32,692 research outputs found
Gangguan identitas gender dan orientasi seksual narapidana di lapas wanita klas IIA Malang
INDONESIA:
Proses kehidupan berlangsung sepanjang hayat. Kepribadian dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, nature dan nurture. Perkembangan identitas gender melibatkan kedua faktor tersebut. Terkadang identitas gender terbentuk tidak sesuai dengan identitas seksual (jenis kelamin). Masalah seperti itu dikategorikan sebagai gangguan identitas gender yang mana penderitanya mengalami ketidaksesuaian antara fisik (identitas seksual) dengan jiwanya (identitas gender), secara fisik ia adalah perempuan dengan ciri-ciri seksual primer dan sekunder yang normal, namun mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki dan ingin hidup sebagai seorang laki-laki.Seseorang dengan gangguan identitas gender kebanyakan memiliki orientasi seksual sejenis, meskipun ada juga yang heteroseksual. Penelitian ini dilakukan di Lapas Wanita Klas IIA Malang. Lembaga yang penghuninya homogen (terdiri dari satu jenis kelamin saja), seperti Asrama, pondok pesantren, dan penjara memang rentan terjadi homoseksual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup narapidana dengan kecenderungan gangguan identitas gender dan orientasi seksualnya. Pendekatan yang dipakai adalah kualitatif dengan studi kasus mendalam. Subjek penelitian berjumlah 3 orang narapidana dengan kecenderungan gangguan identitas gender. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara, observasi, dan dokumen pribadi berupa catatan harian subjek. Jika semua data sudah erkumpul maka dilakukan pengkodingan. Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua subjek yang mengalami gangguan identitas gender merasa dirinya laki-laki, ingin hidup sebagai seorang laki-laki dan tertarik secara seksual maupun emosional dengan sesama jenis. Subjek I mengatakan identitas gendernya tidak dapat dirubah menjadi wanita. Sedangkan subjek II dan III merasa bimbang untuk melakukan perubahan, sebenarnya mereka lebih nyaman hidup sebagai transgender. Meskipun para subjek mengatakan bahwa mereka ingin menjadi seperti lawan jenis dan diakui sebagai lawan jenis, namun tidak ada dipikirannya untuk melakukan operasi kelamin atau sekedar mengkonsumsi hormon pria. Jadi pada akhirnya mereka memilih unuk menerima kondisi fisik apa adanya
The Transition of a Transgender Character in The Danish Girl Novel
Penelitian ini membahas fase-fase transisi seorang transgender dalam novel The Danish Girl oleh David Ebershoff melalui karakter utamanya, yaitu Einar Wegener. Data diambil dari narasi dan dialog yang menunjukkan fase-fase transisi dikumpulkan dan dianalisis. Data dianalisis menggunakan Descriptive Analytical Study dan dengan menggunakan teori transgender dari Sally Hines dan teori performativity dari Judith Butler, analisis ini menunjukan bahwa ada empat fase transisi yang dialami oleh Einar Wegener dalam menentukan identitas gender. Fase âfase ini teridiri dari identitas sebelum transisi, Einar, seorang pelukis ternama yang mengalami krisis identitas gender yang membuatnya menjadi seorang cross-dresser, setelah menerima kalau dia memiliki identitas gender yang berbeda dengan identitas gender saat ia lahir, muncul hasrat Einar untuk âkeluarâ. Lalu momen-momen signifikan yang Einar alami selama masa transisi sebelum memutuskan untuk mengubah tubuhnya melalui operasi pengubahan alat kelamin. Terlepas dari fase trassisi, Einar akhirnya memutuskan untuk hidup sesuai dengan identitas gendernya dengan mengekspresikan dirinya dengan menjadi wanita dan menerima dirinya sebagai transgende
REPRESENTASI IDENTITAS ANDROGINI PADA MUSIK VIDEO LIL NAS X - J CHRIST (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)
