34 research outputs found

    Perbedaan Tingkat Kecukupan Asupan Vitamin D, Kalsium, serta Zat Besi dengan Pemberian Edukasi Gizi Menggunakan Aplikasi Android “GIZIKU” pada Remaja

    No full text
    Masalah pada kesehatan yang terjadi saat remaja dapat menjadi masalah penting yang mempengaruhi siklus kehidupan. Osteoporosis dan anemia merupakan contoh masalah kesehatan pada remaja yang dapat dipengaruhi oleh asupan vitamin D, kalsium, dan zat besi. Pemberian edukasi gizi kepada remaja adalah salah satu cara penanggulangan yang dapat dilakukan. Aplikasi GIZIKU merupakan aplikasi pada sistem operasi android yang berfungsi menyediakan informasi mengenai status gizi, hasil kebutuhan gizi, contoh porsi, contoh menu, dan daftar bahan makanan penukar. Selain itu, terdapat fitur “menu saya” yang bisa digunakan untuk mencatat makanan yang telah dikonsumsi. Tujuan penelitian untuk menganalisis perbedaan tingkat kecukupan asupan vitamin D, kalsium, serta zat besi dengan pemberian intervensi menggunakan aplikasi android GIZIKU. Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental design dengan rancangan one group pretest-posttest design. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 50 orang remaja pada Sekolah Menengah Pertama (SMP). Analisis data yang digunakan adalah tes Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kecukupan asupan vitamin D, kalsium, serta zat besi dengan pemberian intervensi (p-value>0,05). Aplikasi android GIZIKU bisa digunakan untuk memperkenalkan materi mengenai porsi makanan dan daftar bahan makanan penukar, akan tetapi perlu ada evaluasi lebih lanjut agar aplikasi ini lebih menarik untuk digunakan dalam jangka waktu yang lama dan bisa diinstall pada semua jenis smartphone

    Hubungan Tingkat Konsumsi Vitamin A dan Vitamin C dengan Derajat Luka pada Pasien Gangren Diabetikum di Klinik Pedis Care Kota Malang

    No full text
    Diabetes Melitus (DM) adalah suatu gangguan metabolik yang ditandai dengan terjadinya peningkatan pada kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia), karena adanya penurunan sekresi insulin dan insensitivitas insulin di dalam tubuh seseorang. Keadaan DM yang berkepanjangan dan tidak mendapatkan perawatan yang baik akan menimbulkan beberapa komplikasi. Salah satunya adalah adanya luka gangren diabetikum. Vitamin A dan Vitamin C merupakan zat gizi mikro yang telah terbukti mampu membantu mengurangi derajat luka gangren diabetikum. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi vitamin A dan vitamin C dengan derajat luka pada pasien gangren diabetikum di Klinik Pedis Care Kota Malang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dimana jumlah pasien yang diambil adalah sebanyak 15 orang dengan DM tipe 2 dan memiliki luka gangren diabetikum yang diambil menggunakan metode total sampling. Pengumpulan data asupan zat gizi pasien diambil dengan menggunakan metode wawancara Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Penentuan grade derajat luka pasien gangren diabetikum dilakukan dengan menggunakan klasifikasi Wagner. Analisis data dalam bentuk non parametrik dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Rerata konsumsi vitamin A adalah 1552,9 mcg/hari dan vitamin C adalah 114,3 mg/hari. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa nilai p value = 0 (p < 0,05) maka terdapat hubungan antara tingkat konsumsi vitamin A dan vitamin C dengan derajat luka gangren diabetikum. Pengaturan dari konsumsi vitamin A dan vitamin C memiliki potensi untuk memengaruhi derajat penyembuhan luka gangren diabetikum

    Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Massa Jaringan Lemak Putih pada Tikus Wistar yang Diinduksi Diet Tinggi Fruktosa.

