10 research outputs found
Peer Review Publikasi Jurnal "Karakteristik Lagu Rakyat dan Pentingnya Pengarsipan Kesenian Lokal Indonesia"
Orang Sumba memiliki genre lagu rakyat (folksong) yang beragam, mulai dari yang dianggap sakral hingga yang sekuler. Penelitian ini membahas salah satu genre lagu daerah sekuler, yang disebut Ludu Pahangu. Genre lagu tersebut hidup dalam tradisi masyarakat Sumba bagian timur yang tinggal di bagian timur Indonesia. Tulisan yang dihasilkan dari penenelitian kualitatif ini terbagi dalam tiga bagian. Pada bagian pertama penulis menerapkan pendekatan struktural untuk menyoroti tradisi kelisanan dan karakteristik lirik pada Ludu Pahangu. Bagian kedua penulis membahas karakteristik Ludu Pahangu secara musikal. Bagian ketiga, tulisan ini membahas pentingnya pengarsipan lagu rakyat Sumba sebagai upaya untuk melestarikan kearifan lokal dan menjaga identitas budaya. Tiga lagu dari dari 3 lagu dari penyayi tradisional wanita Ata Ratu dipilih sebagai objek analisis. Penelitian ini menegaskan juga menegaskan bahwa praktik kearsipan harus kolaboratif dan peduli dengan masalah aksesibilitas publik ke arsip digital itu sendiri.
Kata kunci: Lagu Tradisional, Budaya Musik, Teknik vokal dan Instumen Musik, Pengarsipan
Digital
Karakteristik Lagu Rakyat dan Pentingnya Pengarsipan Kesenian Lokal Indonesia
Orang Sumba memiliki genre lagu rakyat (folksong) yang beragam, mulai dari yang dianggap sakral hingga yang sekuler. Penelitian ini membahas salah satu genre lagu daerah sekuler, yang disebut Ludu Pahangu. Genre lagu tersebut hidup dalam tradisi masyarakat Sumba bagian timur yang tinggal di bagian timur Indonesia. Tulisan yang dihasilkan dari penenelitian kualitatif ini terbagi dalam tiga bagian. Pada bagian pertama penulis menerapkan pendekatan struktural untuk menyoroti tradisi kelisanan dan karakteristik lirik pada Ludu Pahangu. Bagian kedua penulis membahas karakteristik Ludu Pahangu secara musikal. Bagian ketiga, tulisan ini membahas pentingnya pengarsipan lagu rakyat Sumba sebagai upaya untuk melestarikan kearifan lokal dan menjaga identitas budaya. Tiga lagu dari dari 3 lagu dari penyayi tradisional wanita Ata Ratu dipilih sebagai objek analisis. Penelitian ini menegaskan juga menegaskan bahwa praktik kearsipan harus kolaboratif dan peduli dengan masalah aksesibilitas publik ke arsip digital itu sendiri.
Kata kunci: Lagu Tradisional, Budaya Musik, Teknik vokal dan Instumen Musik, Pengarsipan
Digital
SEJARAH DAN TRANSFORMASI CALUNG KE PUNKLUNG
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya calung versi
Malioboro menjadi punklung dengan menggunakan konsep teori Maruska Svašek yang
terdiri dari Transit, Transisi dan Transformasi. Perspektif dari kajian Hibrida budaya dan
Manajemen Seni Pertunjukan juga diaplikasikan untuk mengkaji fenomena ini. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif analisis, dimana
penentuan sampelnya menggunakan metode purposif, yaitu dengan sengaja memilih kelompok
punklung yang berada di Yogyakarta dan Semarang. Hasil dari penelitian ini adalah
diketahuinya proses transformasi calung yang pada awalnya berasal dari Banyumas yang
telah mengalami beberapa modifikasi sehingga disebut sebagai calung versi
Malioboro. Dalam perkembangannya produk budaya kesenian ini kemudian dikenal
sebagai kesenian punklung. Modifikasi atas transformasi tersebut ditemukan oleh tim
peneliti sebagai hasil dari penggabungan dari budaya lokal angklung dan calung yang
telah dipengaruhi oleh budaya global punk, sehingga kejadian tersebut dibahas dari
perspektif hibrida budaya. Penelitian tentang punklung juga menemukan bahwa secara
unsur Manajemen Seni Pertunjukan kondisi panggung punklung yang sempit dan
terbatas itu dapat diterima karena terbentuk berdasarkan keadaan lokasi yang berada di
perempatan lampu merah.
