7 research outputs found
Khazanah Tafsir Nusantara: Telaah atas Tafsīr Al-Bayān Karya TM. Hasbi Ash-Shiddieqy
Tulisan ini ingin memperkenalkan salah satu khazanah tafsir di Nusantara. Walau Indonesia dilihat dari sisi geografisnya jauh dari pusat Islam—dengan tidak mengatakan Islam Indonesia sebagai Islam pinggiran, akan tetapi ulama-ulama dan karya-karya yang muncul ternyata tidak kalah kualitasnya dengan karya-karya yang muncul dibelahan bumi Timur Tengah. Akan tetapi harus diakui bahwa sampai saat ini mainstream Timur Tengah masih melekat dalam karya-karya tafsir yang muncul di Indonesia, termasuk di dalamnya Tafsīr al-Bayān sendiri.
Penerapan metodologi penafsiran, corak tafsir, model atau pola penafsiran, ternyata masih mengikuti gaya yang berkembang di Timur Tengah khususnya di Mesir. Meskipun begitu keunikan Tafsīr al-Bayān adalah mencoba mendialogkan antara teks al-Qur‟an dengan kondisi umat Islam saat tafsir ini ditulis. Dengan pola ini, nampaknya Hasbi Ash-Shiddieqy berkeinginan agar tafsir ini dapat mampu memberikan solusi atau respon terhadap permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam di Indonesia. Dari sinilah maka tafsir Tafsīr al-Bayān bisa dimasukkan sebagai katagori tafsir modern di Indonesia
Khazanah Tafsir Nusantara: Telaah atas Tafsīr Al-Bayān Karya TM. Hasbi Ash-Shiddieqy
Tulisan ini ingin memperkenalkan salah satu khazanah tafsir di Nusantara. Walau Indonesia dilihat dari sisi geografisnya jauh dari pusat Islam—dengan tidak mengatakan Islam Indonesia sebagai Islam pinggiran, akan tetapi ulama-ulama dan karya-karya yang muncul ternyata tidak kalah kualitasnya dengan karya-karya yang muncul dibelahan bumi Timur Tengah. Akan tetapi harus diakui bahwa sampai saat ini mainstream Timur Tengah masih melekat dalam karya-karya tafsir yang muncul di Indonesia, termasuk di dalamnya Tafsīr al-Bayān sendiri.
Penerapan metodologi penafsiran, corak tafsir, model atau pola penafsiran, ternyata masih mengikuti gaya yang berkembang di Timur Tengah khususnya di Mesir. Meskipun begitu keunikan Tafsīr al-Bayān adalah mencoba mendialogkan antara teks al-Qur‟an dengan kondisi umat Islam saat tafsir ini ditulis. Dengan pola ini, nampaknya Hasbi Ash-Shiddieqy berkeinginan agar tafsir ini dapat mampu memberikan solusi atau respon terhadap permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam di Indonesia. Dari sinilah maka tafsir Tafsīr al-Bayān bisa dimasukkan sebagai katagori tafsir modern di Indonesia
NASIONALISME TAFSĪR AL-IBRĪZ KARYA BISRI MUSTHOFA
Nasionalisme merupakan salah satu bentuk sikap yang paling nyata
ditampakan dalam berkehidupan, Berbangsa dan bernegara. sikap cinta tanah air,
patriotisme, dan menjaga persatuan dan kesatuan adalah unsur Nasionalisme yang
begitu sangat menjadi penting terlebih lagi tatkala suatu negara ataupun wilayah
dijajah dan juga dihuni oleh para imperialis serta kolonis yang ingin mengeruk
seluruh kekayaan alam para penduduk pribumi. Kemudian KH Bisri Mustofa
yang juga seorang tokoh nasional mempunyai hasrat yang tinggi untuk
membebaskan masyarakat dari pengaruh ketertundukan terhadap para kaum
kolonis, imperalis, atau penjajah, beliau dengan tafsirnya, yaitu Tafsīr al-Ibrīz Li
Ma‟rifati Tafsīr Al-Qur‟ān al-„Azīzi bi-Lugati al-Jawiyyah. Menjelaskan dan
berharap bahwa nilai substantif Nasionalisme yang ada dalam Tafsīr al-Ibrīz
dapat menjadi cambuk semangat perjuangan masyarakat Indonesia dalam
membela hak dan kewajiban mereka.
