23 research outputs found

    RITUAL KAFOLODONO MAESA PADA ETNIK MUNA (STUDI DI DESA ONDOKE KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT)

    Get PDF
    Ritual kafolodono maesa merupakan ritual yang dilaksanakan oleh etnik Muna khususnya di Desa Ondoke pada saat keseratus hari atau bisa juga dilakukan lebih dari seratus hari pasca kematian yang dilakukan pada malam hari dan diakukan hanya semalam saja. Ritual ini dilakukan karena merupakan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses pelaksaan dan mengetahui makna ritual kafolodono maesa pada Etnik Muna di Desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa ritual kafolodono maesa terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan yaitu tahap persiapan alat dan bahan; batu, air, kapur, daun pisang, kuas, dua lembar sarung, bantal dan guling. Tahap pelaksanaan yaitu; tahap kakadiuno maesa, tahap kaburakino maesa, tahap kafolodono maesa. Tahap akhir yaitu; tahap kaladuno maesa dan tahap pembacaan doa. Adapun makna kafolodono maesa yaitu agar yang telah meninggal dunia dapat diberikan ketengan dan mendapatkan tempat yang layak disisi Allah SWT

    KULINER ETNIK BINONGKO PADA TRADISI PISABA’A DI KELURAHAN WALI KECAMATAN BINONGKO KABUPATEN WAKATOBI

    Get PDF
    Penelitian ini difokuskan pada tradisi kuliner Etnik Binongko pada acara Pisaba'a di Kelurahan Wali, Kecamatan Binongko, Kabupaten Wakatobi. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi makanan yang disajikan dan mengungkap makna simbolik dalam tradisi kuliner Pisaba'a pada etnik Binongko. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengamatan, wawancara, dan dokumentasi sebagai sumber data. Analisis data menggunakan teori semiotik oleh Charles Sanders Pierce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuliner dalam tradisi Pisaba'a terdiri dari makanan wajib dan makanan tambahan, yang memiliki makna simbolik yang berhubungan dengan kehidupan manusia

    TRADISI POKADULU PADA MASYARAKAT MUNA STUDI DI DESA WALELEI KECAMATAN BARANGKA KABUPATEN MUNA BARAT

    Get PDF
    Penelitian mengenai “Tradisi Pokadulu pada Masyarakat Muna di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat” adalah sebuah penelitian yang tujuan untuk mendeskripsikan manfaat tradisi gotong royong (Pokadulu) pada masyarakat di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat, serta untuk mendeskripsikan dan menganalisis strategi tradisi gotong royong (Pokadulu) pada masyarakat di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat.Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan informan penelitian yakni Kepala Desa, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda serta masyarakat umum di Desa Walelei, yang diambil secara sengaja (purposive sampling). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi/pengamatan terlibat (participatory observation), wawancara mendalam (indepth interview), dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukan bahwa manfaat tradisi gotong royong (Pokadulu) pada masyarakat di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat berupa efisiensi pekerjaan, dan terciptanya harmonisasi atau kerukunan masyarakat desa. Sedangkan strategi tradisi Pokadulu pada masyarakat di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat melalui tiga instrumen sebagaimana yang dimaksud oleh Koentjaraningrat (1990) yakni enkulturasi, internalisasi dan sosialisasi

    TRADISI MAPPASAU BOTTING DALAM PERNIKAHAN SUKU BUGIS DI KELURAHAN LAPAI KABUPATEN KOLAKA UTARA

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi mappasau botting, mendeskripsikan makna simbolik yang terdapat pada tradisi mappassau botting, dan pola pewarisan tradisi mappasau botting. Lokasi penelitian di Kelurahan Lapai Kabupaten Kolaka Utara. Metode penelitian secara deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi mappasau botting dalam pernikahan suku Bugis di Kelurahan Lapai Kabupaten Kolaka Utara merupakan tradisi yang pelaksanaannya memiliki tujuan untuk mencegah keringat yang tidak baik di badan calon pengantin sehingga keringat yang dikeluarkan hanya berbau harum. Setiap dan bahan yang digunakan memiliki makna simbolik sebagai bentuk harapan agar calon pengantin menjadi keluarga yang harmonis. Dalam pola pewarisan tradisi mappasau botting yaitu dengan belajar kepada orang tua atau masyarakat yang melakukan praktik mappasau botting