    No full text
    Asupan fruktosa secara kronis dapat mengakibatkan akumulasi jaringan lemak hingga Diabetes Melitus Tipe 2. Daun kelor (Moringa oleifera) mengandung antioksidan flavonoid yang berfungsi meningkatkan sekresi insulin dan transpor glukosa. Flavonoid jenis kuersetin diketahui dapat memperbaiki obesitas dan resistensi insulin dengan menghambat akumulasi jaringan lemak putih. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk daun kelor terhadap massa jaringan lemak putih pada tikus wistar yang diinduksi diet tinggi fruktosa. Penelitian eksperimental ini menggunakan pendekatan posttest-only group design. Tiga puluh ekor tikus wistar dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok K0 (kontrol normal), kelompok E1 (fruktosa 66% selama 16 minggu), kelompok E2 (fruktosa 66% selama 12 minggu), kelompok E3 (fruktosa 66% selama 16 minggu dan kuersetin 50 mg/kg BB selama 4 minggu), dan kelompok E4 (fruktosa 66% selama 16 minggu dan serbuk daun kelor 500 mg/kg BB selama 4 minggu). Massa jaringan lemak putih diambil dari bagian viseral dan subkutan yang kemudian ditimbang menggunakan neraca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan makan dan berat badan antar kelompok tidak menunjukkan perbedaan, namun terdapat perbedaan massa jaringan lemak putih antara kelompok K0 dengan kelompok lainnya, yang mana kelompok K0 tidak diberi diet tinggi fruktosa. Kesimpulan penelitian ini adalah diet tinggi fruktosa dengan konsentrasi 66% selama 16 minggu dapat meningkatkan massa jaringan lemak putih dan pemberian serbuk daun kelor 500 mg/kg BB selama 4 minggu tidak memiliki pengaruh terhadap massa jaringan lemak putih pada tikus wistar yang diberi diet tinggi fruktos

    Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Massa Jaringan Lemak Putih pada Tikus Wistar yang Diinduksi Diet Tinggi Fruktosa

    No full text
    Asupan fruktosa secara kronis dapat mengakibatkan akumulasi jaringan lemak hingga Diabetes Melitus Tipe 2. Daun kelor (Moringa oleifera) mengandung antioksidan flavonoid yang berfungsi meningkatkan sekresi insulin dan transpor glukosa. Flavonoid jenis kuersetin diketahui dapat memperbaiki obesitas dan resistensi insulin dengan menghambat akumulasi jaringan lemak putih. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk daun kelor terhadap massa jaringan lemak putih pada tikus wistar yang diinduksi diet tinggi fruktosa. Penelitian eksperimental ini menggunakan pendekatan posttest-only group design. Tiga puluh ekor tikus wistar dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok K0 (kontrol normal), kelompok E1 (fruktosa 66% selama 16 minggu), kelompok E2 (fruktosa 66% selama 12 minggu), kelompok E3 (fruktosa 66% selama 16 minggu dan kuersetin 50 mg/kg BB selama 4 minggu), dan kelompok E4 (fruktosa 66% selama 16 minggu dan serbuk daun kelor 500 mg/kg BB selama 4 minggu). Massa jaringan lemak putih diambil dari bagian viseral dan subkutan yang kemudian ditimbang menggunakan neraca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan makan dan berat badan antar kelompok tidak menunjukkan perbedaan, namun terdapat perbedaan massa jaringan lemak putih antara kelompok K0 dengan kelompok lainnya, yang mana kelompok K0 tidak diberi diet tinggi fruktosa. Kesimpulan penelitian ini adalah diet tinggi fruktosa dengan konsentrasi 66% selama 16 minggu dapat meningkatkan massa jaringan lemak putih dan pemberian serbuk daun kelor 500 mg/kg BB selama 4 minggu tidak memiliki pengaruh terhadap massa jaringan lemak putih pada tikus wistar yang diberi diet tinggi fruktosa

    Perbedaan Tingkat Pengetahuan Citra Tubuh (Body Image) Remaja di Kota Malang Sebelum dan Setelah Pemberian Edukasi

