35 research outputs found
3D Information from Scattering Media Images
Scattering media environments are real-world conditions that occur often, in daily life. Some examples of scattering media are haze, fog, and other bad weather conditions. In these environments, micro-particles in the surrounding media interfere with light propagation and image formation. Thus, images that are captured in these scattering media environments will suffer from low contrast and loss of intensity. This becomes an issue for computer vision methods that employ features found in the scene. To solve this issue, many approaches must estimate the corresponding clear scene prior to further processing. However, the image formation model in scattering media shows potential 3D distance information about the scene encoded implicitly in image intensities. In this paper, we investigate the potential information that can be extracted directly from the scattering media images. We demonstrate the possibility of extracting relative depth in the form of transmission as well as explicit depth maps from single images
Mitos Air Pancuran Tujuh dalam Pandangan Masyarakat di Lingkungan Makam Raden Wangsa Muhammad Desa Cinunuk Kabupaten Garut
Mitos air pancuran tujuh diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi oleh masyarakat Desa Cinunuk dan sekitarnya. Air pancuran tujuh ini dimaknai oleh masyarakat serta pengunjung bahwa air pancuran tujuh ini memiliki nilai kesakralan dan khasiatnya tersendiri. Masyarakat yang datang untuk mengunjungi air pancuran tujuh sangat beragam baik itu dilihat dari berbagai aspek. Masyarakat itu memiliki cara pandang yang berbeda-beda maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengemukakan makna yang terdapat pada khasiat mitos air pancuran tujuh, serta untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap mitos air pancuran tujuh ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa khasiat mitos air pancuran tujuh mempunyai makna tersendiri bagi para pengunjungnya seperti sebagai ucapan rasa syukur kepada yang maha kuasa, dalam agama islam ada tujuh tingkatan langit, merupakan peringatan hari kelahiran nabi Muhammad, merupakan air yang suci, serta untuk menjaga lingkungan. Pandangan masyarakat terhadap mitos air pancuran tujuh berbeda-beda diantaranya dapat menyembuhkan penyakit, memperlancar rezeki, penyucian benda pusaka, memperlancar usaha, kekuasaan Allah, sebagai suatu ikhtiar untuk mendapatkan jodoh, membersihkan kotoran di dalam diri, mengambil keberkahan, dan dijauhkan dari makhluk halus
PENGARUH PERUBAHAN ALIRAN TERHADAP LUAS PENAMPANG PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE (EFFECTS OF CHANGES IN THE FLOW OF THE CROSS SECTIONAL AREA ON HEAT EXCHANGER TYPE SHELL AND TUBE)
As a means for heat exchange of fluids with high temperature fluid to the low temperature , a heat exchanger is expected to have a high effectiveness . Theoretically increase in the flow rate will increase the rate of displacement is wide ( Q ) . However , this makes the contact time becomes shorter . From this phenomenon , want investigated how .
The influence of the flow of the cross-sectional area of a Shell - and- Tube Heat Exchanger is the overall heat transfer coefficient ( U ) , the average temperature difference logarithmic ( ΔT LMTD ) . directly behind the broad perpindahaan flow rate ( Q )
Keywords : cross-sectional area , flow , shell - and- tube heat exchange
TABOO WORDS USED BY THE CHARACTERS OF RESERVOIR DOGS MOVIE
Communication is one of the most important things in our life because people can understand each other through communication. While communicating, they use a media called a language. Usually, people use a same language with different variation. Also, language as the communication media has avoidance which is known as taboo words (Wardhaugh, 2006). Those words are also the form of language variation, but not all the people use them in a conversation as often as the others. Some people only use it for a certain condition such as when they are angry, while some people undoubtedly use taboo words even in some works such as movies and songs. The example of taboo words in a movie can be seen in Reservoir Dogs movie. Therefore, this study is aimed to describe taboo words phenomena happen in a movie with several problems which are taboo words used by the characters in Reservoir Dogs movie, the types of taboo words used by them, and the context when the taboo words occurred. In conducting this research, the writer used descriptive qualitative method as well as document or content analysis approach. The writer also used sampling which is maximum variation sampling as one of the purposive sampling types. As the sample, the writer only took 21 utterances containing taboo words produced by Mr. White, and 20 of them produced by Nice Guy Eddie to describe the analysis on types of taboo words used as well as the context. In analyzing the type of taboo words, the writer used Wardhaugh’s (2006) theory. While for analyzing the context in which taboo words are occurred, the writer used Holmes’ (1992) theory which covers social factors such as participants, setting, topic, and function of taboo words. In this research, the writer finds 141 utterances containing taboo words, in which 71 utterances are uttered by Mr. White and 70 utterances are uttered by Nice Guy Eddie. The writer also concludes that the most occurrence type used by both characters is sex which is about 53%, which functions to give an emphasis and to express anger. The writer suggests for the next researcher to use more than one theory in analyzing the type of taboo word. The writer also suggests the next researchers who use movie as the object, to find different genre of the movie.  Keywords      : taboo words, types, context, social factors, Reservoir Dogs Movie, Mr. White, Nice Guy Eddi