    RITUAL POPANGA PADA ETNIK MUNA

    Get PDF
    This research was conducted in Wakuni Village, Sawerigadi District, West Muna Regency with the aim of knowing the process of implementation, symbolic meaning, and the values contained in the Popanga ritual of the Muna ethnic group. The method used in this study isdescriptive qualitative. Data collection is done by observation (observation), in-depth interviews,and documentation. The technique of determining informants in this study was conducted bypurposive sampling, while the informants in this study were 6 people consisting of religiousleaders, traditional leaders, community leaders and other informants who knew the custom. Thedata analysis technique in this study consists of three stages, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the study show that the process ofperforming the popanga ritual has several stages, namely (1) the stage of preparation for theritual popanga (2) the stage of implementation (3) the stage of the kasolo (looking at thesituation). The symbolic meaning in the popanga ritual is divided into two types, namely (1) themeaning of tools and offerings (2) the meaning of speech. The valuescontained in the popanga ritual are religious values, cultural values, and social values.Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wakuni Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna Barat dengan tujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan, makna simbolik, dan nilai-nilai yang terkandungdalam ritual Popangapada Etnik Muna.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptifkualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan (observasi), wawancaramendalam, dan dokumentasi.Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secarapurposive sampling, adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari tokohagama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan informan lainnya yang mengetahui adat tersebut. Teknikanalisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarikkesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan ritual popanga memilikibeberapa tahap yaitu (1) tahap persiapan ritual popanga (2) tahap pelaksanaan (3) tahap kasolo(melihat keadaan). Makna simbolik dalam ritual popanga terbagi dua jenis yaitu (1) makna alat danbahan sesajen (2) makna tuturan. Adapun nilai yang terkandung dalam ritual popanga yaitu nilai religi,nilai budaya, dan nilai sosial

    TRADISI KAFOFINDA NE WITE PADA ETNIK MUNA DESA WALELEI KECAMATAN BARANGKA KABUPATEN MUNA BARAT

    Get PDF
    Tradisi kafofinda ne wite adalah suatu upacara yang bertujuan untuk mengatasi hal-hal yang dapat menyulitkan bayi tersebut pada saat melakukan aktivitas. Menginjakkan kaki bayi pertama kali merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan bayi sehingga dapat menginjakkan kaki di muka bumi. Kafofinda ne wite merupakan salah satu tradisi leluhur pada etnik Muna yang diwariskan secara turun-temurun dan di dalamnya banyak terkandung nilai-nilai budaya daerah, sehingga sampai sekarang tradisi ini masih dilakukan. Tujuan penelitian ini Untuk mendeskripsikan proses untuk mengetahui makna simbolik dalam tradisi kafofinda ne wite pada etnik Muna di Desa Walelei Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian tradisi kafofinda ne wite terdiri beberapa tahap pelaksanaan. Tahap Persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap. Makna tradisi kafofinda ne wite yaitu sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang telah mengizinkan seorang anak manusia untuk berpijak di Bumi ini

    THE RELATIONSHIP BETWEEN PERFORMANCE AND BENEFITS OF AGRICULTURAL COOPERATIVE TOWARD FARMERS’ ECONOMY AND BEHAVIOUR IN THE DISTRICT OF KOLAKA

    Get PDF
    This study aimed to determine: (1) an analysis of the cooperative’s performance based on the  agricultural  criteria  in  the district  of Kolaka, according to  the guidelines  on cooperative fostering and  cooperative  classification;  (2)  the performance of  the cooperative  as perceived by  farmers  and  cooperatives management;  (3) determine  the benefits gained by farmers as members of cooperatives; (4) an analysis of the relationship between performance and the benefits obtained by farmers as a cooperative member. The results showed that,  based on the  Guidelines  for  Cooperatives  Classification,  the performance of agricultural cooperatives in Kolaka in 2007 was on the average of 61.58 and fell within the “quite well” category. In 2008 the average performance of 62.05 and cooperatives are included in the category quite well. In2009, the average performance of the cooperatives was  62.38, remaining in the same  category.  In 2010  the  average performance was 61.28, also staying  in the category of “quite well”. Furthermore,  the management of cooperatives as well as the majority of stakeholders considered that the agricultural cooperatives in Kolaka met the criteria of “quite well”, as many as 48.75%. The majority of  respondents  (65%) considered the agricultural cooperatives  in Kolaka helpful.  Based on  SEM  analysis,  the relationship  of  the agricultural  cooperative performance was found  to be positively correlated  to the benefits obtained by farmers. Standardized  coefficient  value  of 0.85  has a value  of  14.40t statistic.  Standardized coefficient value of 0.85 indicates that the performance and benefits of the cooperative have  a real  relationship  closeness.  Sequentially  the  components  of  performance  that contribute  from  the  largest to  the smallest are, firstly, the concern for the community, which is equal to0.86. The component of voluntary and open membership component is 0.80.  The component of  democratic  control  by members  is 0.79.  The component of economic participation of member is 0.71. And the component of education and training is  0.25.  Regarding the  components of  the  cooperative  benefits,  the components that contributes  sequentially,  from  the  largest to  the smallest, are  the economic benefits of marketing,  that is equal to 0.96;the benefits of a large savings and loan with 0.88;  the economic benefits of farmers needs 0.86; and social benefits 0.48