Dalam Tesis ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian sebagai suatu system. Dengan
kata lain, obyek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling
terkait. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini akan disesuaikan
dengan objek permasalahan yang dikaji dengan mengunakan analisis deskriptif
yang meliputi dua jenis metode. Metode analisis isi (content analysis) dan metode
Sosio-Historis. peneliti juga menyisipkan metode penelitian komparatif dengan
analisis kontrastif, dengan maksud untuk mengetahui pendapat ulama‟ lain dalam
kitab Tafsirnya tentang ayat-ayat yang memeiliki unsur Nasionalisme dalam AlQur‟ān.
Penelitian
ini difokuskan pada bagaimana Tafsīr ayat-ayat Nasionalisme
dalam tafsīr al-Ibrīz karya pemikiran KH Bisri Mustofa dan juga Bagaimana
praktik dan juga implimentasi penafsiran tersebut dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sesuai dengan pendekatan tersebut diatas, dapat peneliti simpulkan
bahwa penafsiran dan penjelasan KH Bisri Mustofa dalam tafsīr al-Ibrīz terdapat
adanya unsur-unsur Nasionalisme, yaitu: patriotisme, cinta tanah air, persetaraan
suku, persatuan dan kesatuan, serta pembebasan. Menurut peneliti, Penafsiran dan
penjelasan sikap Nasionalisme oleh KH Bisri Mustofa ini, bahwa perjuangan
untuk menumbuhkan sikap Nasionalisme tidak melulu hanya berorientasi kepada
fanatisme terhadap cinta kepada bangsa dan negara saja, melainkan karena ibadah
kepada Allah Swt dan juga untuk mencari ridho-Nya. Pemikiran Nasionalisme
KH Bisri Mustofa ini juga selaras dengan penjelasan dan juga penafsiran H.
Muhammad Qurish Shihab dalam tafsīrnya Al-Mishbāh (Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur‟ān), Tafsīr Al Munir karya Syekh Wahbah Az Zuhaili, dan
juga penjelsan dari Syekh Ismail Haqqi Al-Hanafi Al-Khalwathi dalam tafsīrnya
Ruhul Bayān, Nasionalisme yang mengandung perasaan kemanusiaan,
persaudaraan dan kemulyaan serta keutuhan bangsa dan negara demi meraih
kemerdekaan Pengertian ini sangat suitable dengan kondisi bangsa Indonesia
mengingat bangsa ini mempunyai kemajemukan etnis, suku dan bangsa
Eklektisisme Tafsir Indonesia: studi Tafsir al Ibrīz karya Bisri Musthofa
Penelitian ini ingin mengelaborasi metode eklektisisme penafsiranBisri Musthofa dalam karyanya, al-Ibrīz li Ma‘rifat Tafsīr al-Qur’ān al-Azīz. Dalam konteks penafsiran al-Qur’ān, eklektisisme bisa dipahami sebagai pilihan metode-metode yang diterapkan mufasir ketika melakukan proses penafsiran untuk disesuaikan dengan orientasi sang mufasir serta kebutuhan masyarakat yang menjadi tolak ukurnya. Oleh karena karakteristik karya tafsir dalam wacana ilmu tafsir –paling tidak– bisa dilihat dari sumber, metode, dan corak penafsirannya, maka penelitian ini ingin menemukan metode ekletisisme Bisri yang terefleksikan dalam tiga technical term tersebut. Di samping,menemukan faktor yang melatarbelakangi Bisri menulis al-Ibrīz serta pilihan bahasa pengantar karya tafsirnya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan cara penyajian deskriptif dan analitis. Sesuai dengan tujuan tersebut, data primer yang digunakan berasal dari karya Bisri, utamanya al-Ibrīz li Ma‘rifat Tafsīr al-Qur’ān al-Azīzdan data skunder yang berasal dari buku atau artikel yang ditulis orang lain tentang pemikiran Bisri serta data-data pendukung yang relevan dengan penelitianini. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode content analysis dengan pendekatan hermeneutika dan fenomenologi. