41 research outputs found

    PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI) PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN DI KELURAHAN LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN, KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Selama ini banyak pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang terlalu dini bagi bayi danberakibat anak diare, produksi ASI berkurang, karena anak sudah kenyang dan jarang menyusui, sertadapat menimbulkan alergi dikemudian hari karena usus bayi masih mudah dilalui oleh protein asing.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia pemberian makanan pendamping ASIpertama kali dengan status gizi batita, menganalisis hubungan antara frekuensi pemberian MPASI denganstatus gizi batita, menganalisis hubungan antara kesesuaian jenis MPASI terhadap umur dengan statusgizi batita dan mengalisis hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan status gizi batita. Metodepenelitian menggunakan studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan crosssectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak usia 1-2 tahun yang berkunjung ke PosyanduKelurahan Lamper Tengah, kota Semarang, dengan jumlah sampel sebanyak 60 anak yang menggunakanmetode purpose random sampling. Data yang didapatkan antara lain tinggi dan berat badan anak, umuranak, dan pemberian MPASI yang meliputi usia pemberian MPASI, frekuensi pemberian MPASI,kesesuaian jenis MPASI terhadap perkembangan umur dan frekuensi pemberian ASI. Data yangdianalisis menggunakan statistik non parametrik, dengan menganalisis bubungan antar variabel denganuji korelasi spearman dan analisis uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubunganantara usia pertama pemberian MPASI dengan status gizi pada indek BB/U dan TB/U, terdapat hubunganantara frekuensi pemberian MPASI dengan status gizi pada indek BB/U dan TB/U, tidak ada hibunganantara frekuensi pemberian ASI dengan status gizi pada indek BB/U dan terdapat hubungan antarakesuaian MPASI dengan umur dengan status gizi pada indek BB/U dan TB/U. Dengan demikian perluadanya penyuluhan terhadap ibu melalui posyandu tentang pola pemberian makanan pada bayi,khususnya kapan bayi dapat diberi MPASI, serta bagaimana pemberian MPASI yang benar, antara lainjenis-jenis MPASI yang disesuaikan dengan perkembangan umur, cara pemberian MPASI, dan porsipemberian MPASI.Kata Kunci: Makanan, pendampng, asi, anak, batita, status giz

    Efek Ekstrak Buah Kersen (Muntingia Calabura) terhadap Jumlah Sel Epitel Bersilia Bronkus pada Tikus Wistar yang Dipapar Asap Rokok.