    TRADISI TO MA’ BADONG DALAM UPACARA RAMBU SOLO’ PADA SUKU TORAJA

    Get PDF
    Bagi suku Toraja, riwayat leluhur mereka harus dijaga dengan menghormati mereka yang sudah meninggal. Kebanyakan orang menganggap bahwa keunikan budaya dari suku Toraja terdapat pada upacara kematian atau prosesi penguburan orang meninggal. Akan tetapi, keunikan budaya tersebut sesungguhnya terletak pada kepercayaan dan praktik-praktik budaya dalam memperlakukan orang meninggal. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yakni proses dan makna yang terkandung dalam nyanyian To Ma’ Badong pada upacara Rambu Solo’ masyarakat Toraja di Desa Pongrakka, Kecamatan Walendrang Timur, Kabupaten Luwu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan informan penelitian yakni kepala desa, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda serta masyarakat umum di Desa Pongrakka, yang dipilih dengan sengaja (purposive sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ma’ Badong adalah suatu bentuk tarian dan nyanyian tanpa diiringi alat musik, mendeklamasikan syair-syair pujian mengenai orang yang telah meninggal, ataupun ratapan-ratapan kesediaan pihak yang ditinggal. Makna yang terkandung dalam ritual Ma’ Badong ini di antaranya makna solidaritas dan makna religius. Masyarakat Toraja percaya akan adanya Tuhan sebagai pemberi kehidupan, keselamatan, keberkahan, kebaikan, maupun penderitaan dan kesengsaraan

    TRADISI MALLORO KAPPALA PADA SUKU BUGIS DI KECAMATAN POLEANG TENGGARA KABUPATEN BOMBANA

    Get PDF
    Tradisi malloro kappala merupakan tradisi lisan menghubungkan generasi masa lalu, sekarang dan masa depan. Sebagai gambaran keunikan dari ritual menurunkan kapal adalah prosesi ritual yang dijalani pada saat sebelum kapal diturunkan. Dalam kelengkapan ritual terdapat simbol-simbol yang sarat akan makna namun jarang diketahui oleh generasi muda sehingga sangat penting untuk dikaji. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prosesi ritual yang mengiringi malloro kappala (menurunkan kapal), serta untuk menjelaskan makna simbolik yang terkandung dalam tradisi malloro kappala (menurunkan kapal) pada Suku Bugis di Kecamatan Poleang Tenggara Kabupaten Bombana. Penentuan informan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Metode penelitian secara deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, pengamatan dan dokumentasi berupa audio visual dan foto. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif model interaktif yaitu terdiri dari tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tradisi menurunkan kapal yang dikenal dengan istilah tradisi malloro kappala, ini masih menjadi tradisi dan budaya yang melekat pada masyarakat Bugis. Prosesi ritual malloro kappala pada suku Bugis dibagi dalam tiga tahapan yaitu, ritual mappocci, malloro kappala atau menurunkan kapal, dan ritual massalama. Keseluruhan ritual tersebut terdapat pesan utama yang disampaikan yaitu pengharapan akan keselamatan dan kemudahan rezeki. Pengharapan akan keselamatan dimaksudkan untuk keselamatan para awak kapal, keluarga yang ditinggalkan, maupun keselamatan kapal itu sendiri

    TRADISI MAPASIKARAWA DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT BUGIS DI KECAMATAN WOLO KABUPATEN KOLAKA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan pelaksanaan, makna simbolik, dan pola pewarisan ilmu tradisi mappasikarawa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskripsi melalui tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosesi tradisi mappasikarawa memiliki dua tahap. Pertama tahap awal yaitu tahap pengantaran mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan disebut sebagai mappaenre botting urane, tahap ijab kabul, dan tahap pembukaan pintu disebut sebagai pattimpa tange’. Kedua tahap pelaksanaan mappasikarawa yang memiliki makna yaitu mempelai pengantin laki-laki dituntun masuk ke kamar mempelai pengantin wanita untuk kegiatan pembatalan wudhu dengan menyentuh bagian-bagian tubuh mempelai wanita seperti telapak tangan yang berisi, lengan, dada, dahi, berlomba berdiri dan mencium tangan mempelai laki-laki (suami). Dalam pola pewarisan tradisi mappasikarawa yaitu dengan cara belajar, baik dari pihak keluarga maupun masyarakat secara umum
    corecore