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam memilih sumber penafsiran, Bisri lebih tertarik mengadopsi kisah sejarah dan isrā’ilīyāt. Dia jarang menggunakan hadīth, pendapat sahabat dan tabi‘īn, kalaupun itu dilakukan, Bisri hanya menjadikannya sebagai legitimasi. Padahal salah satu rujukan Bisri adalah Lubāb al-Ta’wīl fī Ma‘ān al-Tanzil karya al-Khāzin yang di dalamnya dipenuhi dengan riwayat. Selanjutnya, langkah penafsirannya dilakukan dengan tiga tahapan: [1] memberi makna setiap kata dengan makna gandul; [2] melakukan terjemah ayat secara tafsīrīyah; dan [3] memberikan keterangan tambahan dengan term qissah, tanbīh, muhimmah, dan lainnya. Sementara corak tafsirnya diwarnai nilai-nilai budaya Jawa dan kondisi sosial masyarakat Indonesia pada umumnya. Karakteristik al-Ibrīz yang demikian tentu bukan kebetulan tanpa tendensi, mengingat sosok Bisri yang notabene sebagai kiai pesantren, mubalig, organisatoris ormas, dan politikus.Paling tidak ada tiga alasan yang bisa dijadikan argumentasi dalam membaca metode eklektisisme Bisri Musthofa: [1] orientasi Bisri ingin menyuguhkan sebuah penafsiran al-Qur’ān dengan cara yang sederhana, ringan, serta mudah dipahami; [2] spesialisasi keilmuan Bisri bukan di bidang hadīth;[3] kondisi mayoritas umat Islam di Indonesia yang masih dibilang awam tentang kajian tafsir al-Qur’ān
Menerjemahkan firman tuhan: Analisis terjemah Ayat-ayat penciptaan manusia pada Qur’an Karim dan terjemah artinya cetakan UII Yogyakarta
ABSTRAK
Tulisan ini mengkaji salah satu terjemah al-Qur’an yang beredar di Indonesia yaitu Qur’an Karim dan Terjemah Artinya terbitan Universitas Islam Indonesia (UII). Terjemah ini memiliki keistimewaan tersendiri yang tidak bisa ditemukan dalam terjemahan yang sudah beredar saat ini. Alasannya karena terjemahannya berusaha mendekatkan pengertian ayat al-Qur’an sehingga terkadang perlu untuk melepaskan arti harfiah dan mencari padanannya dalam bahasa Indonesia yang mudah dicerna. Penulis mengkhususkan kajiannya pada ayat-ayat penciptaan manusia sebagai tanda bahwa eksistensi manusia saat ini berasal dari “jiwa yang satu” (nafs wāḣidah). Sehingga rumusan masalah yang dibuat yaitu bagaimana metode terjemah dan corak terjemah pada ayat-ayat penciptaan manusia dalam Qur’an Karim dan Terjemah Artinya?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research). Tulisan ini berusaha mengkaji terjemah al-Qur’an dengan memilih Qur’an Karim dan Terjemah Artinya sebagai objek kajian. Sumber data primer difokuskan pada ayat-ayat penciptaan manusia tepatnya surat al-Nisa’:1, al-An’am:98, al-A’raf:189, Luqman:28, dan al-Zumar:6. Sedangkan data skunder berupa buku, kitab tafsir, maupun artikel yang terkait dengan tema penelitian. Kedua sumber data tersebut berbentuk dokumentasi. Penulis menggunakan teknik deskriptif-analitis dalam mengolah data.
Dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa penerjemah menggunakan dua metode terjemahan yaitu terjemah terjemah ḥarfiyyah dan terjemah tafsīriyyah. Hasil terjemahan memliki ciri khas tersendiri karena terjemahannya lebih ditekankan kepada pemahaman kalimat. Maka suatu ayat kadang diterjemahkan dengan kalimat Indonesia yang lebih pendek, terkadang lebih panjang untuk memperjelas pengertian. Adapun corak terjemah yang digunakan dalam menerjemahkan al-Qur’an yaitu corak adabi-ijtima’i dengan pendekatan bahasa. Sehingga penerjemah menggunakan bahasa yang lugas dalam menerjemahkan ayat.
ABSTRACT
This paper examines one of the Quran translations in Indonesia, Qur'an Karim dan Terjemah Artinya published by Indonesia Islamic University (UII). This translation has its own special features that cannot be found in the current translations. The reason is that the translation tries to bring the meaning of the verses of the Quran closer so that sometimes it is necessary to remove the literal meaning and look for an equivalent in Indonesian that is easy to conceive. The author focuses this study on the verses of human creation as a sign that human existence today comes from "one soul" (nafs wāhidah). Therefore the research problem of this study is how the method of translation and the style of translation of the verses of human creation in Qur'an Karim dan Terjemah Artinya?
