41 research outputs found
The Performance of Mangrove (Rhizophora apiculata) Leaf Extract to Treat Vibriosis (Vibrio harveyi) in Mud Crab (Scylla serrata)
Mud crabs (Scylla serrata) is one of the most economic crabs in Central Java. However, mortality was reached
80% during fattening due to bacterial infection. Meantime, mangrove leaf contain bacteriostatic and bactericidal
such as saponin, flavonoid, tanin, alkaloid, steroid, terpenoid and phenol that might effective to control bacterial
infection. This study was carried out to observe the performance of mangrove leaf extract to treat vibriosis
in mud crabs at various concentration in vitro and in vivo. In vitro study demonstrated that mangrove leaf
extract at concentration of 300 mg/l to 900 mg/l were able to prevent Vibrio harveyi growth and formed clear
ring between 11.37–13.67 mm. Forty eight mud crabs at body weight of 4011±253 g were injected with
a bacterial V. harveyi at density of 106 CFU/ml in between the leg join. Then immersed into mangrove leaf
extract at concentration of 0 mg/l, 300 mg/l, 600 mg/l, 900 mg/l for 30 minutes. Post injection of bacterial Vibrio
crabs showed clinical signs such as wide apart of swimming and walking legs, blackened carapace, white spots,
and red spots. Immersion of mangrove leaf extract post injection could improved survival rate, healing and
histopathological features of experimental crabs. Therefore, it can be concluded that the use of mangrove leaf
extract at 900 mg/l demonstrated best survival rate, histopathological feature and recovery after 14 days post
infection
THE CHANGE OF MANGROVE COVERAGE IN SEGARAANAKAN LAGOON OF CILACAP – CENTRAL JAVA
Mangrove ecosystem play san important role in coastal area. In several region mangrove coverage had decreased caused by various factors such as landuse change, erosion and sedimentation. Mangrove ecosystem in Segara Anakan Lagoon had decreased and damaged as well. The current work aimed to analyze the change of mangrove coverage in Segara Anakan Lagoon. A remote sensing analysis was conducted to deployeight years of satellite imagery data from 2002 to 2009. Analysis method included NDVI algorythm map processing which was associated with vegetation coverage in the area of interest. The results show that mangrove coverage in Segara Anakan Lagoon had decreased from 9,163.19 ha in 2002 to 8,433 ha in 2003, 7,764 ha in 2004, 7,252.72 ha in 2005 and 6,213.80 ha in 2006 respectvely. Further decrease occured in 2007 to 5,767.16 ha, 4,987 ha in 2008 and finally to 4,267.13 ha in 2009. Mangrove coverage is decreased approximately 677 ha each year. This decrease might be caused by several factors such as conversion of mangrove coverage to other utilization such as farming, housing and ponds, and high sedimentation rate from Citanduy river. These results suggest that management of mangrove area is needed to support coastal resources sustainability in Cilacap. Therefore, replantation andconservation of mangrove area could be applied for management purposes
BENEFITS OF MANGROVE MANAGEMENT FOR PRAWN FISHING AND TIMBER PRODUCTION
Integrated fisheries resource management is absolutely needed to achieve optimal result and sustainable utilization. This research aims to analyze the benefit of mangrove forest management for prawn fishing and mangrove timber production in Segara Anakan, southern coast of Central Java. The information concerning mangrove coverage changes was achieved from a satellite imagery (Landsat) from 2002 to 2009, while prawn resources stock assessment was analyzed through production surplus method and economic analysis of prawn fishing. The results show that the condition of mangrove ecosystem in Segara Anakan since 2002 to 2009 had been decreasing with average decrease rate of 10,28% each year which caused to prawn abundance. Utilization of mangrove wood inwhich aged above 20 years would give more benefit to prawn fishing and timber production. The additional economic value for prawn fishing was approximately 3,964 times of cropped woods. Prawn fisheries resource management in Cilacap coastal waters could be done by management of fishing effort and rehabilitation of mangrove forest in Cilacap region and surrounding areas as well especially in Segara Anakan Lagoon