Identitas androgini merupakan bentuk baru dari ekspresi gender, yang dianggap sebagai simbol kreativitas tanpa batas yang mengkombinasikan sbuah ekspresi maskulin dan feminim dalam satu individu yang sama. Memungkinkan indvidu berekspresi dengan berbagai identitas mereka dan melampaui batasan gender yang konvensional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggambaran identitas androgini dalam sebuah musik video. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes. Musik video "J Christ" single terbaru dari Lil Nas X menjadi objek dalam penelitian ini sekaligus sebagai representasi yang kuat tentang identitas androgini, menunjukkan kemampuannya untuk menginspirasi kreativitas dalam industri digital. Hasil penelitian ini menggambarkan identitas seorang androgini dapat dikenali melalui cara berperilakunya yang meliputi penampilan mulai dari gaya berpakaian dan gesture atau bahasa tubuh meliputi mimik muka, gerakan tubuh, dan cara bicara. Hail penelitian menunjukan representasi identitas androgini dalam video musik ini  berpotensi memiliki dampak signifikan dalam memperluas kesadaran gender dan memfasilitasi inklusivitas dalam lanskap budaya digital
Performativitas dan Komodifikasi Androgini di Media Sosial
Fluiditas media sosial memungkinkan identitas gender yang berseberangan dengan gender konvensional seperti dilakukan Jovi dan Anastasia melalui identitas androgini. Namun demikian, performativitas identitas yang direpresentasikan di media sosial tidak hanya diperuntukkan sebagai ekspresi diri, melainkan juga ada kepentingan lain yang dihadirkan. Berdasarkan hal itu, kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana performativitas identitas androgini Jovi dan Anastasia di Instagram, dan bagaimana peran industri budaya dilibatkan. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis wacana multimodalitas dari Gunther Kress dan Theo van Leeuwen, konsep performativitas Judith Butler, dan konsep representasi diri di media sosial dari Jill Walker Rettberg. Adapun, korpus kajian ini ialah 4 foto yang terdiri dari 1 foto self-portrait dan 1 foto kerja yang masing-masing diunggah oleh Jovi serta Anastasia di akun Instagramnya. Hasil kajian memperlihatkan bahwa performativitas identitas androgini yang dilakukan keduanya bukan semata ekspresi diri, melainkan praktik komodifikasi. Kecenderungan performativitas Jovi dan Anastasia pada satu polar gender juga merupakan bentuk selfbranding yang menjadi bagian dari strategi pemasaran yang dijalanka
Identitas Dakwah Perempuan dengan Techno-Religion
Persoalan yang menjadi fokus dalam tulisan ini adalah, fenomena pembentukan identitas yang dibangun melalui dakwah yang disampaikan perempuan di media sosial, seperti Komunitas Ngaji Kajian Gender (Ustazah Nur Rodiah), Niqab Squad (Indardari dan Dina Nurlina), dan Mumpuni Handayekti. Para ustazah yang paham agama Islam seakan menjadi acuan masyarakat karena pemahamannya dan penguasaan mereka pada ayat-ayat, hadits-hadits, kajian agama, dan tafsir-tafsir yang setiap waktu menjadi konten platfom mereka. Di satu sisi, kemudahan media sosial sebagai salah satu sumber konten dakwah, memicu munculnya âidentitas ustazah milenialâ sebagai semangat kaum perempuan membumikan gerakan dakwah. Di sisi lain, menjadi âagen agamaâ yang memosisikan perempuan sebagai pendakwah masih mendapat stereotip dari lingkungan dominan. Aktivitas dakwah KGI, Niqab Squad, dan Mumpuni Handayekti ini berupaya untuk dikaji melalui pendekatan konsep Technoreligion, Identitas Komunikasi Gender, dan Kritik Feminis Writing Helena Cixous. Penelitian ini menggunakan metode netnografi pada tiga konten dakwah di youtube, instagram, an facebook. Hasil kajian memberikan temuan bahwa secara konsep teknoreligion, media sosial berpotensi memperluas dan menstrukturkan perilaku keagamaan para pendakwah KGI, Niqab Squad dan Mumpuni Handayekti sebagai bagian masyarakat milenial. Khususnya dalam memperoleh pesan dan identitas keagamaan para pendakwah