    Get PDF
    Latar Belakang: Asap rokok menyebabkan stress oksidatif dan memicu  aktifitas Epidermal Growth Factor Receptor (EFGR)pada sel epitel bronkial, sehingga menyebabkan hiperplasia dan peningkatan jumlah sel epitel tersebut.  Buah kersen (Muntingia Calabura) mempunyai aktifitas antioksidan yang kuat dan diharapkan dapat menurunkan jumlah oksidan yang ditimbulkan oleh paparan asap rokok.Tujuan penelitian:  mengetahui efek ekstrak buah kersen terhadap jumlah sel epitel bersilia pada saluran nafas pada tikus wistar yang dipapar asap rokok.Metode: Tikus wistar berjumlah 24 ekor dibagi menjadi 4 kelompok : kelompok kontrol negatif (K-)diberikan  plasebo saja, kelompok kontrol positif (K+) diberikan plasebo dan dipaparkan asap rokok, kelompok perlakuan 1 (P1) dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang dipapar asap rokok dan diberi ekstrak buah kersen per oral  dengan dosis 100 mg/kg BB /hari dan 200 mg/kgBB/hari. Pemaparan asap rokok dilakukan selama 30 menit setiap hari. Perlakuan ini dilakukan selama 20 hari  , kemudian semua binatang coba diterminasi. Kemudian dilakukan analilsis sel epitel bronkial.Hasil: Melalui analisis Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,000) antara  jumlah sel sepitel bersilia pada kelompok kontrol negatif (K-)   dengan kelompok kontrol positif (K+). Terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,001) jumlah epitel bersilia antara kelompok kontrol positif (K+) dengan kelompok perlakuan 1 (P1).Simpulan: Pemberian ekstrak buah kersen dengan dosis 100mg/kgBB/hari memberikan efek signifikan dalam hal menurunkan jumlah sel epitel bersilia bronkial pada tikus yang dipapar asap rokok. Background: Cigarette smoke causes oxidative stress and triggers the activity of Epidermal Growth Factor Receptor (EFGR) in epithellium bronchial cells that lead to hyperplasia and increasing the number of cells. Kersen fruit (Muntingia calabura Linn) has strong antioxidant activity, was expected to decrease the amount of oxidant caused by cigarette smoke exposure. The purpose of this study was to examine the effect of kersen fruit extract on the number of ciliated bronchial epithellium cells in wistar rats exposed to cigarette smoke.Methods: 24 rats were divided into 4 groups : Negative control group (C-) received a placebo, while the positive control group (C+) received a placebo and cigarrete smoke. Both treatment groups 1 (T1) and groups 2 (T2) exposed cigarrete smoke and received kersen extract by gavage at a dose of 100mg/kgBW/day and 200 mg/kgBW/day. The cigarrete smoke were exposed for 30 minutes in each day. These intervention were carried out for 20 days, and finally the animals were terminated. The differences in bronchial epithellium cells were then analyzed.Results: The Kruskal Wallis analysis showed significant differences (p = 0,000) in the ammount of ciliated epithelium cellsin negative control group (C-) compare with positive control group (C+). There were significant difference (p = 0.001) in the ammount of ciliated epithellium cells in positive control group (C+) compare with treatment group 1 (T1).Conclusion: Receiving kersen fruit extract 100mg / kgBW has significant effect on reducing the ammount of ciliated bronchial epithellium cells in rats exposed to cigarettes

    PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI) PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN DI KELURAHAN LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN, KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Selama ini banyak pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang terlalu dini bagi bayi dan  berakibat anak diare, produksi ASI berkurang, karena anak sudah kenyang dan jarang menyusui, serta dapat menimbulkan alergi dikemudian hari karena usus bayi masih mudah dilalui oleh protein asing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia pemberian makanan pendamping ASI pertama kali dengan status gizi batita, menganalisis hubungan antara frekuensi pemberian MPASI dengan status gizi batita, menganalisis hubungan antara kesesuaian jenis MPASI terhadap umur dengan status gizi batita dan mengalisis hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan status gizi batita. Metode penelitian menggunakan studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak usia 1-2 tahun yang berkunjung ke Posyandu Kelurahan Lamper Tengah, kota Semarang, dengan jumlah sampel sebanyak 60 anak yang menggunakan metode purpose random sampling. Data yang didapatkan antara lain tinggi dan berat badan anak, umur anak, dan pemberian MPASI yang meliputi usia pemberian MPASI, frekuensi pemberian MPASI, kesesuaian jenis MPASI terhadap perkembangan umur dan frekuensi pemberian ASI. Data yang dianalisis menggunakan statistik non parametrik, dengan menganalisis bubungan antar variabel dengan uji korelasi spearman dan analisis uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia pertama pemberian MPASI dengan status gizi pada indek BB/U dan TB/U, terdapat hubungan antara frekuensi pemberian MPASI dengan status gizi pada indek BB/U dan TB/U, tidak ada hibungan antara frekuensi pemberian ASI dengan status gizi pada indek BB/U dan terdapat hubungan antara kesuaian MPASI dengan umur dengan status gizi pada indek BB/U dan TB/U. Dengan demikian perlu adanya penyuluhan terhadap ibu melalui posyandu tentang pola pemberian makanan pada bayi, khususnya kapan bayi dapat diberi MPASI, serta bagaimana pemberian MPASI yang benar, antara lain jenis-jenis MPASI yang disesuaikan dengan perkembangan umur, cara pemberian MPASI, dan porsi pemberian MPASI.Kata Kunci: Makanan, pendampng, asi, anak, batita, status giz

    Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue Berbasis Perilaku Masyarakat di Kalipancur, Semarang

    Get PDF
    Central Java Public Health Authorities have recorded that Semarang has the highest Incidence Rate (IR) of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) since 2009 to 2011. Ngaliyan district, part of Semarang region have suffered from DHF endemic. This research is conducted in Kalipancur, part of Ngaliyan district that aims to determine the behavioral domain of implementation of DHF mosquito nest eradication (3MPlus) based on the knowledge, attitudes and actions following by characteristic of thecommunity.This analytic observational research with cross sectional study involved 107 respondents. Primary data was collected through interviews using questionnaire related to knowledge, attitudes, actions and implementation of 3M Plus. Data was analyzed with chi square test, Confident Interval 95%.Results shows that 60.7% of community have low level of knowledge and 74.8% of them taking less actions regarding the implementation of 3M Plus. Nevertheless, 72% of respondents had a good attitudes. Both of knowledge (p=0,08) and actions (p=0,104) did not have a significant impact to the implementation of 3 M Plus. On the contrary, respondents attitudes (p=0,002) were found to be significant factor related to the implementation of 3M Plus. Therefore, provision of health information is needed to improve knowledge and actions of mosquito nest eradication of DHF

    Optimasi Dan Validasi Metode Penetapan Kadar Siprofloksasin Dalam Media Mueller Hinton Broth Menggunakan Hplc (High Performance Liquid Chromatography)

    Get PDF
    Model kinetika in vitro telah dikembangkan untuk menggambarkan simulasi farmakokinetika antibiotika sesuai dengan profil farmakokinetika pada tubuh manusia. Untuk melakukan penelitian model kinetika in vitro, salah satu faktor penting untuk dianalisis adalah kadar obat dalam media bakteri yang disesuaikan dengan kadar obat dalam tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis optimasi dan validasi penetapan kadar antibiotik siprofloksasin dalam media Mueller Hinton Broth (MHB), menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) UV Vis pada panjang gelombang 275 nm. Pemisahan kromatografi dilakukan menggunakan kolom C18 (250 x 4,6 mm; 4,6 µm; Knauer Jerman). Fase gerak isokratik terdiri dari 0,02 M buffer natrium dihidrogen fosfat pH ± 3,0 dan asetonitril (65:35, v/v). Fase gerak mengandung 5 mM trietilamin sebagai agen pasangan ion. Laju fase gerak konstan 0,8 mL/menit, pada suhu kolom 42°C, dan tekanan kolom berkisar 183 – 198 kgf. Metode yang digunakan selektif dapat memisahkan puncak area kromatogram dengan media MHB. Waktu retensi berada pada 3,74 menit (SD 0,04; CV 1,06%). Metode ini valid dan linear pada rentang konsentrasi 0,1 – 10 µg/mL (r2 = 0,992). Sensitivitas ditunjukkan dengan nilai LOD dan LLOQ sebesar 1,24 µg/mL dan 4,12 µg/mL. Stabilitas sampel yang diukur pada penyimpanan 7 hari suhu 2 – 8°C menunjukkan nilai perolehan kembali hasil simpan sebesar 93,80%

    PEMAKAIAN ANTIBIOTIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE ANAK DI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG TAHUN 2010

    Get PDF
    DBD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus , sehingga pemberian antibiotikdalam pengobatan DBD tidak diperlukan kecuali jika terdapat komplikasi infeksi sekunder yangdisebabkan oleh bakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi pemberian antibiotikpada penetalaksanaan DBD anak.Penelitian ini bersifat retrospektif diskriptif analitik, dilakukan di RS Roemani Semarang.Responden yang diambil adalah pasien anak dengan diagnosis akhir DBD di RS Roemani diSemarang periode Januari- Desembner 2010. Data penelitian merupakan data sekunder yaitu daricatatan rekam medis .Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian antibiotik pada penderita DBD anak masihcukup besar. Dari jumlah sampel 84 anak penderita DBD, sebanyak 74 anak ( 88,10%)tanpa mengalami komplikasi infeksi sekunder. Penderita DBD tanpa komplikasi infeksi sekunderlebih banyak diberikan pengobatan antibiotik yaitu sebesar 93,3%. Pemberian antibiotik palingbanyak adalah golongan cefalosporin yaitu cefadroxil sebesar 33,3% dan cefotaxim sebesar 25,0%dengan lama pemberian berkisar 4 – 6 hari. Pemberian antibiotik paling banyak hanya diberikan 1jenis obat sebesar 54,7% dan pemberian dengan 2 jenis obat sebesar 39,7%

