227,965 research outputs found

    Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau dari Metakognisi Siswa Melalui Problem-Based Learning dengan Soal Open Ended Berbantuan Sevima Edlink

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari metakognisi siswa melalui PBL dengan soal Open Eded berbantuan Sevima Edlink. Metode penelitian adalah mix method dengan desain penelitian Concurrent Mixed Methods. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Ciwaringin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelompok eksperimen mencapai batas tuntas aktual; (2) proporsi ketuntasan kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok eksperimen lebih dari 75%; (3) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelompok kontrol; (4) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok eksperimen lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok kontrol; (5) terdapat pengaruh positif metakognisi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelompok eksperimen; (6) siswa kategori metakognisi tinggi optimal dalam menerapkan empat indikator kemampuan pemecahan masalah. Namun, kurang optimal dalam menafsirkan hasil pemecahan masalah; (7) siswa metakognisi sedang optimal pada indikator memilih strategi pemecahan masalah. Kemudian, cukup optimal dalam menerapkan indikator merumuskan masalah, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan memecahkan masalah matematika dengan berbagai cara. Sementara itu, kurang optimal dalam menerapkan indikator menafsirkan hasil pemecahan masalah; dan (8) siswa metakognisi rendah cukup optimal pada indikator merumuskan masalah dan memilih strategi pemecahan masalah. Selain itu dalam indikator menerapkan strategi pemecahan masalah, menafsirkan hasil pemecahan masalah, dan memecahkan masalah matematika dengan berbagai cara dengan kurang optimal

    Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Ditinjau dari Perbedaan Gender di SMP N 1 Kuta Buluh

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ditinjau dari perbedaan gender di kelas VIII-A SMP N 1 Kuta Buluh; (2) perbedaan secara signifikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ditinjau dari perbedaan gender di kelas VIII-A SMP N 1 Kuta Buluh. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Kuta Buluh tahun pelajaran 2021/2022. Subyek penelitian terdiri dari 28 orang siswa, Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII-A SMP N 1 Kuta Buluh di tinjau dari perbedaan gender menunjukkan, siswa perempuan lebih unggul, lebih baik dibandingkan siswa laki-laki. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa gender perempuan (tinggi, sedang dan rendah) lebih baik dari siswa gender laki-laki (tinggi,sedang dan rendah). Hal ini juga dapat dilihat dari rata-rata persentase kemampuan pemecahan masalah matematis siswa laki-laki tahap memahami masalah yaitu 41,67 %, tahap menyusun rencana pemecahan masalah yaitu 15,42 %, tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah yaitu 25,83 %, dan tahap memeriksa kembali hasil pemecahan masalah yaitu 17,92 %. Sedangkan rata-rata persentase kemampuan pemecahan masalah matematis siswa perempuan tahap memahami masalah yaitu 64,29 %, tahap menyusun rencana pemecahan masalah yaitu 27,68 %, tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah yaitu 25,89 %, dan tahap memeriksa kembali hasil pemecahan masalah yaitu 20,54 %; (2). Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa laki-laki dan perempuan paling tinggi pada tahap memahami masalah dan menyusun rencanan pemecahan masalah, sedangkan pada tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah tidak terlalu terlihat

    KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

    Get PDF
    Pemecahan masalah dapat dipandang dari dua sudut pandang yang berbeda yaitu sebagai pendekatan pembelajaran dan sebagai tujuan pembelajaran. Sebagai pendekatan pembelajaran artinya pemecahan masalah digunakan untuk menemukan dan memahami materi matematika. Sebagai tujuan, dalam arti pemecahan masalah sebagai suatu kemampuan yang akan dicapai siswa, yakni siswa diharapkan mampu memahami masalah, merencanakan strategi dan prosedur pemecahan masalah, melakukan prosedur pemecahan masalah, serta memeriksa kebenaran jawaban dan hasil yang diperoleh. NCTM menempatkan kemampuan pemecahan masalah sebagai tujuan utama dari pendidikan matematika dan menganjurkan bahwa memecahkan masalah harus menjadi fokus dari matematika sekolah. Melatih siswa dengan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika bukan hanya sekedar mengharapkan siswa dapat menyelesaikan soal atau masalah yang diberikan, namun diharapkan kebiasaaan dalam melakukan proses pemecahan masalah membuatnya mampu menjalani hidup yang penuh kompleksitas permasalahan

