704 research outputs found

    PENGOLOMPOKAN DATA TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANAGAN HIV/AIDS MENGGUNAKAN K-MEANS BERBASIS MEDIAN DALAM PENENTUAN PUSAT KLASTER

    Get PDF
    Pada tahun 2016, di Indonesia kasus baru infeksi HIV meningkat 33,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Terdapat 69,3% kasus baru infeksi HIV pada kelompok umur 25-49, sementara 63,3% penderita adalah laki-laki. Rasio HIV/AIDS antara laki-laki dan perempuan tercatat pada kisaran 2:1. Salah satu layanan penanggulangan HIV-AIDS dan IMS ialah konseling dan tes HIV (KT HIV).  Berdasarkan berlimpahnya data konseling dan tes, informasi yang tersembunyi dapat diketahui dengan cara melakukan pengolahan terhadap data tersebut sehingga berguna bagi petugas kesehatan. Pengolahan data klien  perlu dilakukan untuk mengetahui informasi penting berupa pengetahuan baru (knowledge discovery) yakni berupa pengelompokan data  atau klaster data tingkat partisipasi masyarakat dalam penanggulangan HIV AIDS . Metode yang digunakan dalam pengolahan data di penelitian  ini adalah K-Means dengan berbasis perhitungan  median dalam penentuan pusat klaster, penggunaan median adalah untuk meningkatkan kinerja K-means dalam penentuan pusat klaster sehinggna memperoleh hasil data pengelompokan lebih baik.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses klaster K-Means yang menggunakan penentuan pusat klaster berbasis median menghasilkan nilai evaluasi DBI 0,5857 sedangkan proses klaster K-Means tanpa penentuan pusat klaster berbasis median bernilai evaluasi DBI -0,647. Menurut teori konsep DBI, DBI tersebut menginginkan nilai (non-negatif >=0) sekecil mungkin untuk menilai baiknya klaster yang didapat. Dengan demikian berdasarkan hasil evaluasi DBI pada proses K-means menggunakan penentuan pusat klaster awal berbasis median lebih baik  dari pada proses perhitungan K-Means tanpa menggunakan penentuan awal klaster berbasis media

    Pengembangan Multimedia Tutorial Materi Sistem Gerak Tubuh Manusia Untuk Memfasilitasi Siswa Belajar Di Rumah

    Get PDF
    Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk multimedia tutorial IPA sistem gerak tubuh manusia yang layak atau valid dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development). Ada (lima) tahapan pengembangan produk yaitu Assessment/Analisis, Design, development, implementation, dan Evaluation. Hasil validasi ahli media didapat presentase 98,75% dan validasi ahli materi didapat presentase 98,75%. Sedangkan uji validasi siswa di dapat presentase 97,5% sehingga diperoleh hasil bahwa multimedia tutorial valid atau layak. Maka dapat disimpulkan bahwa multimedia tutorial ini dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran klasikal maupun individual.Abstract: The purpose of this research is to produce a multimedia product tutorial Natural sciences human body mobility system that is decent or valid in improving student learning outcomes. This research is included in research and development. There are (five) stages of product development namely Assessment/analysis, design, development, implementation, and Evaluation. The validation results of the media experts gained a percentage of 98.75% and the validation of material experts acquired a percentage of 98.75%. While the validation test students in can percentage 97.5% so that the results obtained that multimedia tutorial is valid or feasible. Then it can be concluded that the multimedia tutorial can be used as a learning media by teachers and students in the process of classical and individual learning

