TRADISI TO MA’ BADONG DALAM UPACARA RAMBU SOLO’ PADA SUKU TORAJA

Abstract

Bagi suku Toraja, riwayat leluhur mereka harus dijaga dengan menghormati mereka yang sudah meninggal. Kebanyakan orang menganggap bahwa keunikan budaya dari suku Toraja terdapat pada upacara kematian atau prosesi penguburan orang meninggal. Akan tetapi, keunikan budaya tersebut sesungguhnya terletak pada kepercayaan dan praktik-praktik budaya dalam memperlakukan orang meninggal. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yakni proses dan makna yang terkandung dalam nyanyian To Ma’ Badong pada upacara Rambu Solo’ masyarakat Toraja di Desa Pongrakka, Kecamatan Walendrang Timur, Kabupaten Luwu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan informan penelitian yakni kepala desa, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda serta masyarakat umum di Desa Pongrakka, yang dipilih dengan sengaja (purposive sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ma’ Badong adalah suatu bentuk tarian dan nyanyian tanpa diiringi alat musik, mendeklamasikan syair-syair pujian mengenai orang yang telah meninggal, ataupun ratapan-ratapan kesediaan pihak yang ditinggal. Makna yang terkandung dalam ritual Ma’ Badong ini di antaranya makna solidaritas dan makna religius. Masyarakat Toraja percaya akan adanya Tuhan sebagai pemberi kehidupan, keselamatan, keberkahan, kebaikan, maupun penderitaan dan kesengsaraan

    Similar works