    In Vitro Effect of Alfa Mangostin on Multiresistant Uropathogenic Escherichia Coli

    Get PDF
    Introduction: In Indonesia, the most commom uropatogen E. coli resistance has been to ampicillin (91.9%), ciprof loxacin (83.7%) and cefixime (67.6%). α-mangostin, a chemical compound, has been developed as a new antibiotics isolaated from herbal Garcinia mangostana L, but its effectiveness against multiresistant uropathogenic E. Coli has not been established.Objective: This study examined the effect of α-mangostin on growth of multiresistant E. coliMethods: α-mangostin Treatment of E. coli uropatogen bacteria was administered in vitro, using 14 levels of concentration 14; 28,13; 56.25; 112.5;225; And 450 μg/mL with 4 times replication at each concentration. The antibacterial activity of α-mangostin was determined by evaluating bacterial growth at each concentration using the indirect method by sample absorbance reading. The Samples of uropatogen of E. coli treated with various doses of α-mangostin were incubated for 18-20 hours and then subjected to the absorbance reading using a UV-Vis spectrophotometer λ 625 nm.Results: Minimum inhibitory concentration (MIC) in this study was 450 mg/mL. Based on linear regression (STATA 13.1) relationship betweenα-mangostin concentrations and bacterial growth inhibition activity showed 0.0001 <0.05 showing that all concentrations of α-mangostin simultaneously had a significant effect on the growth of uropathogenic E. coli.Conclusion: α-mangostin has not been effective to inhibit the growth of multiresistent uropathogentic E. coli due to a relatively high MIC (450 mcg/mL).a Potentially relevant activity in the clinical setting will occur if the value of the MIC of a substance in vitro <100 μg /mL. Even the pharmaceutical industry prefers the development of antibiotics with in vitro MIC value of ≤ 2 μg/mL

    HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

    Get PDF
    Latar belakang: Penyelenggaraan praktek dokter keluarga mempunyai peran yang strategis dalamreformasi pelayanan kesehatan pada tingkat primer, tujuannya adalah suatu bentuk pelayanankesehatan individu dan keluarga serta masyarakat yang bermutu namun terkendali biayanya. Indikatoruntuk menilai kualitas pelayanan kesehatan dokter keluarga adalah dengan melihat mutupenyelenggaraan pelayanan dokter keluarga itu sendiri. Tujuan penelitian: Mengetahui hubungankepuasan pasien dengan minat pasien dalam pemanfaatan ulang pelayanan kesehatan pada praktekdokter keluarga di Klinik Sayung Husada. Metoda: Metode penelitian survei deskriptif denganmenggunakan kuesioner yang disebarkan kepada sampel terpilih dengan random sampling yangdilakukan di Klinik Sayung Husada, Sayung, Demak. Jumlah sampel 97 orang. Hasil: Dari hasil ujistatistik dengan menggunakan chi square didapat nilai X2=97,00 dengan p=0,00. P0,05 artinya tidakterdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan pelayanan tenaga administrasi dengan minatpasien kembali berkunjung pasien ke Klinik Dokter Keluarga, didapat nilai X2=7,741 denganp=0,014. P<0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan pelayanan sarana danprasarana penunjang dengan minat pasien kembali berkunjung ke Klinik Dokter Keluarga.Simpulan: Sebagian besar responden menyatakan puas terhadap pelayanan Dokter dan pelayanantenaga paramedis, sebagian besar responden menyatakan tidak puas terhadap pelayanan saranapenunjang dan pelayanan administrasi, sebagian besar responden menyatakan berminat untuk berobatkembali ke Klinik Sayung Husada saat mereka merasakan sakit lagi