    Menimbang Peran Pendidikan di Sekolah sebagai Wahana Pembentukan Karakter Siswa

    Get PDF
    Globalisasi dan kemajuan Ipteks pada abad ke XXI, menjadi pilihan dan kesadaran kolektif bangsa-bangsa di dunia dalam menjawab problematika kehidupan masyarakatnya. Sebagai entitas kehidupan, globalisasi dan kemajuan Ipteks tidaklah value free, seperangkat nilai yang menyertainya termasuk nilai materialis-pragmatis telah mendorong terjadinya perubahan sosial yang cepat, mengempur seluruh sistem nilai dan pranata sosial yang selama ini menjadi pondasi bangunan peradaban masyarakat-bangsa di dunia termasuk Indonesia. Bagaikan gelombang tsunami, nilai-nilai materialis-pragmatis itu meransek cepat milibas bangunan sistem nilai, norma dan moral masyarakat pada seluruh aspek kehidupan sampai pada benteng terakhirnya bernama pendidikan berbasis nilai bahkan pendidikan agama. Hal ini ditandai dengan ketidak mampuan kedua program pendidikan tersebut dalam membentengi anak didik dengan watak dan karakter yang kuat mendasarkan pada nilai-nilai kebangsaan serta agama yang ada. Kecenderungan itu bisa kita simak dari beredarnya informasi, berita, atau kasus yang termuat di media cetak, media elektronik, media sosial, serta realitas di sekitar kita, tentang fenomena degradasi moral yang sangat memprihatinkan. Kecenderungan itu diantaranya : Pertama, maraknya berbagai kasus pelanggaran hukum (mafia, kartel, korupsi, pembunuhan, perampokan, penculikan, dll) dan moral (KDRT, pelecehan seksual, pemerkoasaan, dll) yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat (elite politik, penegak hukum, birokrat, agamawan, pendidik-akademisi, profesional, pengusaha, masyarakat umum, tetapi juga remaja dan anak-anak) di perkotaan sampai pelosok desa; Kedua, menggejalanya tindakan apatis, pemalas, penghasut, pencaci, pemarah, pendendam, dan munculnya tindakan anarchisme lainnya yang melibatkan berbagai komunitas di kota maupun pedesaan atas berbagai permasalahan individu, masyarakat, bangsa maupun negara. Semuanya datang silih berganti, seakan mengubur memori kita akan kehidupan masyarakat yang aman, tentram, dan damai diliputi nilai luhur, norma dan moral yang tinggi dari masyarakatny

    PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BOLDING “BOLA BERGELINDING” PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA 8 SUBTEMA 1 MATERI NEGARA ASEAN KELAS VI SEKOLAH DASAR

    Get PDF
    Based on a needs analysis carried out by the author through observations and interviews with class VI teachers and students at SD Negeri 2 Panggul, they found a problem, namely the lack of learning media that suited the students' characteristics. The teacher's learning process still uses the lecture method and does not use learning media. Under these conditions, students experience difficulty in understanding the material being studied and cannot be accepted well. Therefore, class VI students hope that there will be learning media that is easy to understand and able to provide an understanding of ASEAN country material This research uses the steps contained in the ADDIE model (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation. This research data is in the form of needs analysis results, validation results from material experts and media experts, and user response results including students and teachers. Collection techniques The data used were observation, interviews, questionnaires and documentation. The subjects of this research were class VI students at SDN 2 Panggul. The results of the media expert validation test got a score percentage of 87%, and for the material validation test they got a score percentage of 71%. Meanwhile, the results from student user responses reached 85%. Meanwhile, the results from teacher user responses reached 84%. Based on the results of this research, it can be concluded that the rolling ball media shows valid criteria and can be used in the thematic learning process for theme 8 subtheme 1 material on ASEAN countries in grade VI elementary school

    MEMBANGUN KEWARGANEGARAAN DIGITAL DALAM DUNIA POLITIK

    Get PDF
    Sebagaimana terjadi pada banyak negara lain di dunia, dalam satu dekade terakhir penggunaan media sosial untuk berbagai kepentingan begitu popular di Indonesia, mulai dari kepentingan ekonomi, sosial, pendidikan, termasuk politik. Pada saat awal kemunculannya, penggunaan media sosial lebih dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan interaksi pribadi, tetapi dalam waktu yang tidak terlalu lama banyak orang pada berbagai negara di dunia menyadari arti pentingnya penggunaan media sosial untuk tujuan politik [1]. Seperti bagaimana media sosial telah berkontribusi atas kemenangan Barack Obama sebagai Presiden AS, juga menjadi pemicu gelombang Arab Spring dari Tunisia, menyebar ke Libya, Mesir, Yaman, Suriah, dan Bahrain. Karenanya media sosial kemudian menjadi strategi prioritas dalam banyak kontestasi politik mulai dari pemasaran politik, kampanye politik, interaksi politik antara calon dengan pemilih, pemilihan politik, sampai dengan partisipasi politik. Di Indonesia sendiri, penggunaan media sosial untuk membangun komunikasi politik, kampanye politik, interaksi politik, dan diskusi politik oleh partai pengusung, para calon, dan pemilih begitu terasa menyatu dalam kontestasi politik baik pada Pilpres 2019 maupun Pilkada Serentak 2020 termasuk dalam Pemilihan Bupati Ponorogo yang lalu. Di Ponorogo misalnya, jelang pilkada serentak sebagaimana dimaksud disamping facebook, masingmasing warga tidak kurang memiliki 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) goup WA aktif yang untuk berkampanye dan mendiskusikan berbagai isu politik sekitar kontestasi politik tersebut. Bagi para calon dan partai pengusung, pilihan media sosial disamping karena jaringannya yang luas, mudah diakses, dan cepat, juga dipandang sebagai salah satu cara literasi politik yang efektif dalam memperkenalkan calon untuk membentuk persepsi dan mempengaruhi pilihan politik masyarakat

    IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN POLITIK KEWARGAAN

    Get PDF

    REALITAS PENDIDIKAN NILAI DI LINGKUNGAN KELUARGA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT

    Get PDF
    Demoralization and dehumanization phenomenon that is  happening has urged the crisis of values and morals in this country. Tactics of corruption, collusion, nepotism, murder, fights, abuse, fraud, bribery, fraud, mafia law, the realtor case and the crisis of moral values and the other is one of the markers. Not only external factors, but also internal factors named education of moral and values whether in the family, school or society is believed to be the main cause. Nowadays, the existence of educational value in these three sectors is being hit by the crisis and urged to be studied and restored its roles. The family must not only become a symbol of attachment members, but also it must take the first and main role of parents as primary members to do the transformation and moral values to their children. Meanwhile, the school is more than just the pursuit of academic achievement targets and it is also required to design its overall program that integrated with the education of moral values needed by the children. The society, certainly expected to be a great home for the growth and development of value system as the support and orientation of values and morals by its members including the children. For these reasons, through government regulation and policy are expected to take a role in guiding and heading the process of transformation and moral values in the three education sectors. Furthermore, the elite and stakeholders of educational value such as parents, teachers, and leaders are expected to provide good examples and role models, as one of practical form in providing comprehension, guidance, and awareness within the framework of exsited morals and values

    How Self Efficacy in Mathematic Based on Gender Perspective?

    Get PDF
    This study aims to determine whether there are differences in self efficacy between middle school male and female students in Mathematics. This research is a quantitative study to find out the level of self efficacy in 108 male students and 118 female students of class VIII middle school, using a self efficacy questionnaire consisting of reasoned statement items with a reliability value of 0.844. The analysis showed that the average self efficacy in mathematics learning for male students was 92.77 and for women 90.27 of the maximum value of 120, was in the high category. This shows that most male and female students have great confidence in solving mathematical problems. Therefore, it can be said that there is no significant difference in mathematical self efficacy between male and female students

    Implementasi Penilaian Autentik Dalam Kurikulum 2013

    Get PDF
    Abtract: This study aims to describe the implementation of authentic assessment in the 2013 curriculum at junior high level in both public and private schools. The research method used is descriptive qualitative approach. Based on the results of research that has been done, the researcher obtained overall data on the three aspects of assessment that teachers already understood the theory of authentic assessment. The teachers also comprehended the authentic assessment and how to plan authentic assessment well. However, there were some teachers who only did what they could do without adhering to the rules which applied to authentic assessment. The teachers mentioned that there were many obstacles encountered in the process of implementing authentic assessment, one of which was the large number of students that resulted in the process of taking scores on aspects of attitudes and skills only on the surface. Therefore, teachers need to carefully interpret the rules in carrying out authentic assessments covering in the aspects of attitude, knowledge, and skills.Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi penilaian autentik dalam kurikulum 2013 pada jenjang SMP baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan didapatkan data secara keseluruhan pada ketiga aspek penilaian bahwa pengajar sudah mengetahui secara teori tentang penilaian autentik, para pengajar juga memahami dengan baik penilaian autentik beserta cara merencanakan penilaian autentik hingga pelaksanaannya. Tetapi masih ada beberapa pengajar yang dalam proses perencanaan dan pelaksanaan hanya melakukan seadanya tanpa mematuhi rambu-rambu yang berlaku pada penilaian autentik. Para pengajar juga mengatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam proses implementasi penilaian autentik, salah satunya adalah banyaknya jumlah anak didik sehingga proses pengambilan nilai pada aspek sikap dan keterampilan hanya seadanya. Oleh karena itu, para pengajar perlu memperhatikan dengan seksama rambu-rambu dalam melaksanakan penilaian autentik baik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
    corecore