16 research outputs found

    PENGEMBANGAN DAN VALIDASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PADA ANALISIS ANDROGRAFOLIDA DALAM BAHAN BAKU DAN TABLET FRAKSI ETIL ASETAT Andrographis paniculata .

    Get PDF
    Ethyl acetat fractions from Andrographis paniculata has been developed as phytopharmaceutical products. Andrographolide which is the major active compound of Andrographis paniculata was determined as marker compund of ethyl acetate fractions of Andrographis paniculata products. To ensure the quality, efficacy and safety of the phytopharmaceutical products, a simple and selective analytical method becomes important for the determination of andrographolide in both the raw materials and products. The purpose of this study was to develop and validate a simple and selective High Performance Liquid Chromatography (HPLC) for determination andrographolide in raw material and tablet etil acetate fractions Andrographis paniculata. This method was performed using a RP-C18 Column (3.0 x 50 mm i.d., 2.7μm parcticle size) as stationary phase, column temperature was maintained at 30⁰C, isocratic mobile phase of metanol : water (pH 3.05 with phosporic acid) (50:50 v/v) mobile phase with flow rate of 0.3 ml/menit, injection volume 0,5μl and detected at 228 nm. The results showed that method was selective to separate andrographolide peak from other component with good resolution, retention time andrographolide was 2,5 minute. The data for calibration plots showed good linear relationship with r2 = 0.9996 in the concentration range 50-1000 ppm. The limit of detection and Quantification were found 4.89 ppm and 16.19 ppm, respectively. The recovery method was found between 93.76 and 101.72% and the relative standard deviation method was found between 1.60% and 2.39%

    Penyuluhan Mengenai Bahan Tambahan Pangan Pengawet dan Pewarna kepada Siswa SMP Singosari Kabupaten Malang

    Get PDF
    Produk makanan dapat mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) pengawet dan pewarna. Pengawet makanan bertujuan untuk mencegah penguraian mikroba dan Pewarna makanan bertujuan untuk memberi warna atau memperbaiki warna makanan. Penggunaan BTP memiliki batasan tertentu agar tidak berefek terhadap kesehatan saat digunakan untuk membuat makanan dan saat dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat. Selain itu, terdapat BTP pengawet dan pewarna yang tidak diperbolehkan oleh BPOM karena membahayakan kesehatan. Tujuan Pengabdian Masyarakat ini untuk meningkatkan pengetahuan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) terhadap BTP pengawet dan pewarna. Tim pengabdian kepada masyarakat melaksanakan penyuluhan dan mengevaluasi tingkat pengetahuan siswa di SMP Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Hasil uji Pretest dan Posttest dengan metode Wilcoxon pada tingkat kepercayaan 95% menunjukan perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Peningkatan pengetahuan ditunjukan dari meningkatnya hasil rata-rata posttest dibandingkan pretest

    Penentuan Indeks Selektivitas Antimalaria Ekstrak N-Hek- sana Batang Kayu Songga (Strychnos lucida) Terhadap Plasmodium falciparum 3D7 Sensitif Klorokuin Secara In-vitro.

    No full text
    Batang Kayu Songga (Strychnos lucida) merupakan salahsatu tanaman obat yang secara empiris telah digunakan oleh masyarakat sebagai obat berbagai macam jenis penyakit salah satunya sebagai antimalaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antimalaria dan toksisitas dari Batang Kayu Songga (Strychnos lucida) terhadap Plasmodium falciparum dan sel normal (Vero cell line). Kayu Songga diekstraksi menggunakan n-heksana. Masing-masing seri konsentrasi ekstrak Batang Kayu Songga (100; 10; 1; 0,1; 0,01 μg/mL) dan klorokuin (100; 10; 1; 0,1; 0,01; 0,001 ; 0,0001 μg/mL) diuji aktivitas antimalaria terhadap Plasmodium falciparum dan uji toksisitas terhadap sel Vero (ginjal monyet hijau Afrika) dengan seri konsentrasi (0,01; 0,1; 1; 10; 100; 0,01 μg/mL) menggunakan metode MTT. Aktivitas antimalaria Batang Kayu Songga (Strychnos lucida) dan Klorokuin dalam menghambat Plasmodium falciparum berdasarkan nilai IC50 berturut-turut yaitu 0,016 dan 0,000 μg/mL. Tidak terdapat perbedaan antara aktivitas antimalaria ekstrak n-heksana Batang Kayu Songga (Strychnos lucida) dengan klorokuin (t test, p = 0,118). Selain itu, Batang Kayu Songga (Strychnos lucida) memilki perbedaan toksisitas terhadap sel Vero (ginjal monyet hijau Afrika) dengan nilai CC50 247,26 μg/mL, serta memiliki nilai SI sebesar 15.454,315 μg/mL. Ekstrak n-heksana batang kayu songga dinyatakan selektif dalam menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum dan aman terhadap sel normal nilai SI > 10

    Uji Toksisitas Akut Oral Ekstrak Etanol 80% Batang Songga (Strychnos lucida R. Br) Terhadap Kadar Gula Darah Dan Histopatologi Pankreas Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar.