    Efek Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Wistar Yang Diinduksi Formalin

    Get PDF
    Latar Belakang : Jejas kimia formalin dapat memacu terbentuknya senyawa reactive oxygen species (ROS) yang dapat menyebabkan kerusakan seluler jtubuh. Kulit manggis dikenal sebagai antioksidan alamiah dari kandungan xanton di dalamnya.Tujuan: mengetahui efek pemberian ekstrak kulit manggis terhadap gambaran histopatologi hepar pada tikus wistar yang diinduksi larutan formalin.Metode Penelitian: 24 ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok . Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif (K-), hanya diberi placebo saja hingga masa terminasi. Kelompok kedua merupakan kelompok kontrol positif (K+) yang diinduksi formalin peroral selama 21 hari, kemudian diberi placebo selama 7 hari. Kelompok ketiga sebagai kelompok Perlakuan 1 (P1) yang diinduksi formalin peroral selama 21 hari kemudian diberi ekstrak kulit manggis 200mg/kg BB/hari selama 7 hari. Kelompok keempat sebagai kelompok Perlakuan 2 (P2) yang diinduksi formalin peroral selama 21 hari kemudian diberi ekstrak kulit manggis 400mg/kg BB/hari selama 7 hari. Setelah itu tikus diterminasi dan diambil organ heparnya untuk dibuat preparat histopatologi.Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,008) gambaran histopatologi jaringan hepar pada kelompok tikus yang diberi ekstrak kulit manggis 400mg/kg BB/hari (P2) dengan kelompok kontrol positif (K+). Tidak terdapat perbedaanyang signifikan (p=0,715) gambaran histopatologi jaringan hepar pada kelompok tikus yang diberi ekstrak kulit manggis 200mg/kg BB/hari (P1) dengan kelompok kontrol positif (K+). Terdapat perbedaan yang signifikan (0,00) gambaran histopatologi jaringan hepar kelompok kontrol negatif (K-) dengan ketiga kelompok yang diinduksi formalin, baik diberi ekstrak kulit manggis (P1 dan P2) maupun yang tidak (K+

    EMERGENCE RESISTANT UROPATOGEN Escherichia coli SETELAH PEMBERIAN SIPROFLOKSASIN DAN -MANGOSTIN SECARA in vitro

    Get PDF
    Emergence resistant on uropatogen Escherichia coli can occur shortly after the start of therapy using subtherapeutic doses of ciprofloxacin. Ciprofloxacin is an antibiotic that works depends on the level of concentration, higher ratio Cmax / MIC will give increases in effectiveness. When the ratio of Cmax / MIC <1, then the risk of emergence resistant will be increased. One of the herbs that are abundant in Indonesia and has anti-bacterial activity is mangosteen (Garcinia mangostana L.), which has an active compound -mangostin. Administration of the active compound α-mangostin is expected to help prevent the emergence resistant of uropatogen E. coli due to the use of subtherapeutic ciprofloxacin. This research was conducted by giving treatment to uropatogen E. coli in vitro. Bacterial strains used are uropatogen E. coli resistant to ciprofloxacin with MIC values of 128 μg / mL. Treatment is divided into (I) treatment groups using ciprofloxacin concentration Cmax at a dose of 750 mg (4.3 μg / mL), (II) treatment groups using ciprofloxacin concentration of 4.3 μg / mL and -mangostin 0.18 μg / mL, and (III) the negative control group. The study states that the administration of the combination of α-mangostin and ciprofloxacin delayed the growth of uropatogen E. coli resistant strains (MIC value of 128 μg / mL) compared to administration of ciprofloxacin alone (p 0.000). But the combination of α-mangostin and ciprofloxacin can not prevent an increased in resistance strain uropatogen E. coli, which is characterized by an increased in the value of the MIC to be 256 μg / mL after 2 hours of treatment.Keywords: ciprofloxacin, resistance, -mangostin, uropatogen E. col
    corecore