576 research outputs found
REPRESENTATION OF JAVANESE MESSIANIC MANIFESTO IN THE DOMAIN OF IMPERIAL LITERATURES
Artikel ini bertujuan untuk melacak dan mendeskripsikan 'representasi
manifesto messianisme Java pada ranah karya-karya sastrakeraton.' Sejak semula,
masyarakat Jawa memiliki ideologi tentang manifesto messianisme sebagai
identitas kultural. Pada ranah politik kerajaan Jawa, sebenarnya ideologi ini
dianggap sebagai wahana orientasi kosmik. Sejak era kerajaan Kediri, masa
kebudayaan Jawa-Kuna (Jawa Hindu-Buddha), hingga era kerajaan Mataram,
masa kebudayaan Jawa-Islam; para 'rakawi' dan 'pujangga' telah mengadopsi,
mengembangkan, mengkristalkan, mereformulasikan, bahkan telah merekayasa
ulang tentang episteme messianik Jawa melalui proses pengimitasian konsep
messianisme Kitab-kitab Suci dari peradaban Semit (Arab) dan Arya (India).
Sebagai bentuk messianisme hibrida yang berpangkal pada 'imitatio Indica-
Islamica', secara literal memang disadap dari kultur Brahmani dan Ibrahimi yang
kemudian mengalami proses reinkamasi dalamepisteme Jawa berkat ekstasinalar
penulis-penulis Jawayangmenjadikan keraton sebagai skriptoria.
Temuan yang berkaitan dengan pengaruh kultur keagamaan manea
tentang manifesto messianisme asing dalam teks-teks tertulis berbahasa Jawa,
mungkin dapat dianalisis melalui karya-karya sastra keraton yang menyuarakan
kronologi profetisme Jawa, seperti Kakawin Bharatayudha, Kakawin Sutasoma,
dan Kitab Primbon QuraisyAdammakna. Dalam sejarah sastra Jawa, karya-karya
sastra yang bersifat messianik, yang digubah oleh para penulis keraton,
kenyataannya telah menciptakan konsep yang tidak berbeda, meskipun mereka
menggunakan istilah-istilah religiositas dari agama Hindu, Buddha, maupun
Islam. Istilah-istilah keagamaan yang melintas batas itu difungsikan untuk
memproklamirkanjati diri dan superioritasMesias Jawa yang tentu saja berbeda
dengan messianismemanca. Dalamkonteks ini, ideologimessianistik Jawa dapat
diidentiflkasi dan direpresentasimelalui dua hal; (1) orientasimessiansime etnik
yang merujuk pada paradigma identitas kultural Jawa, (2) orientasi eskatologi
messianisme Jawa Islam.
Studi ini bertujuan untuk merangkai jaring intelektual keraton sejakmasa
kebudayaan Jawa Kuna hingga Jawa Islam seputar messianisme Jawa: (i)
episteme tentang inkamasi, (ii) konsepMesias Jawa yang bersifat hibrida
Gundah
Abstract
Kekacuanā¦ā¦Bencana menghantamā¦ā¦Kesadisan dan kebengisan kaliyuga menyiksa alam raya dan makhluk penghuni Bumi memperparah keharmonisan alam raya, dengan ikut terseret gelapnya zaman kaliyuga. Gundah ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦, gundah menyikapi kenestapaan pertiwi yang kian merintih.
Melalui dayuan rebab, penata mencoba memeberikan cerminan dalam bahasa musical tentang disharmoni yang telah terjadi era ini. Tema gundah penata bahasakan lewat nada-nada mendayu rebab hasil gesekan penuh inspirasi. Inspirasi menata bait demi bait nada menjadi melodi yang syahdu membentuk sebuah garapan utuh dan memiliki jiwa yang sesuai tema Gundah, Gundah untuk menata pertiwi yang santhi dan jagadhita
Expanding and Refining Christian Interpretations of RÄmÄnuja
In the last century there has been a remarkable expansion of studies of RÄmÄnuja by scholars outside the ÅrÄ«vaiį¹£į¹ava community. This paper concentrates on the contributions of some Christian scholars. Many of the earlier studies focused on RÄmÄnujaās opposition to Åaį¹karaās interpretation of the Vedanta, with Roman Catholic scholars tending to favor Åaį¹kara and Protestant scholars RÄmÄnuja. The Belgian Jesuit Pierre Johanns argued for a Christian reinterpretation of the Vedanta that would merge the truths in the different Hindu schools, giving primary importance to Åaį¹kara, but modifying the Hindu teaching through the distinctive Christian doctrine of ācreation out of nothing.ā Later his fellow Jesuit Richard De Smet reaffirmed the primary value of Åaį¹karaās own genuine teachings for Christian theology. Current studies represented in this issue affirm the positive value for Christian theology of RÄmÄnujaās version of the Vedanta. Christian studies continue to expand their treatment of RÄmÄnuja, examining not just his great commentary on the Vedanta Sutras but also all the other writings that his community ascribes to him. In addition, some scholars are looking at the devotional traditions before and after him, especially the hymns of the Tamil poet-saints, composed before, and the commentaries on those hymns, written in the first centuries after him. Such expansion of Christian interpretation requires greater interpretation among scholars, both Christian and Hindu. Christian learning from another religious position begins with noticing something similar though not the same as that in their own religion. Thus far, in the case of RÄmÄnuja, there is no agreement as to which similarities are more significant and how they relate to some specific version of Christian theology. There may be instances of partial convergence where it is impossible for a Christian either to affirm or deny the truth of RÄmÄnujaās teaching. Here it may be important to recognize what is often considered an aesthetic judgment: appreciation. One example is a later ÅrÄ«vaiį¹£į¹ava estimate of RÄmÄnuja himself, that he fulfilled the āprophecyā of the poet-saint Nammalvar, being the one who initiated the end of our age of darkness and the return of the golden age
Sistem Penanggalan India dalam Perspektif Astronomi Islam
Kalender India ataupun sistem penanggalan India merupakan salah satu kalnder yang unik. Hal ini karena banyaknya daerah-daerah yang mempunyai versi kalender sendiri. Kalender India menggunakan dua sistem penaggalan secara umum, yaitu menurut perhitungan matahari dan menurut perhitungan bulan matahari. Tulisan ini membahas sistem penanggalan India dalam prespektif astronomi Islam. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research). Dalam prespektif astronomi Islam, kalender India belum begitu sesuai karena tidak menggunakan perhitungan menurut pergerakan bulan. Kalender saka bali merupakan salah satu kalender yang perhitungannya mendekati kalender hijriah atau astronomi Islam karena menggunakan perhitungan pergerakan bulan dan juga matahar
- ā¦