    No full text
    Tanaman songga (Strychnos lucida R. Br) merupakan salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tanaman herbal. Secara ilmiah songga berkhasiat sebagai antimalaria, antibakteri, antikanker dan antidiabetes. Songga memiliki banyak metabolit sekunder salah satunya yaitu alkaloid (strychnine dan brucine) yang bersifat toksik. Oleh karena itu, dilakukan pengujian toksisitas untuk menentukan LD50 pada pemberian ekstrak etanol 80% batang songga menggunakan metode fixed dose dengan dosis 5, 50, 300, dan 2000 mg/kgBB. Hewan coba yang digunakan yaitu tikus betina (Rattus norvegicus) sebanyak 18 ekor dan terbagi menjadi 3 kelompok. Hasil penelitian menunjukkan LD50 sebesar 2000 mg/kgBB. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis dan di lanjutkan dengan uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) ekstrak etanol batang songga terhadap peningkatan maupun penurunan gula darah tikus kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil uji statistik one-way ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) ekstrak etanol batang songga tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan terhadap histopatologi pankreas. Disimpulkan bahwa ekstrak etaanol batang songga mempunyai kisaran LD50 >2000 mg/kgBB dengan kategori 5 yang artinya toksik ringan

    Penetapan Kadar Antosianin dalam Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus), Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L), dan Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.) dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis.

    No full text
    Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan diantaranya kulit buah naga (Hylocereus Polyrhizus), kulit buah manggis (Garcinia Mangostana L), dan kayu secang (Caesalpinia Sappan L.) yang berpotensi sebagai antioksidan alami bagi tubuh berdasarkan kandungan antosianin yang terkandung di dalamnya. Antosianin adalah senyawa polar yang cenderung lebih stabil dalam suasana asam. Antosianin dapat bermanfaat sebagai penangkal radikal bebas, sehingga berperan dalam mencegah terjadinya penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes, dan lainnya. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui kadar total antosianin yang terkandung di dalam ekstrak kulit buah naga, kulit buah manggis, dan kayu secang dengan metode pH differensial spektrofotometri UV-Vis. Sampel masing-masing ditambahkan etanol 96% yang telah diasamkan dengan HCl 3%. Penentuan kadar antosianin berdasarkan metode pH differensial spektrofotometri UV-Vis. Analisa data hasil penelitian ini dilakukan menggunakan analisa ragam (One Way ANOVA) dengan nilai signifikansi 5%. Kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc Tukey. Hasil pada uji One Way ANOVA dan uji Post-Hoc didapatkan hasil p<0.05 yang berarti data berbeda secara bermakna. Hasil menunjukkan bahwa kadar total antosianin yang terkandung dalam ekstrak kulit buah naga, kulit buah manggis, dan kayu secang secara berurutan ialah 0.104 g/100 gram, 0.208 g/100 gram, dan 0,056 g/100 gram. Kadar total antosianin tertinggi diperoleh pada ekstrak kulit buah manggis

    Penetapan Kadar Kurkumin Metode HPLC dengan Variasi Metode Ekstraksi Maserasi dan Remaserasi Pada Ekstrak Rimpang Tanaman Kunyit (Curcuma domestica)

