926 research outputs found
Identifikasi dan Uji Patogenisitas Colletotrichum spp. dari Cabai Merah (Capsicum annuum): Kasus di Kricaan, Magelang, Jawa Tengah
The investigation of the agent causing diseases is the first step to determine and control the spread of diseases. Anthracnose causing fruit rot on the red pepper in Indonesia that reduces the yield up to 90%. Colletotrichum is reported as the causative fungal agent of anthracnosis on the red pepper. This study aims to determine the type of Colletotrichum spp. pathogenic fungi on the red pepper collected from Agricultural Field Kricaan, Magelang, Central Java. Methods of identification included macroscopic and microscopic characterization and followed by determining the pathogenicity of the pathogenic agent. In this study, Colletotrichum gloeosporioides and C. acutatum are identified as the causative agents of anthracnose in the red pepper collected from the study location. C. acutatum PC3 strain is identified as the most virulent pathogenic agent.
Keywords: anthracnosis, diagnosis, diseases, symptoms, pathoge
Pengujian Dua Belas Jenis Trichoderma Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides) pada Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
Telah dilakukan penelitian uji dua belas jenis Trichoderma untuk mengendalikan penyakit antraknosaColletotrichum gloeosporioides pada pertanaman bawang merah. di Kalimantan Selatan tujuandaripada penelitian ini untuk mengetahui kemampuan 12 jenis Trichoderma spp., dalam menghambatpertumbuhan C. gloeosporioides. Pengujian ini terdiri dari uji antagonis menggunakan mode kulturganda dan uji Trichoderma spp. terhadap pertumbuhan C. gloeosporioides. Penghambatan yang palingtinggi sebesar 23,93 % isolat dari Trichoderma spp. asal Sinar Baru, Rantau Badauh, KalimantanSelatan. dan penghambatannya yang terendah 7,31 % isolat Trichoderma spp. asal Margasari,Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan
Yeast from Epiphyte of Avocadoes to Control Colletotrichum gloesporioides Causing Antrachnose Disease
Anthracnose disease caused by Colletotrichum gloesporioides fungi is an important disease in avocado fruit during storage. An effective, cheap, and non-poisoned control method was required during storage to minimize chemical pesticide residues. This observation was aimed to select yeast with antagonistic ability from avocado epiphyte. Selected yeasts then tested their antagonist ability versus Colletotrichum gloesporioides, the fungi causing anthracnose disease, in vitro. Based on visual observation, microscopically and macroscopically, knowing that there were 3 yeast species isolated from green-long avocado variety i.e.: Candida sp., Filobasidium sp., and Cryptococcus sp., and then from mega gagauan avocado variety i.e.: Pichia sp., Candida sp., Cryptococcus sp., and Metschnikowia sp. The most antagonist yeast was Cryptococcus sp, which isolated from green long avocado.
Keyword: Yeast, antagonist, storage, avocado, anthracnos
Uji daya hambat jamur endofit yang diisoladi dari daun karet klon BPM 1 terhadap jamur patogen Colletotrichum gloeosporioides di laboratorium
Jamur endofit merupakan mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman pada periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metanbolit sekunder. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat jamur endofit pada daun karet terhadap jamur C. gloeosporioides. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap non-faktorial dengan 3 duplikasi dan 3 ulangan. Faktor yang pertama yaitu: Kontrol hanya menggunakan isolat C. gloeosporioides (K0), faktor yang kedua menggunakan klon karet BPM 1 dari kode isolate D1 isolat endofit (D1), faktor yang ketiga menggunakan klon karet BPM 1 dari kode isolat D2 isolat endofit (D2). Jumlah Perlakuan yang digunakan dalam penelitian yaitu 3 perlakuan, 3 duplikasi dan 3 ulangan. Variabel yang diamati adalah luas koloni C. gloesporioides, dan jamur endofit (cm2), serta daya hambat (%). Jamur endofit isolate D2 mampu mencegah pertumbuhan jamur C. gloesporioides lebih luas dibandingkan dengan jamur endofit isolat D1. Daya hambat jamur endofit isolate D2 juga lebih besar dalam menghambat pertumbuhan jamur C. gloesporioides dibandingkan dengan jamur endofit isolat D1
Potential of Pseudomonas sp. (UniSZA-MKB10) and Bacillus spp. (UniSZA-BK3, UniSZA-BK4 and UniSZA-DA) as Biological Control Agent for Controlling Anthracnose Disease of Carica papaya L.