Pengaruh ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava var. pyrifera) sebagai anestesi pada transportasi calon induk ikan nila (Oreocromis niloticus) dengan kepadatan berbeda
Transportasi calon induk ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup merupakan salah satu kegiatan penting dalam menunjang kegiatan pembenihan ikan nila. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh ekstrak daun jambu biji (P. Guajava Var. Pyrifera) sebagai anestesi dalam transportasi pada calon induk ikan nila dengan kepadatan yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan terdiri dari calon induk ikan nila dengan bobot rata-rata 150±56 g diberi anestesi ekstrak daun jambu biji dengan dosis 0,2 g/mL dan di packing dengan sistem transportasi basah tertutup dengan kepadatan berbeda: A (15 ekor/10 L), B (20 ekor/10 L), C (25 ekor/10 L) dan E (30/10 L ekor). Parameter yang diamati meliputi masa induksi, masa sedatif, kelulushidupan (SR) dan kualitas air: suhu, pH, dan Dissolved Oxygen (DO). Berdasarkan hasil yang diperoleh, penggunaan ekstrak daun jambu biji dosis 0,2 g/mL sebagai bahan anestesi dengan kepadatan berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap masa induksi, masa sedatif dan kelulushidupan calon induk ikan nila. Waktu induksi tercepat terdapat pada perlakuan D (ekstrak daun jambu biji dengan kepadatan 30 ekor/10 L) dengan masa induksi selama 7,33±0,21 menit. Hasil masa sedatif perlakuan D (ekstrak daun jambu biji dengan 30 ekor/10 L) dengan waktu 2,17±0,20 menit, dan kelulushidupan terbaik terdapat pada perlakuan B (dosis ekstrak daun jambu biji dengan kepadatan 20 ekor /10L) dengan nilai 91.33±1.53%. Kata kunci: anestesi, induk, kelulushidupan, pengangkutan, tilapi
ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI SERANGAN Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SECARA INTENSIF DI KABUPATEN KENDAL
Budidaya udang vannamei secara intensif di Kabupaten Kendal mengalami perkembangan
sejak tahun 2006 dan telah memberi kontribusi terhadap peningkatan produksi. Masalah
yang timbul dalam budidaya udang adalah penyakit. Salah satu penyakit yang
menimbulkan dampak kerugian secara ekonomi adalah serangan Infectious Myo Necrosis
Virus (IMNV) yang menimbulkan mortalitas 40 – 70 %. Berbagai faktor risiko merupakan
faktor yang dapat yang mempengaruhi terjadinya infeksi virus pada udang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
serangan Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) pada budidaya udang vannamei
(Litopenaeus vannamei) secara intensif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian eksploratif konfirmatori. Variabel bebas (independent) penelitian yang
diduga sebagai faktor risiko adalah kontruksi tambak, asal benih, sumber sumber air pasok,
jarak dari wilayah outbrake IMNVdan penerapan biosecurity. Data yang diperoleh akan
dianalisa dengan regressi logistik. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa variablevariabel
yang merupakan faktor risiko dalam penelitian ini model persamaan regressi
diperoleh P=(Y=1/x)= -214,398 + 15,026 konstruksi tambak -10,291 asal benih + 210,551
sumber air pasok + 0,36 jarak outbrake – 20,510 biosecurity. Ada tiga faktor risiko yaitu
konstruksi tambak, sumber air pasok dan jarak dari wilayah outbrake, yang erat
berhubungan dengan terjadinya serangan IMNV ke dalam tambak. Sedangkan secara
sendiri-sendiri, masing-masing faktor risiko tidak berpengaruh terhadap terjadinya
serangan IMNV ke dalam tamba
Pengaruh ekstrak sereh (Cymbopogon citratus) pada sistem transportasi tertutup terhadap glukosa darah dan kelulushidupan benih bandeng (Chanos chanos)