    Get PDF
    Ekstraksi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menarik senyawa kurkumin pada tanaman kunyit (Curcuma domestica). Salah satu metode ekstraksi kurkumin yang umum digunakan adalah maserasi. Namun, metode maserasi memiliki kelemahan, untuk melakukan eksraksi yang efektif dibutuhkan waktu yang cukup lama. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan remaserasi dan untuk mengetahui keefektifan metode ekstraksi yang digunakan, dilakukan penetapan kadar kurkumin dengan instrumen HPLC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penetapan kadar kurkumin pada ekstrak etanol 96% rimpang kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi selama 12 jam dan metode remaserasi dengan total waktu 9 jam dengan pergantian pelarut setiap 3 jam. Sampel dipreparasi dengan pelarut metanol yang kemudian dianalisis dengan kondisi HPLC: fase gerak asetonitril:asam asetat glasial 1% dalam air (pH 2,660) 45:55 yang diatur isokratis, laju alir 1 mL/menit, suhu kolom 30°C, volume injeksi sampel 20 μL, detektor PDA pada panjang gelombang 190-800 nm dan waktu running 15 menit. Parameter validasi metode yang dilakukan adalah selektivitas (λmaks standar dan analit 427 nm; waktu retensi standar dan analit ±12,5 menit; resolusi sampel ±1,8), linearitas (y= 157248,21x -138875,27; r=0,9999), LOD (0,875 ppm), LOQ (2,653 ppm), akurasi (98,72%-99,57%), dan presisi (0,54%-1,15%) yang diketahui telah memenuhi spesifikasi. Kadar kurkumin ekstrak etanol 96% rimpang kunyit pada kelompok metode maserasi rata-rata adalah 21,175 ± 0,420 %b/b dan pada kelompok metode remaserasi rata-rata adalah 21,242 ± 0,177 %b/b, dimana hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan hasil p > 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara ekstraksi kunyit dengan metode maserasi dan metode remaserasi

    Analisis Optimasi Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Kadar Kuersetin Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

    No full text
    Tanaman kelor mengandung berbagai antioksidan salah satunya flavonoid berupa kuersetin. Salah satu metode yang digunakan untuk memisahkan senyawa kuersetin pada daun kelor (Moringa oleifera) adalah dengan ekstraksi maserasi. Rasio bahan terhadap pelarut merupakan faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi karena semakin banyak pelarut yang digunakan maka semakin banyak senyawa yang dapat diekstraksi. Olehkarena itu, dilakukan ekstraksi maserasi selama 72 jam dengan 3 macam rasio, yaitu 1:10, 1:20, dan 1:40. Untuk mengetahui rasio optimal dalam ekstraksi kuersetin dari daun kelor, dilakukan penetapan kadar menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kondisi KCKT yang digunakan adalah fase gerak metanol:0,1% asam fosfat dengan perbandingan 60:40, laju alir 1 mL/menit, suhu kolom 30°C, volume injeksi sampel 20 μL dan waktu running 10 menit. Parameter validasi metode yang dilakukan adalah selektivitas (λmaks 371 nm; waktu retensi standar dan sampel ±4.2 menit; resolusi sampel ± 2.5), linieritas (y = 80880x-2918 ; r = 0,9991), LOD (0,009193 ppm), LOQ (0,03064), akurasi (98,2%-101.8%), dan presisi (0,072%-0,437%). Kadar kuersetin (b/b) ekstrak etanol 70% daun kelor pada rasio 1:10, 1:20, dan 1:40 secara berturut-turut adalah adalah 0,086±0,0018%; 0,122±0,0018%; dan 0,146±0,0014%. Hasil uji parametrik one-way ANOVA menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) dan uji Tukey menunjukan setiap nilai berada pada subset yang berbeda. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ekstraksi kuersetin dengan 3 rasio yang digunakan dan rasio optimal yang didapat adalah 1:4

    Aktivitas Antimalaria Ekstrak N-Hexana Batang Kayu Songga (Strychnos lucida R. Br.) Terhadap Plasmodium Berghei Anka Secara In Vivo

    No full text
    Angka kejadian malaria masih menjadi masalah kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. Kayu Songga mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, triterpenoid, steroid, tannin, dan hidrokuinon yang berpotensi sebagai antimalaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimalaria dan mean survival time ekstrak n-hexana batang kayu Songga. Pengujian aktivitas antimalaria in vivo didasarkan pada metode Peter’s test. Hasil uji LCMS menunjukkan bahwa ekstrak n-hexana batang kayu Songga mengandung senyawa terpenoid (26,58%), asam lemak (24,67%), alkaloid (15,69%), fenol dengan tambahan gugus benzene (7,89%), fenol dengan tambahan gugus monoterpenoid/sesquiterpenoid (7,22%), poliketida (6,94%), steroid (5,90%), fenil propanoid (1,13%), asam fosfat (0,35%), asam amino (0,32%), dan flavonoid (0,22%). Hasil uji aktivitas antimalaria menunjukkan persentase pertumbuhan parasitemia pada kelompok ekstrak n-hexana batang kayu Songga dosis 1 mg/kgBB, 10 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB secara berturut-turut yaitu 2,669 ± 0,406; 2,320 ± 0,243; 2,239 ± 0,307. Hasil persentase pertumbuhan parasitemia kelompok ekstrak n-hexana batang kayu Songga tersebut tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol positif (p>0,05). Pada hasil pengamatan mean survival time didapatkan nilai mean survival time kelompok ekstrak n-hexana batang kayu Songga dosis 1 mg/kgBB, 10 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB secara berturut-turut yaitu 17 ± 3,808; 18 ± 5,762, 21 ± 2,986. Nilai mean survival time kelompok ekstrak n-hexana batang kayu Songga tersebut tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol positif (p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan pemberian ekstrak n-hexana batang kayu Songga tidak mampu menghambat pertumbuhan parasit secara signifikan