    Perilaku Pemecahan Masalah Siswa SMK dalam Menyelesaikan Masalah Kombinatorika Ditinjau dari Kecemasan Matematika

    Get PDF
    Perilaku pemecahan masalah memiliki peran penting bagi setiap siswa karena perilaku pemecahan masalah dapat memberikan deskripsi perilaku siswa selama proses penyelesaian masalah matematika khususnya masalah kombinatorika. Kecemasan matematika dapat mempengaruhi pemecahan masalah siswa. Mengingat pentingnya perilaku pemecahan masalah matematika dalam pembelajaran matematika, maka guru harus mengetahui perilaku pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan masalah ditinjau dari kecemasan matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah kombinatorika. Subjek dari penelitian ini adalah siswa SMK Negeri Palang sebanyak 9 siswa. Siswa tersebut diberikan angket kecemasan matematika dan soal tes pemecahan masalah kombinatorika. Hasil dari penelitian ini adalah perilaku pemecahan masalah kombinatorika dari siswa dengan tingkat kecemasan tinggi masuk dalam kategori Direct Translation Approach not proficient (DTA-np), sedangkan perilaku pemecahan masalah kombinatorika dari siswa dengan tingkat kecemasan matematika rendah masuk dalam kategori Meaning Based Approach full context (MBA-fc)

    Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP dalam Menyelesaikan Materi Bangun Ruang Sisi Datar

    Get PDF
    Kemampuan pemecahan masalah adalah inti pembelajaran yang mewujudkan kemampuan dasar dalam proses pembelajaran. Namun demikian, beberapa peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah pada materi bangun ruang sisi datar. Penelitian kali ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP dalam menyelesaikan materi bangun ruang sisi datar.     Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah   6 siswa sekolah menengah pertama (SMP). Teknik pengambilan data penelitian ini adalah dengan melakukan observasi, tes, dan wawancara untuk menerima informasi mendalam dari siswa, sehingga mendapatkan data yang  benar. Teknik analisis kemampuan pemecahan masalah dengan mengkelompokkan tiga kategori yaitu kategori siswa kemampuan pemecahan masalah rendah, siswa kemampuan pemecahan masalah sedang, dan siswa kemampuan pemecahan masalah tinggi sesuai. Melakukan triangulasi metode pada tes dan wawancara untuk mengetahui valid atau tidaknya data. Instrument tes yang digunakan pada penelitian ini memberikan 5 soal non-rutin pada  materi bangun ruang sisi datar. Pedoman dalam mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah   matematis berdasarkan lima indikator kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil penelitian ini didapatkan 1 siswa berkemampuan pemecahan masalah tinggi, 4 siswa siswa berkemampuan pemecahan masalah sedang, dan 1 siswa berkemampuan pemecahan masalah rendah yang dilihat dari hasil tes siswa berdasarkan klasifikasi kategori kemampuan pemecahan masalah

    Mengajarkan Pemecahan Masalah Matematika di Sekolah Dasar

    Full text link
    Artikel ini membahas tentang mengajarkan pemecahan masalah matematika di sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah analisa literatur. Beberapa literatur yang berhubungan dengan pemecahan masalah dan pemecahan masalah matematika dianalisa untuk mendapatkan informasi tentang cara mengajarkan pemecahan masalah matematika di sekolah dasar. Pemecahan masalah merupakan sebuah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam pembelajaran matematika. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam kurikulum pendidikan Indonesia. Kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sangat tergantung kepada pengalaman belajar peserta didik ketika di jenjang sekolah dasar. Oleh karena itu, mengajarkan pemecahan masalah matematika sejak jenjang sekolah dasar merupakan sesuatu yang penting. Kemampuan pemecahan masalah (problem solving) setidaknya membutuhkan dua kemampuan, yaitu (1) kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, dan (2) kemampuan untuk merencanakan strategi untuk memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah merupakan salah satu bentuk keterampilan kognitif. Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah ini akan tergantung setidaknya pada dua hal. Pertama, pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta didik (previous knowledge). Kedua, kemampuan peserta didik untuk memanggil pengetahuan yang tersimpan dalam memori jangka panjangnya (long-term memory). Mengajarkan pemecahan masalah matematika di jenjang sekolah dasar membutuhkan sejumlah kemampuan. Pertama, kemampuan mengajarkan cara untuk mengidentifikasi masalah matematika yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Kedua, kemampuan untuk mengajarkan strategi untuk memecahkan masalah matematika Kata kunci: Pemecahan Masalah, Pemecahan Masalah Matematika, Sekolah Dasa