Semakin meningkatnya permintaan pasar untuk ikan hidup terutama ikan bandeng (Chanos chanos), maka dibutuhkan penanganan untuk menjamin kelulushidupan dan menjaga tahapan produksi tidak terganggu aman sampai tujuan. Dalam memenuhi permintaan tersebut, pembudidaya ikan menggunakan transportasi dengan sistem tertutup untuk pengiriman yang memiliki jarak tempuh yang jauh. Anestesi ikan dengan ekstrak sereh dalam transportasi sistem tertutup belum pernah diujicobakan pada benih bandeng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis terbaik ekstrak sereh untuk pembiusan benih bandeng dengan transportasi sistem tertutup. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2022 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau, Jepara. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 3 kali ulangan dengan dosis esktrak sereh yaitu A (kontrol), B (0,025 ml/L), C (0,05 ml/L) dan D (0,075 ml/L) di transportasikan dengan lama waktu 8 jam dengan simulasi buatan. Ikan uji yang digunakan adalah benih bandeng dengan panjang 7-15 cm. Bahan uji menggunakan ekstrak sereh dengan kepadatan ikan setiap kantong 10 ekor/liter. Parameter pengamatan adalah tingkah laku ikan selama pembiusan, lama waktu pemingsanan dan penyadaran, glukosa darah, kelulushidupan dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak sereh berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap lama waktu pemingsanan dan lama waktu penyadaran, namun tidak berpengaruh nyata terhadap frekuensi bukaan operkulum, glukosa darah dan kelulushidupan. Dosis ekstrak sereh yang menghasilkan kelulushidupan rata-rata 90,00% pada perlakuan C dengan dosis 0,05%
Pengaruh perendaman ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap daya tetas telur ikan bandeng (Chanos chanos)
Ikan bandeng termasuk komoditas penting karena memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, rasa yang enak, harga terjangkau dan dapat dibudidayakan secara polikultur sehingga banyak yang melakukan budidaya ikan bandeng. Penetasan telur pada produksi nener penting dilakukan karena untuk menunjang ketersediaan benih ikan bandeng. Pemberian ekstrak daun pepaya pada telur ikan bandeng dapat mencegah timbulnya jamur, bakteri dan penyakit yang menempel pada telur ikan bandeng sehingga daya tetas telur ikan bandeng dapat meningkat, selain itu penggunaan daun pepaya juga tidak mengakibatkan residu terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis terbaik ekstrak daun pepaya terhadap daya tetas telur dan tingkat kelulushidupan larva ikan bandeng.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Maret – 13 April 2021 di Hatchery Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau, Jepara, Jawa Tengah. Bahan uji yang digunakan adalah daun pepaya, etanol dan telur ikan bandeng yang berasal dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing 3 ulangan dengan dosis perendaman ekstrak daun pepaya yang berbeda. Perlakuan A (tanpa pemberian ekstrak daun pepaya), B (perendaman telur dengan konsentrasi 2 ml), C (perendaman telur dengan konsentrasi 4 ml) dan D (perendaman telur dengan konsentrasi 6 ml). Waktu perendaman adalah 5 menit Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perendaman telur dengan ekstrak daun pepaya terhadap daya tetas telur dan kelulushidupan larva ikan bandeng berpegaruh nyata (P<0,05) terhadap HR dan SR. Dosis terbaik perendaman telur dengan ekstrak daun pepaya terhadap daya tetas telur dan kelulushidupan larva ikan bandeng adalah 4 ml (perlakuan C) yang menghasilkan HR (84.88±1.03) % dan SR (82.86±2.34) %.Kata kunci : ekstrak daun pepaya; daya tetas; kelulushidupan; Chanos chanos
The Performance of Mangrove Leaf Extract (Sonneratiaalba) in Combating Bacterial Associated with Ice–Ice Disease of Seaweed (Kappaphycusalvarezii)
The outbreaks of ice–ice disease since 1999 at various seaweed culture in Indonesia were still very high with
significant losses. Moreover, very scanty of the research on the cause and control methods has been developed.