    Pengaruh Waktu Maserasi Terhadap Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

    No full text
    Indonesia merupakan negara potensial untuk penemuan obat herbal dan senyawa obat untuk mengatasi masalah kesehatan. Salah satu tanaman obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah tanaman kelor (Moringa oleifera) yang mengandung senyawa aktif flavonoid yaitu kuersetin. Proses ekstraksi maserasi dilakukan untuk menarik kuersetin dengan optimal. Untuk mengetahui keefektifan metode ekstraksi yang digunakan, dilakukan penetapan kadar kuesetin menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penetapan kadar kuersetin pada ekstrak etanol 70% daun kelor yang diekstraksi dengan metode maserasi selama 24, 48, dan 72 jam. Kondisi HPLC yang digunakan adalah fase gerak metanol : asam fosfat 0,1% dengan perbandingan 60:40, laju alir 1 mL/menit, suhu kolom 30°C, volume injeksi sampel 20 μL dan waktu running 10 menit. Parameter validasi metode yang dilakukan adalah selektivitas (λmaks standar dan sampel 371 nm; waktu retensi standar dan sampel ±4,2 menit; resolusi sampel ± 2,5), linieritas (y= 80880x - 2918; r=0,9991), LOD (0,009193 ppm), LOQ (0,0306435 ppm), akurasi (98,20%-101,82%), dan presisi (0,38%-1,49%). Kadar kuersetin ekstrak etanol 70% daun kelor pada metode maserasi dengan waktu 24, 48, dan 72 jam secara berturut-turut adalah 0,163 ± 0,0032%; 0,095 ± 0,0011%; dan 0,121 ± 0,0027% (%b/b). Data hasil uji dianalisis menggunakan uji one-way ANOVA didapatkan hasil (p < 0,05) dan uji post hoc Tukey didapatkan nilai (p < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara waktu maserasi 24, 48, dan 72 jam dan didapatkan waktu yang paling optimal untuk maserasi adalah 24 jam

    Penetapan Kadar Kurkumin dalam Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza) dengan Teknik Maserasi dan Remaserasi

    Get PDF
    Salah satu metode yang digunakan untuk memisahkan senyawa kurkumin pada Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah dengan ekstraksi. Metode ekstraksi yang banyak digunakan adalah maserasi, namun metode ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama dalam prosesnya. Untuk mengatasi permasalahan ini dapat dilakukan remaserasi. Untuk mengetahui keefektifan metode ekstraksi yang digunakan, dilakukan penetapan kadar kurkumin menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penetapan kadar kurkumin pada ekstrak etanol 96% rimpang temulawak yang diekstraksi dengan metode maserasi selama 12 jam dan metode remaserasi dengan pergantian pelarut setiap 3 jam pada total waktu 9 jam. Kondisi HPLC yang digunakan adalah fase gerak asetonitril : asam asetat glasial 1% (pH 2,660) dengan perbandingan 45:55, laju alir 1 mL/menit, suhu kolom 30°C, volume injeksi sampel 20 μL dan waktu running 15 menit. Parameter validasi metode yang dilakukan adalak selektivitas (λmaks standar dan sampel 427 nm; waktu retensi standar dan sampel ±12,5 menit; resolusi sampel ± 1,7), linearitas (y= 157248,21x -138875,27; r=0,9999), LOD (0,875 ppm), LOQ (2,653 ppm), akurasi (98,72%-99,57%), dan presisi (0,54%-1,15%). Kadar kurkumin ekstrak etanol 96% rimpang temulawak pada metode maserasi rata-rata adalah 6,834 ± 0,320% (%b/b) sedangkan pada metode remaserasi rata-rata adalah 6,383 ± 0,278% (%b/b), dimana hasil uji statistic t tidak berpasangan menunjukkan hasil 0,003 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara ekstraksi temulawak dengan metode maserasi dan metode remaserasi
    corecore