Strategi dan Dampak Kebijakan KUA dalam Menekan Angka Pernikahan Dini di Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut
Abstrak: Dalam UU Perkawinan Nomor 16 Tahun 2019 menyebutkan usia minimal untuk menikah yaitu 19 tahun baik laki-laki ataupun perempuan. Namun kenyataannya pernikahan dini masih banyak terjadi di kalangan masyarakat khususnya daerah Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Pencegahan pernikahan dini perlu mendapat perhatian yang lebih besar dari semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah dalam hal ini adalah Kantor Urusan Agama (KUA). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi dan dampak kebijakan KUA dalam menekan angka pernikahan dini di Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Metode yang digunakan yaitu kuliatatif dengan analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan literature yang mendukung penelitian. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa strategi kebijakan KUA dalam menekan angka pernikahan dini di Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut diantaranya yaitu sertifikat layak kawin, penyuluhan dan sosialisasi, pelayanan di bidang administrasi pencatatan nikah, dan bimbingan perkwinan. Dampak dari kebijakan KUA dalam menekan angka pernikahan dini di Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut yaitu menikah siri, kumpul kebo, dan manipulasi identitas.Abstract: The Marriage Law Number 16 of 2019 states that the minimum age for marriage is 19 years for both men and women. However, child marriage still occurs in the community, especially in the Karangpawitan District, Garut Regency. Child marriage prevention needs greater attention from all parties, both the community and the government, in this case, the Office of Religious Affairs (KUA). This study aims to determine the strategy and impact of the KUA policy in suppressing the number of child marriages in Karangpawitan District, Garut Regency. The method used was qualitative with descriptive analysis. Data collection techniques used interviews and literature. The results revealed that the KUA policy strategy in suppressing the number of early marriages in the Karangpawitan sub-district, Garut district, included marriage certificates, counseling and socialization, services in marriage registration administration, and marriage guidance. The impacts of KUA's policy in suppressing the number of early marriages in the Karangpawitan sub-district, Garut district, were nikah siri (unofficial, unregistered marriage), cohabiting, and identity manipulation
Persepsi masyarakat terhadap keberadaan khasiat mitos air pancuran tujuh di lingkungan makam Raden Wangsa Muhammad Kabupaten Garut
Mitos air pancuran tujuh diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi selama bertahun-tahun oleh masyarakat Desa Cinunuk hingga sampai saat ini masih dipertahankan dan dipercayai oleh masyarakat. Kepercayaan pada mitos air pancuran tujuh merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Desa Cinunuk dan sekitarnya bahkan dari luar kota banyak yang mempercayai mitos tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan semakin bertambahnya pengunjung yang datang untuk mengambil air pancuran tujuh. Air pancuran tujuh ini dimaknai oleh masyarakat serta pengunjung yang datang bahwa air pancuran tujuh ini memiliki nilai kesakralan. Mereka mempercayai air tersebut karena memiliki khasiat tersendiri. Masyarakat yang datang untuk mengunjungi air pancuran tujuh sangat bermacam-macam baik itu dilihat dari berbagai aspek. Masyarakat yang sangat beragam itu memiliki cara pandang yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan persepsi yang tidak sama terhadap mitos air pancuran tujuh, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengemukakan makna yang ada pada khasiat mitos air pancuran tujuh, serta untuk mengetahui ragam persepsi pengunjung terhadap keberadaan khasiat mitos air pancuran tujuh di lingkungan makam Raden Wangsa Muhammad Kabupaten Garut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang berusaha memaparkan suatu realitas secara alamiah dan memahami isi makna di dalamnya. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yaitu sesepuh kampung Sindangsari, pengelola keuangan Desa, warga Kampung masyarakat Sindangsari, dan masyarakat luar Kampung Sindangsari yang mengunjungi air pancuran tujuh. Adapun data sekunder yaitu skripsi, buku-buku, jurnal, profil Desa, data Desa, dokumentasi pribadi, dan lain-lain.