Meanwhile, Mangrove leaf extract (Sonneratiaalba) contained bacteriostatic that might potentially effective to
combat a such disease. This research was aimed to demonstrate the performance of mangrove leaf extract
to control bacteria causing ice–ice disease. Mangrove leaf (S. alba) was extracted by methanol. Nine bacterial
collection from the ice–ice were then in vitro-exposed to mangrove extract at concentration of 2500, 5000 and
10,000 mg/l respectively. Research results demonstrated that mangrove leaf extract at all concentrations tested
were able to prevent the growth of 9 bacterial strains associated with ice–ice disease. The diameter of clear zone
was between 7.47 and 16.17 mm after 24 hours incubation. Thus, it can be concluded that alkaloid, saponin,
tannin, triterpenoid/steroid, and flavonoid in the mangrove leaf at concentration as low as 2500 mg/l was able
to prevent the growth of 9 bacterial associated with ice–ice disease
PENGANTAR PARASIT DAN PENYAKIT IKAN
“ BUKU PENGANTAR PARASIT DAN PENYAKIT IKAN” ini berisi informasi meliputi jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh Parasit, Bakteri, Jamur maupun Virus yang menyerang ikan bersirip (Fin Fish). Pada buku ini dijelaskan mengenai jenis organisme penyebab penyakit, gejala klinis yang timbul yang disertai dengan foto dan gambar terjadinya serangan penyakit yang disebabkan oleh serangan parasit, bakteri, jamur maupun virus. Penyakit yang di jelaskan pada buku ini sebagian besar merupakan penyakit pada ikan bersirip (Fin Fish Disease) yang berada pada daerah tropis namun ada beberapa jenis penyakit yang berasal dari iklim subtropis.
Penyakit parasiter yang dijelaskan pada buku ini meliputi parasit pada ikan air tawar, Ektoparasit pada ikan laut dan Endoparasit pada ikan air tawar. Penyakit bakterial pada buku ini menjelaskan mengenai seluk beluk dari 16 jenis penyakit bakterial yang sering menjangkiti kultivan budidaya diantaranya adalah vibriosis, Psedomonas, penyakit cacar, penyakit ginjal dan sebagainya, pada buku ini juga dijelaskan menegnai 6 jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur. Untuk penyakit virus pada buku ini menjelaskan mengenai 11 jenis virus yang sering menyerang ikan air tawar maupun laut dan diantaranya adalah Nervous Necrosis Virus (VNN), KOI Herpes Virus (KHV), Grouper Iridovirus Disease (GIV) dan sebagainya. Penyakit virus yang dipaparkan pada buku ini merupakan penyakit virus yang sering menimbulkan kerugian yang disebabkan oleh kematian masal yang terjadi
PENGARUH PENAMBAHAN DAUN KIRINYUH (Eupatorium odoratum) PADA MEDIA PEMELIHARAAN TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIINFEKSI BAKTERI Staphylococcus sp.
Intensifikasi budidaya ikan nila dapat menyebabkan serangan penyakit bakteri seperti Staphylococcus sp. yang dapat menurunkan produksi. Berbagai upaya pencegahan dan pengobatan telah dilakukan salah satunya dengan pemberian antibiotik yang tidak terkontrol sehingga dapat mendorong terjadinya perkembangan resistensi dan mencemari lingkungan. Daun kirinyuh (Eupatorium odoratum) merupakan bahan alami sebagai alternatif pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun kirinyuh terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila serta mengetahui dosis terbaik untuk mengobati ikan nila yang diinfeksi bakteri Staphylococcus sp. Ikan nila yang digunakan sebanyak 120 ekor dengan ukuran 6 – 8 cm, kemudian disuntik bakteri Staphylococcus sp. dengan kepadatan 106 CFU/mL secara intramuskular. Selanjutnya dilakukan pengobatan menggunakan metode short bathing selama 8 menit. Ikan uji yang diinfeksi muncul gejala klinis yaitu luka, pendarahan, warna tubuh memudar, mata membesar dan geripis pada sirip. Penggunaan ekstrak daun kirinyuh berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kelulushidupan ikan nila yang diinfeksi bakteri Staphylococcus sp. Nilai rerata kelulushidupan tertinggi hingga terendah berturut-turut yaitu perlakuan D (46,67%±5,77), perlakuan C (33,33%±5,77), perlakuan B (30,00%±10,00), dan perlakuan A (13,33%±5,77). Terjadi pertumbuhan bobot berat ikan nila yang rendah pada tiap perlakuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perendaman ekstrak daun kirinyuh 3.000 ppm (perlakuan D) selama 8 menit merupakan dosis terbaik dalam mengobati ikan nila yang diinfeksi bakteri Staphylococcus sp.
Kata kunci: Oreochromis niloticus, Eupatorium odoratum, Staphylococcus sp., Kelulushidupan