Kata kunci: hibrida budaya, calung, Punklung, Manajemen Seni, Transformasi
HISTORY AND TRANSFORMATION OF CALUNG TO PUNKLUNG
Abstract: This research is carried out based on the rise of the Calung Malioboro phenomenon or Punklung, which is popularly seen at stoplight intersections. The research aims to find out the formulation of the Calung Malioboro/ Punklung history by using Maruska Svašek’s theory of Transit, Transiton and Transformation. The perspectives of Cultural Hybridity and Performing Arts Management are also applied to analyze the phenomenon. The research methodology is descriptive qualitative analysis, and the data sample used is purposive sampling. The research finds that there is a transformation process from Calung Banyumas to Calung Malioboro or Punklung, by giving attention to the local and global cultures that is evident from the Cultural Hybridity analysis done, and how the stage for the Punklung performance has been created by observing how the Performaing Arts Management has been applied in the musical groups found in each city.Key words: transformastion, calung, punklung, performing arts management, cultural hybridityAbstrak: Penelitian ini dilakukan atas dasar kemunculan fenomena permainan Calung Malioboro ataupun Punklung yang makin marak ditemukan di perempatan lampu merah. Dalam hal ini penelitian bertujuan ingin mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya Calung Malioboro/ Punklung dengan menggunakan konsep teori Maruska Svašek yaitu Transit, Transisi dan Transformasi. Perspektif dari kajian Budaya Hibrida dan Manajemen Seni Pertunjukan juga diaplikasikan untuk mengkaji fenomena ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif analisis. Sedangkan penentuan sampelnya menggunakan metode purposif. Hasil dari penelitian ini adalah diketahuinya proses transformasi dari Calung Banyumas menuju Calung Malioboro atau Punklung, dengan memperhatikan budaya lokal dan global apa saja yang melekat dari perspektif Budaya Hibrida itu, dan bagaimana panggung Punklung telah terbentuk dengan memperhatikan bagaimana Manajemen Seni Pertunjukan pada grup tersebut telah diterapkan pada setiap kota. Kata kunci: transformasi, calung, punklung, manajemen seni, budaya hibrid
Aransemen Lagu It Dont Mean A Thing Karya Duke Ellington Dalam Format Ansambel
It Dont Mean A Thing adalah komposisi lagu jazz standar yang dibuat oleh Duke Ellington pada tahun 1931. Duke Ellington adalah seorang pianis, komponis dan pemimpin band Jazz yang terkemuka di Dunia. Karya Musik berjudul It Dont Mean A Thing melahirkan permasalahan dalam proses aransemen terkait pengadaptasian dari partitur lagu real book ke dalam partitur format ansambel. Penggunaan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan musikologis dalam penelitian ini, membantu untuk memahami lagu tersebut dari sejarah dan keseluruhan inti lagu sebelum proses aransemen. Melodi pokok dalam aransemen lagu It Dont Mean A Thing dalam format ansambel dimainkan oleh gitar elektrik, sedangkan instrumen lainya hanya sebagai pengiring. Ide musikal yang diterapkan pada proses aransemen lagu It Dont Mean A Thing dalam format ansambel, menghasilkan beberapa bagian pokok dalam aransemen lagu tersebu
Peer Review Publikasi Jurnal "Sejarah Tranformasi Calung ke Punklung"
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya calung versi
Malioboro menjadi punklung dengan menggunakan konsep teori Maruska Svašek yang
terdiri dari Transit, Transisi dan Transformasi. Perspektif dari kajian Hibrida budaya dan
Manajemen Seni Pertunjukan juga diaplikasikan untuk mengkaji fenomena ini. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif analisis, dimana
penentuan sampelnya menggunakan metode purposif, yaitu dengan sengaja memilih kelompok
punklung yang berada di Yogyakarta dan Semarang. Hasil dari penelitian ini adalah
diketahuinya proses transformasi calung yang pada awalnya berasal dari Banyumas yang
telah mengalami beberapa modifikasi sehingga disebut sebagai calung versi
Malioboro. Dalam perkembangannya produk budaya kesenian ini kemudian dikenal
sebagai kesenian punklung. Modifikasi atas transformasi tersebut ditemukan oleh tim
peneliti sebagai hasil dari penggabungan dari budaya lokal angklung dan calung yang
telah dipengaruhi oleh budaya global punk, sehingga kejadian tersebut dibahas dari
perspektif hibrida budaya. Penelitian tentang punklung juga menemukan bahwa secara
unsur Manajemen Seni Pertunjukan kondisi panggung punklung yang sempit dan
terbatas itu dapat diterima karena terbentuk berdasarkan keadaan lokasi yang berada di
perempatan lampu merah.
Kata kunci: hibrida budaya, calung, Punklung, Manajemen Seni, Transformasi