Colletotrichum gleosporioides is known as the causal agent of anthracnose disease of Carica papaya in Malaysia. Economic losses are mostly reported during postharvest where the disease incidence and severity was recorded as 90-98 % and 25-38 % respectively. Colletotrichum sp. were isolated from lesions of infected C. papay that showing the typical anthracnose disease symptoms. Three types of fungal cultures were obtained and identified as Colletotrichum sp., Fusarium sp. and Rhizoctonia sp. One of the fungal obtained that was confirmed to be C. gleosporioides is based on morphological characteristics on PDA and Koch’s Postulate has confirmed C. gleosporioides as causal agent of papaya antracnose disease. The pathogen under study varied in its ability to grow under different environmental conditions. However, isolate preferred temperature range of 20°C to 30°C for the growth on PDA media. C. gloeosporioides isolates grew well at pH values within range of pH 6 to pH 7. Four bacterial strains, UniSZA-MKB10, UniZA-BK4, UniSZA-BK3 and UniSZA-DA, were tested in this study and proved to have antifungal properties against C. gloeosporioides. Dual culture assay, double layer and double plate method were conducted to test their metabolites as well as diffusible and volatiles antibiotic compound of bacteria. Out of four, three bacterial were found to show inhibition ability with MKB10 showed highest percentage of inhibition on radial growth with 62.08 ± 3.64% PIRG as well as produced greater diffusible and volatiles substances that significantly (P<0.05) inhibited the mycelial growth of C. gloeosporioides with PIRG of 85.48 ± 1.53 % and 31.03 ± 2.56 % respectively, and followed by UniSZA-DA. Culture filtrate of BK4 also showed highest significance effect towards inhibition of spore germination where the germ tube produced is the shortest (0.9055 µm)
Identification of seed-borne fungi of farmer-saved seeds of pepper and their control with some selected botanicals
A survey was conducted on the source of planting materials and pre-planting seed treatment practice by pepper farmers in Obenemasi and Ofoase-Kokoben communities in the Ashanti Region of Ghana using a well-structured questionnaire in June, 2011. Seed health test was conducted on 40 farmer-saved pepper seed samples collected from the farmers interviewed using the blotter method in the laboratory. Efficacy of garlic, ginger and neem botanical extracts in managing the seed-borne fungi of pepper seeds was also investigated in this study in-vitro. Results of the questionnaire-based survey indicated that, majority of respondent farmers, about 75% recycled seeds from previous harvest, 20% of respondents also used seeds obtained from friends and 5% obtained their pepper seeds from local markets. Nine genera of fungi including 12 species were identified from the pepper seed samples collected. The three botanical extracts proved effective as Mancozeb in controlling one or more of the test seed-borne fungi. Garlic aqueous extract (60% (w/v)) was effective as Mancozeb in controlling Colletotrichum capsici and Colletotrichum gloesporioides. Ginger aqueous extract (60% (w/v)) was also effective against seed-borne Fusarium and Aspergillus spp. whereas aqueous neem extract (60% (w/v)) was effective in controlling Aspergillus flavus and Aspergillus niger
Kolonisasi Beberapa Jamur Antagonis Pada Akar Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) dan Pengaruhnya Terhadap Penekanan Penyakit Antraknosa yang Disebabkan Oleh Colletotrichum gloeosporioides