    Model Problem Based Learning Berbasis Budaya Pesisir untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah taruna teknik yang mendapat pembelajaran model problem based learning berbasis budaya pesisir pada materi trigonometri dan kemampuan pemecahan masalah taruna ditinjau dari langkah-langkah pemecahan masalah berdasarkan Polya kelas yang mendapat pembelajaran model problem based learning berbasis budaya pesisir. Metode penelitian ini adalah metode quasi-eksperimen dengan disain eksperimen yang digunakan berupa “Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Hasil peningkatan kemampuan pemecahan masalah taruna berdasarkan nilai pre-test dan post-test diperoleh rata-rata normalisasi gain sebesar 0,41, hal ini berarti kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen termasuk dalam kriteria sedang. Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika taruna yang pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning berbasis budaya pesisir. Taruna peringkat terbawah dan quartil pertama belum mampu memenuhi hampir semua indikator pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah taruna quartil kedua dan quartil ketiga tergolong baik. Namun keduanya tidak dapat menyusun penyelesaian masalah dengan langkah berbeda dan melakukan pengecekan kembali hasil pemecahan masalah karena kurang teliti perhitungan.Taruna peringkat teratas memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik. Tetapi menemui permasalahan untuk membuat alternatif jawaban dari suatu permasalahan

    PELATIHAN STRATEGI PENYUSUNAN SOAL PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR MATEMATIS PADA GURU SD

    Get PDF
    Kemampuan pemecahan masalah menjadi penting untuk dikembangkan agar manusia dapat mencari solusi yang tepat dalam mengatasi masalahnya. Kemampuan pemecahan masalah ini dapat dikembangkan sejak di bangku sekolah. Pengembangan kemampuan pemecahan masalah dipengaruhi oleh keterampilan berpikir matematis guru. Oleh karena itu guru perlu meningkatkan keterampilan berpikir matematis melalui pelatihan penyusunan soal pemecahan masalah agar peserta didik memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik. Tujuan dari pelatihan ini adalah (1) meningkatkan pengetahuan guru SD 4 Dersalam tentang strategi menyusunan soal pemecahan masalah, dan (2) meningkatkan keterampilan guru SD 4 Dersalam dalam pembuatan soal pemecahan masalah. Pelaksanaan pelatihan strategi penyusunan soal pemecahan masalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir matematis pada guru SD 4 Dersalam dirancang dalam beberapa tahap, antara lain: perencanaan, pelaksanaan, follow up, simulasi dan evaluasi. Hasil yang diperoleh dalam pelatihan ini adalah (1) guru SD 4 Dersalam meningkat pengetahuan tentang strategi menyusunan soal pemecahan masalah, dan (2) meningkatkan keterampilan guru SD 4 Dersalam dalam pembuatan soal pemecahan masalah

    PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai profil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa  ditinjau dari Adversity Quotient (AQ). Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan pokok dan salah satu tujuan utama dari pembelajaran matematika. Langkah pemecahan masalah yaitu memahami masalah, menyusun rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan, dan memeriksa kembali hasil pemecahan. Setiap siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dalam menghadapi masalah. Kecerdasan dalam menghadapi masalah tersebut disebut dengan Adversity Quotient (AQ). Tingkatan Adversity Quotient (AQ) yaitu quitters, campers, dan climbers. Dengan adanya Adversity Quotient (AQ) yang dimiliki siswa maka seorang guru dapat mengetahui sampai sejauh mana profil siswa tersebut dapat menyelesaikan soal pemecahan masalahny
    corecore