This study uses a qualitative approach to the type of library research in an attempt to study the Quran translation by selecting Qur'an Karim dan Terjemah Artinya as the object of study. Primary data sources are focused on the verses of human creation, specifically al-Nisa':1, al-An'am:98, al-A'raf:189, Luqman:28, and al-Zumar:6. While secondary data in the form of books, Quran commentary books, and articles related to the research theme. Both data sources are in the form of documentation. The descriptive-analytical techniques are used in processing the data.
From this paper, it can be concluded that the translator uses two translation methods, namely harfiyyah translation and tafsīriyyah translation. The result of the translation has its own characteristics because the translation is more emphasized on understanding the sentence. So a verse is sometimes translated into a shorter Indonesian sentence yet also longer to clarify the meaning in another part. The translation style used in translating the Qur'an is adabi-ijtima'i style with a language approach. Thus the translator uses simple words in translating the verse.
مستخلص البحث
بحثت في هذه الدراسة إحدى ترجمات القرآن المنتشرة في إندونيسيا وهي القرآن الكريم ترجمة معانيها الذي ألفته الجامعة الإسلامية الإندونيسية (UII). هذه الترجمة لها مزية خاصة التي لم توجد في في الترجمات الأخرى التي تم طباعتها حتى الآن. والسبب هو أن الترجمة تحاول تقريب معنى آيات القرآن بحيث يكون من الضروري أحيانًا التخلي عن المعنى الحرفي والبحث عن معادل باللغة الإندونيسية يسهل هضمه. يركّز الباحث على آيات خلقية الإنسان كدليل على أن الوجود الإنساني اليوم يأتي من "نفس واحدة" حتى تكون أسئلة البحث تشمل على أسئلة عن كيفية منهج الترجمة وخاصية الترجمة في آيات خلقية الإنسان في القرآن الكريم وترجمة معانيها؟
يستخدم هذا البحث نهجًا كيفيًّا لنوع البحث المكتبي. هذا البحث يحاول أن يبحث عن ترجمة القرآن باختيار القرآن الكريم وترجمته كموضوع البحث. تتركز مصادر البيانات الأولية على آيات خلقية الإنسان تحديداً في سورة النساء : ١ ثم في سورة الأنعام : ٩٨، ثم في سورة الأعراف : ١٨٩، ثم في سورة لقمان : ٢٨، ثم في سورة الزمر : ٦. وأما البيانات الثانوية تؤخذ من الكتب العلمي، وكتب التفسير، والمقالات تتعلق بموضوع البحث. كلا مصدري البيانات في شكل وثائق. يستخدم الباحث المنهج الوصفي التحليلي في تحليل البيانات.
من هذا البحث،من الممكن أن يأخذ الباحث الاستنتاج أن المترجم يستخدم طريقتين للترجمة، وهما الترجمة الحرفية والترجمة التفسيرية. رأى الباحث أن نتيجة الترجمة لها خصائص خاصة لأن الترجمة يتم التركيز عليها بشكل دقيق على فهم الجملة. لذلك تُترجم الآية أحيانًا إلى جملة إندونيسية أقصر، وفي بعض الأحيان يكون توضيح المعنى أطول. وأما خاصية الترجمة المستخدمة في ترجمة القرآن هو الخاصية الأدبية الاجتماعية مع نهج اللغة. بحيث يستخدم المترجم لغة مباشرة في ترجمة الآية
Analisis manajemen sumber daya manusia berbasis Syariah di RSU Haji Medan
This study aims to analyze the implementation of human resources management in General Hospital (RSU) Haji Medan and analyze Islamic value in the implementation of human resourcees management based on syariah in RSU Haji Medan. This study used descriptive statistical analysis and qualitative analysis conducted in RSU Haji Medan. The data source is obtained from primary and secondary data. Primary obtained from informants and secondary data obtained from books, holy books, magazines and journals relates to this subjects research. Meanwhile, the method of collecting data that writer used is observation techniques and interviews. The results showed that Islamic values appear formally in RSU Haji Medan, has applied Islamic values, especially for Muslim employees. They are required to wear clothing by covering aurat according to the principle of competence. Selection process by asking the aspects of religiosity to candidates, such as Alqur'ān reading, al-Islam education and syari’ah interview. RSU Haji Medan has tried to instill values that work as worship, good deeds and good deeds in service based on faith in the power of Allah SWT in the healing process. However, in reality the RSU Haji Medan labeled "Islamic hospital" is inseparable from various problems, such as the late arrival of a doctor during practice hours, lack of willingness of medical staff and employees to help patients and provide services quickly, lack of good communication between doctors and patients, the limited number of subspecialty nurses and doctors especially subspecialty doctors in obstetrics and gynecology in even all doctors are male so that there are obstacles to the services provided
HAK WARIS ANAK DI LUAR NIKAH: STUDI PEMIKIRAN IBN QAYYIM AL-JAWZIYYAH (691-751 H) DAN RELEVANSINYA TERHADAP PEMBAHARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA
ABSTRAK
Ade Fariz Fahrullah NIM. 32090510022 : Hak Waris Anak Di Luar Nikah: Studi Pemikiran Ibn Qayyim al-Jawziyyaḧ (691-751 H) dan Relevansinya Terhadap Pembaharuan Hukum Keluarga Islam di Indonesia.