ini secara konsep Identitas Komunikasi Gender, menjelaskan bahwa pembentukan identitas mereka di medsos: KGI (youtube dan instagram), Niqab Squad (youtube, instagram, facebook), dan Mumpuni Handayekti (youtube) dapat ditelusuri melalui karakter I dan Me yang terbangun melalui perilaku mereka atau aktivitas simbolik dengan dengan para madâu (pemirsanya). Dan, dalam perspektif HĂ©lĂšne Cixous menjelaskan bahwa pembentukan identitas âustazah milenialâ mengindikasikan sebuah bangunan seksis dan ideologis: KGI (identitas: kajian kritis dan ilmiah), Niqab Squad (identitas: stylist dan milenial), dan Mumpuni Handayekti (identitas: feminin lokal) diasumsikan memiliki independensi, otentisitas, tranformitas, dan kekuatan sendiri. Meski mereka memiliki keunikan sendiri dan kekuatan yang tak dimiliki maskulin : ketajaman rasa dan bahasa yang berbeda dengan laki-laki (bahasa yang muncul dari media)
IDENTITAS GENDER DALAM CERPEN âLELAKI YANG MENETAS DI TUBUHKUâ KARYA UCU AGUSTIN
Gender dan seks dimaknai sebagai kerangka intelligibilitas dalam kehidupan manusia. Permasalahan akan menyeruak jika jenis kelamin tertentu harus berperan sesuai dengan gender dan seksualitas tertentu, sementara individu yang tidak menaatinya akan dianggap menyimpang dan dikucilkan oleh masyarakat. Inilah yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini, yaitu membongkar identitas gender dalam cerita pendek berjudul Lelaki yang Menetas di Tubuhku Karya Ucu. Konsep tentang gender dan performativitas dari Judith Butler diaplikasikan dalam penelitian ini. Hasil studi menunjukkan proses negosiasi yang dilakukan oleh âakuâ adalah dengan cara memilih jalan hidupnya sendiri dan mengabaikan pendapat serta penilaian orang atas identitasnya.Kata Kunci: Gender, Performativitas, Ketarasingan, Identitas Gender
PENGARUH MEDIA BUSYBOOK DALAM PENGENALAN IDENTITAS GENDER UNTUK ANAK USIA 4-5 TAHUN
Penelitian ini bertujuan apakah media busybook berpengaruhi dalam kemampuan anak untuk memahami pengenalan identitas gender sejak dini. pada anak usia 4-5 tahun di TKQ An-Namlu Palumbonsari Karawang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dan pretest posttest group desaign, menggunakan sampel 8 anak dikelompok A dan menggunakan 8 kali treatment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media Busybook mempengaruhi kemampuan pengenalan identitas gender pada anak usia dini. Media busybook merupakan media yang digunakan dalam proses pengajaran selama peneliti menyampaikan informasi tentang pengenalan identitas gender pada anak usia dini. Dilihat dari jumlah skor rata-rata pada pretest 26,5. dan skor rata-rata pada posttest 48.12 selain itu, seperti dapat dilihat dari temuan tabel T-test sampel berpasangan, nilai T yang dihitung adalah 5.689 dengan sig (0.001) maka dari itu data tersebut disimpulkan bahwa penggunaan media busybook sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengenalan identitas gender pada anak usia 4 sampai 5 tahun
GENDER IDENTITY DISORDER IN LOUISA MAY ALCOTTâS LITTLE WOMEN
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gangguan identitas gender seperti yang dialami oleh Josephine sebagai tokoh utama dalam novel Little Women karangan Louisa May Alcott. Permasalahan pertama yang diangkat adalah pemaparan mengenai gejala-gejala timbulnya sifat transgender pada diri Jo. Permasalah kedua menjelaskan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap munculnya sifat transgender dari Jo. Permasalahan ketiga adaalah mengungkapkan dampak dari sifat transgender yang dialami oleh Jo bagi dirinya dan keluarganya. Untuk menjawab permasalahan pertama, penelitian ini menggunakan penjelasan gejala-gejala transgender oleh Ensiklopedia Kesehatan Anak dan mengungkapkan sifat transgender dari Jo sebagai gangguan identitas gender dengan menggunakan kriteria diagnostik oleh Diagnostik dan Statistik Manual - Edisi 4 (DSM-IV). Permasalahan kedua dijabarkan dengan menggunakan istilah peran gender. Permasalahan yang  terakhir dijabarkan dengan menggunakan teori humanistik oleh Abraham Maslow. Data diambil dari novel Little Women karya Louisa May Alcott adalah dalam bentuk kutipan, frasa, monolog, dialog, dan deskripsi yang menunjukkan sifat transgender dari Jo sebagai gangguan identitas gender. Oleh karena itu, studi kesusastraan berada di bawah payung pendekatan psikologis dan berdasarkan lensa para transgender. Analisis tersebut mengungkapkan sifat transgender  dari Jo sebagai gangguan identitas gender. Gejala-gejala dan faktor sifat transgender dari Jo digambarkan secara jelas. Aktualisasi diri dari Jo muncul sebagai dampak dari menjadi transgender. Teori humanistik oleh Abraham Maslow akan digunakan untuk mengungkapkan aktualisasi diri dari Jo. Kata kunci: gender identity, transgender, masculinity, Diagnostic and Statistical Manual â 4th Edition (DSM-IV), self-actualizatio
PENCARIAN IDENTITAS KAUM LESBIAN DAN GAY DALAM FILM LOFE MY LIFE KARYA SUTRADARA KOJI KAWANO
Nursanti, Agustia. 2014. Pencarian Identitas Kaum Lesbian dan Gay dalamĂÂ Film ĂÂ Love My Life Karya Sutradara Koji Kawano. ĂÂ Program StudiĂÂ S1SastraJepang, Jurusan Bahasa dan Sastra, Fakultas IlmuĂÂ Budaya,UniversitasBrawijaya.Pembimbing: (I) Fitriana Puspita Dewi, M.Si ; (II) Nadya Inda Syartanti, M.SiKata Kunci ĂÂ : Lesbian, Gay, Queer, Film, Masyarakat JepangHomoseksual merupakan masalah serius bagi masyarakat. PerilakuĂÂ homoseksual menjadi gambaran masyarakat Jepang dewasa ini.Pada penelitianĂÂ kali ini, penulis menggunakan sumber data berupa film yang berjudul ĂÂ Love MyĂÂ Life. ĂÂ Film ini juga terfokus pada upaya pencarian identitas seksual para kaumĂÂ lesbian dan gay. ĂÂ Penelitian ini dianalisis menggunakan teori ĂÂ queer oleh Judith Butler.ĂÂ Untuk membantu penulis menganalis film ini, penulis juga menggunakan teoriĂÂ penokohan serta teori Mise en Scene.ĂÂ Hasil penelitian ini menunjukkan bahwapara kaum lesbian dan gay harusĂÂ melalui berbagai proses seperti proses pembentukan, identitas gender yang selaluĂÂ berubah-ubah, tidak ada identitas ĂÂ gender dibalikekspresi ĂÂ gender, mengalamiĂÂ konflik baik dengan diri sendiri maupun dengan masyarakat dalamĂÂ mengekspresikan identitasnya, mendapat perlakuan diskriminasi, dan memilihĂÂ identitas yang sesuai dengan dirinya.ĂÂ ĂÂ Penulisan menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat meneliti film iniĂÂ dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, yaitu dengan alih wahana denganĂÂ tujuan memperkarya apresiasi dalam karya sastra
Model Komunikasi Politik Identitas Partai Solidaritas Indonesia Di Media Sosial Pada Pemilu Legislatif 2019
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi salah satu partai politik baru yang mengikuti Pemilu Legislatif 2019. Kehadiran PSI menjadi perhatian publik karena pesan politiknya yang kontroversi terkait gender dan agama di media sosial. Penelitian ini bertujuan mengetahui model komunikasi politik identitas PSI di media sosial pada Pileg 2019. Dari penelitian ini, disimpulkan komunikator politik PSI menggunakan pesan politik terkait gender dan agama karena kurangnya perhatian parpol pada isu tersebut. Interaksi simbolik dalam penelitian ini tergambar melalui kesamaan berpikir (mind), konsep diri (self), serta bermasyarakat (society) para komunikator politiknya dalam memandang isu gender maupun agama. Sementara kecenderungan politik identitas komunikator politik PSI adalah resistence identity. Sedangkan model komunikasi politik identitas PSI terdapat pada proses penciptaan pesan politik PSI melalui interaksi simbolik antara komunikator yang melahirkan kecenderungan politik identitas, kemudian menciptakan pesan politik yang berkaitan diskriminasi gender maupun politisasi agama yang disalurkan ke media sosial.
 
- âŠ