Penyakit antraknosa merupakan penyakit penting pada tanaman cabai yang disebabkan oleh Colletotrichum gloesporioides. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jamur antagonis unggul yang mampu mengkolonisasi akar tanaman cabai dan efektif mengendalikan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum gloesporioides. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan dan 4 ulangan. Jamur antagonis yang digunakan yaitu: Trichoderma isolat 1, Trichoderma isolat 2, Trichoderma isolat 3, Trichoderma isolat 4, Paecilomyces isolat 1, Paecilomyces isolat 2, Paecilomyces isolat 3, Paecilomyces isolat 4, dan Aspergilus sp. Aplikasi jamur antagonis dilakukan dengan merendam akar tanaman cabai pada suspensi jamur dan aplikasi jamur patogen dilakukan dengan menyemprotkan suspensi jamur pada buah cabai sampai seluruh permukaannya basah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua jamur antagonis yang diuji mampu mengkolonisasi akar tanaman cabai. Isolat yang terbaik dalam mengkolonisasi dan penekanan penyakit antraknosa adalah Trichoderma isolat 3 yang memiliki kemampuan kolonisasi sebesar 95,83%, persentase buah terserang 18,75% dan intensitas serangan sebesar 20% dan Trichoderma isolat 1 memiliki kemampuan kolonisasi sebesar 91,66%, persentase buah terserang 25,00% dan intensitas serangan sebesar 32,50%
Ketahanan Lapangan Tanaman Karet Klon Irr Seri 100 Terhadap Tiga Patogen Penting Penyakit Gugur Daun
Penyakit gugur daun utama pada tanaman karet di Indonesia disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides, Oidium heveae dan Corynespora cassiicola. Penggunaan klon resisten merupakan metode pengendalian yang efektif dan efisien karena kemampuan tanaman menghambat atau menahan gangguan penyakit tanpa menggunakan fungisida. Rendahnya kerusakan tanaman pada klon resisten adalah sebagai akibat penurunan populasi awal patogen dan laju infeksi patogen. Penelitian dilakukan di kebun Sungei Baleh, PT. Bakrie Sumatera Plantation, Deli Serdang, Sumatera Utara, menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan dan dua belas perlakuan terdiri dari IRR 100, IRR 104, IRR 105, IRR 107, IRR 109, IRR 110, IRR 111, IRR 112, IRR 117, IRR 118, IRR 120 dan RRIC 100 sebagai pembanding (kontrol). Pengamatan intensitas serangan penyakit gugur daun di lapangan dilakukan dengan menentukan secara acak 10 pohon contoh/klon dan dari setiap pohon diambil 10 tangkai daun atau 30 helai daun dari dua sisi yang berlawanan diantara gawangan tanaman. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui resistensi klon IRR seri 100 terhadap tiga patogen utama penyakit gugur pada berbagai tingkat umur tanaman. Hasil penelitian menunjukkan intensitas serangan C. gloesporioides, O. heveae dan C. cassiicola berbeda nyata diantara klon karet IRR seri 100 yang diuji. Intensitas serangan C. gloesporioides berkisar antara 23,55-30,99% sehingga semua klon yang diuji termasuk dalam kategori agak resisten. Intensitas serangan O. heveae antara 13,98-18,66%, klon IRR 100, IRR 104 dan IRR 109 tergolong resisten sedangkan klon lainnya agak resisten. Intensitas serangan C. cassiicola berkisar 0,00-74,00%, klon IRR 100, IRR 104, IRR 105, IRR 110, IRR 111, IRR 112, IRR 117, IRR 118, IRR 120 tergolong resisten sedangkan IRR 107 moderat dan IRR 109 rentan. Dari seluruh klon IRR seri 100 yang diuji, IRR 100 dan IRR 104 memiliki ketahanan yang baik terhadap ketiga patogen penyebab penyakit gugur daun pada karet dengan tingkat resistensi tergolong agak resisten terhadap C. gloesporioides dan resisten terhadap O. Heveae dan C. cassiicola. Diterima : 8 November 2014; Direvisi : 9 Januari 2015; Disetujui : 16 April 2015 How to Cite : Dalimunthe, C. I., Fairuzah, Z., & Daslin, A. (2015). Ketahanan lapangan tanaman karet klon IRR seri 100 terhadap tiga patogen penting penyakit gugur daun. Jurnal Penelitian Karet, 33(1), 35-46. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/16
- …