalam film “Imperfect: Karier, Cinta, dan Timbangan”. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis dari Milles dan Huberman dengan tahpan-tahapan reduksi data, penyajian/display data, dan dan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon penonton terhadap penerimaan diri dalam film “Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan” adalah dengan: (1) memahami konsep penerimaan diri sebagai self-love, menghargi kekurangan diri dan orang lain, toleran kepada sesama, senantiasa bersyukur, standar cantik adalah kebaikan hati, (2) memahami konsep penerimaan diri muncul pada awal, tengah dan akhir film, (3) menilai konsep penerimaan diri dalam scene film imperfect menarik karena mengandung nilai keberagaman manusia, saling membantu sesama, melawan insecure, berhubungan dengan realita, saling membantu saudata, mengajak bersyukur, dan menerima perubahan, (4) menilai temanya menarik karen menawarkan pengajaran dan komedi yang baik, skenario yang kuat, isu kekinian, perasaan campur aduk dan inspiratif, dan penolakan stereotip standar cantik, (5) mempersepsikan bentuk penerimaan diri dalam film imperfect dengan bangga menjadi diri sendiri, fokus pada kebaikan sikap, mengembangkan potensi, belajar bersikap, dan (6) mengaplikasikan bentuk penerimaan diri dengan menjaga kesehatan dan kebaikan diri, berusaha meraih mimpi dengn usaha yang maksimal tanpa membandingkan diri dengan orang lain. Respon penonton terhadap penerimaan diri dalam film “Imperfect: Karier, Cinta dan Timbangan” relatif bervariasi seperti penonton mengetahui konsep penerimaan diri, menilai konsep penerimaan diri scene dan tema film, dan mengaplikasikan konsep penerimaan diri dalam kehidupan sehari-har
    corecore