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa air pancuran tujuh dibuat oleh nenek moyang yaitu Raden Wangsa Muhammad yang pada awalnya nenek moyang mengambil air di danau cisangka, lalu airnya disiram di tempat tersebut, dan akhirnya muncul air yang sekarang disebut dengan air pancuran tujuh. Khasiat mitos air pancuran tujuh mempunyai makna tersendiri bagi para pengunjungnya seperti sebagai ucapan rasa syukur kepada yang maha kuasa, dalam agama islam ada tujuh tingkatan langit, merupakan peringatan hari kelahiran nabi Muhammad, merupakan air yang suci, serta untuk menjaga lingkungan. Persepsi pengunjung terhadap keberadaan khasiat mitos air pancuran tujuh berbeda-beda diantaranya dapat menyembuhkan penyakit, memperlancar rezeki, penyucian benda pusaka, memperlancar usaha, kekuasaan Allah, sebagai suatu ikhtiar untuk mendapatkan jodoh, membersihkan kotoran di dalam diri, mengambil keberkahan, dan dijauhkan dari makhluk halus
Effect of advanced-platelet rich-fibrin combined with rosuvastatin application after open flap debridement of infrabony pocket
Open flap debridement (OFD) is an invasive therapy for chronic periodontitis with pocket 5 mm or more. However, it is difficult to achieve regeneration and new attachment with this therapy. Periodontitis starts to add growth factors and local drugs delivery as host modulation therapy. Advanced-PRF (A-PRF) contains more growth factor than PRF which plays a role in promoting fibroblast proliferation, reepithelization, extracellular matrix production, and endothelial cell migration. 1.2% rosuvastatin gel (RSV) is a local delivery drug with a pleiotropic effect that can modify host response to promoting BMSCs, BMP-2, OPG, ALP, RANKL, and osteoblasts. This study aimed to examine the effect of the application of A-PRF+RSV in OFD therapy of which the parameters were probing depth (PD), relative attachment loss (RAL), and alveolar bone height. The study samples consisted of 24 periodontal pockets which were divided into 2 groups of 12 pockets each, namely A-PRF+RSV for group 1 and PRF+RSV for group 2. Clinical evaluations were carried out on baseline, day-30, and day-90 for PD and RAL, and on baseline and day -90 for alveolar bone height. Data of PD and RAL reduction were analyzed with non-parametric test Mann-Withney, while data of reduction of alveolar bone height were analyzed with parametric Independent-T test. Group 1 obtained a statistically more significant result in reducing PD, RAL, and alveolar bone height compared to group 2 (p<0.05) To conclude, the application of A-PRF and 1.2% rosuvastatin gel in OFD procedure promotes a higher PD and RAL reduction and alveolar bone height increase than the application of PRF coupled with 1.2% rosuvastatin gel
Persepsi masyarakat terhadap keberadaan khasiat mitos air pancuran tujuh di lingkungan makam Raden Wangsa Muhammad Kabupaten Garut
Mitos air pancuran tujuh diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi selama bertahun-tahun oleh masyarakat Desa Cinunuk hingga sampai saat ini masih dipertahankan dan dipercayai oleh masyarakat. Kepercayaan pada mitos air pancuran tujuh merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Desa Cinunuk dan sekitarnya bahkan dari luar kota banyak yang mempercayai mitos tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan semakin bertambahnya pengunjung yang datang untuk mengambil air pancuran tujuh. Air pancuran tujuh ini dimaknai oleh masyarakat serta pengunjung yang datang bahwa air pancuran tujuh ini memiliki nilai kesakralan. Mereka mempercayai air tersebut karena memiliki khasiat tersendiri. Masyarakat yang datang untuk mengunjungi air pancuran tujuh sangat bermacam-macam baik itu dilihat dari berbagai aspek. Masyarakat yang sangat beragam itu memiliki cara pandang yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan persepsi yang tidak sama terhadap mitos air pancuran tujuh, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengemukakan makna yang ada pada khasiat mitos air pancuran tujuh, serta untuk mengetahui ragam persepsi pengunjung terhadap keberadaan khasiat mitos air pancuran tujuh di lingkungan makam Raden Wangsa Muhammad Kabupaten Garut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang berusaha memaparkan suatu realitas secara alamiah dan memahami isi makna di dalamnya. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yaitu sesepuh kampung Sindangsari, pengelola keuangan Desa, warga Kampung masyarakat Sindangsari, dan masyarakat luar Kampung Sindangsari yang mengunjungi air pancuran tujuh. Adapun data sekunder yaitu skripsi, buku-buku, jurnal, profil Desa, data Desa, dokumentasi pribadi, dan lain-lain.
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa air pancuran tujuh dibuat oleh nenek moyang yaitu Raden Wangsa Muhammad yang pada awalnya nenek moyang mengambil air di danau cisangka, lalu airnya disiram di tempat tersebut, dan akhirnya muncul air yang sekarang disebut dengan air pancuran tujuh. Khasiat mitos air pancuran tujuh mempunyai makna tersendiri bagi para pengunjungnya seperti sebagai ucapan rasa syukur kepada yang maha kuasa, dalam agama islam ada tujuh tingkatan langit, merupakan peringatan hari kelahiran nabi Muhammad, merupakan air yang suci, serta untuk menjaga lingkungan. Persepsi pengunjung terhadap keberadaan khasiat mitos air pancuran tujuh berbeda-beda diantaranya dapat menyembuhkan penyakit, memperlancar rezeki, penyucian benda pusaka, memperlancar usaha, kekuasaan Allah, sebagai suatu ikhtiar untuk mendapatkan jodoh, membersihkan kotoran di dalam diri, mengambil keberkahan, dan dijauhkan dari makhluk halus