Jumhur ulama menyatakan bahwa anak di luar nikah tidak berhak memperoleh harta warisan dari ayah biologisnya karena nasabnya tidak bersambung. Sedangkan Ibn Qayyim al-Jawziyyaḧ (691-751 H) berpendapat bahwa anak di luar nikah berhak memperoleh harta warisan dari ayah biologisnya karena melalui metode qiyās saḥīḥ-nya nasab anak di luar nikah dianggap bersambung kepada ayah biologisnya. Pendapat Ibn Qayyim al-Jawziyyaḧ (691-751 H) tersebut relatif memiliki kesamaan konstruksi pemikiran dengan konsep pembaharuan hukum keluarga Islam di Indonesia yang tercermin dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapat Ibn Qayyim al-Jawziyyaḧ (691-751 H) dan metodologi yang digunakannya dalam menetapkan hak waris anak di luar nikah serta relevansinya terhadap pembaharuan hukum keluarga Islam di Indonesia. Oleh karena penelitian ini bersifat teks, maka dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research) dengan merujuk pada karya-karya Ibn Qayyim al-Jawziyyaḧ (691-751 H) sebagai sumber data utamanya. Ada dua langkah yang dilakukan penulis dalam menganalisis pemikiran Ibn Qayyim al-Jawziyyaḧ (691-751 H), yaitu: Pertama, penulis menampilkan apa adanya pendapatnya tentang hak waris anak di luar nikah sesuai dengan kondisi dan masanya. Kedua, penulis menganalisisnya dengan pendekatan kemalsahatan sesuai dengan konteks kekinian yang dipadukan dengan norma-norma hukum positif yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam ibngkai Pembaharuan Hukum Keluarga Islam. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan: Pertama, anak di luar nikah berhak memperoleh harta warisan dari ayah biologisnya karena nasabnya dianggap bersambung, Kedua, ada tiga langkah metode istinbaṭ yang digunakan Ibn Qayyim al-Jawziyyaḧ (691-751 H) dalam menetapkan hak waris anak di luar nikah, yaitu: al-Nuṣūṣ (dalil sunnah), fatwa tabi’in dan qiyās saḥīḥ. Ketiga, pendapat Ibn Qayyim al-Jawziyaḧ (691-751 H) secara substantif memiliki relevansi hukum dengan konsep pembaharuan hukum keluarga Islam di Indonesia yang tercermin dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 46/PUU-VIII/2010. Penulis berpendapat bahwa pemikiran Ibn Qayyim al-Jawziyyaḧ (691-751 H) dapat dijadikan rujukan bagi para pencari keadilan dan para hakim dalam menetapkan hak waris anak di luar nikah atas harta peninggalan ayah biologisnya sebagai bagian dari salah satu haknya yang harus diberikan, dan sebaliknya ayah biologisnya tidak memiliki hak waris atas harta peninggalan anak di luar nikah tersebut. Pemberian hak tersebut sebagai bentuk hukuman atas kesalahan yang telah dilakukan orangtuanya (ayah biologisnya) yang dianggap telah memberikan aib terhadap anak yang dilahirkan dalam fitrah.
Kata kunci : Hak Waris, Anak Luar Nikah, Ibn Qayyim Al Jawziyyah, Pembaharuan Hukum Islam