    No full text
    Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, dimana mereka mulai memperhatikan citra tubuh (body image) karena pada masa ini remaja sedang mencari jati diri supaya dapat diterima dalam masyarakat. Tanpa pengetahuan yang baik, remaja cenderung akan melakukan berbagai upaya untuk mengubah bentuk tubuh mereka sesuai dengan standar yang mereka miliki. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan citra tubuh (body image) remaja di Kota Malang sebelum dan setelah pemberian edukasi. Desain penelitian menggunakan penelitian pre- experimental design dengan rancangan one group pre posttest. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP di Kota Malang dengan jumlah 122 siswa dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling. Variabel penelitian yang diteliti adalah perbedaan tingkat pengetahuan citra tubuh (body image) remaja di Kota Malang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden sebanyak 75,41% berjenis kelamin perempuan, sebanyak 72,95% responden memiliki status gizi normal dan sebanyak 86,07% responden memiliki citra tubuh positif. Uji beda yang digunakan adalah uji Wilcoxon dan hasil uji didapatkan bahwa p-value<0,05, sehingga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan. Kemudian dilakukan uji hubungan menggunakan Spearman’s rank dan didapatkan adanya hubungan yang positif antara status gizi dan citra tubuh dengan p–value<0,05. Kesimpulannya terdapat perbedaan yang signifikan terkait tingkat pengetahuan citra tubuh (body image) remaja di Kota Malang sebelum dan setelah pemberian edukas

    Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Kadar Trigliserida Serum pada Tikus Wistar Jantan yang Diinduksi Diet Tinggi Fruktosa

    No full text
    Fruktosa merupakan gula sederhana yang memberikan rasa manis dan jika dikonsumsi lebih dari 25% per hari atau sekitar 85 gram dapat menyebabkan hipertrigliseridemia dan meningkatkan risiko kejadian prediabetes yang merupakan awalan dari penyakit diabetes melitus tipe 2. Daun kelor dipercaya memiliki manfaat untuk menurunkan kadar glukosa darah dan kadar trigliserida. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk daun kelor terhadap kadar trigliserida serum pada tikus wistar jantan yang diinduksi dengan diet tinggi fruktosa (HF). Penelitian eksperimental dengan desain post test only ini dilakukan pada tikus wistar jantan (Rattus norvegicus) selama 16 minggu perlakuan. Tiga puluh ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu K0 (Kontrol negatif; diet standar AIN-93M), E1 (diet HF modifikasi AIN-93M 16 minggu), E2 (diet HF modifikasi AIN-93M 12 minggu), E3 (diet HF modifikasi AIN-93M 16 minggu + kuersetin 50 mg/kgBB 4 minggu), dan E4 (diet HF modifikasi AIN-93M 16 minggu + serbuk daun kelor 500 mg/kgBB 4 minggu). Trigliserida diukur menggunakan metode GPO-PAP dan dianalisis dengan One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada asupan makan, rata-rata berat badan, dan kadar trigliserida serum hewan coba antar kelompok perlakuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian serbuk daun kelor tidak memengaruhi kadar trigliserida serum hewan coba

    Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Kadar LDL Serum pada Tikus Wistar yang Diinduksi Diet Tinggi Fruktosa

    No full text
    Konsumsi fruktosa yang tinggi dapat menyebabkan gangguan metabolisme lemak dengan menginduksi de novo lipogenesis sehingga meningkatkan kadar LDL. Salah satu bahan pangan fungsional yang sering dikonsumsi dan diteliti berkaitan dengan LDL adalah kelor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk daun kelor terhadap kadar LDL serum pada tikus wistar jantan yang diinduksi diet tinggi fruktosa. Desain penelitian ini yakni true-experimental melalui pendekatan post-test-only. Pengukuran LDL dilakukan dengan metode direct enzymatic colorimetric. Total sampel yang diuji sejumlah 35 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol (K0) diberikan pakan standar, kelompok kontrol diabetes (E1) diberikan sonde fruktosa 66% selama 16 minggu, kelompok kontrol prediabetes (E2) diberikan sonde fruktosa 66% selama 12 minggu, kelompok intervensi kuersetin (E3) diberikan sonde kuersetin 50 mg/kg BB selama 4 minggu dan sonde fruktosa selama 16 minggu, kelompok intervensi serbuk daun kelor (E4) diberikan sonde serbuk daun kelor 500 mg/kg BB selama 4 minggu dan sonde fruktosa selama 16 minggu. Kadar LDL serum tertinggi terdapat pada kelompok E1 dan terendah pada kelompok K0. Hasil uji ANOVA terkait kadar LDL serum menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok (p = 0,153). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa serbuk daun kelor (Moringa oleifera) dosis 500 mg/kg BB yang diberikan pada tikus wistar jantan (Rattus norvegicus) prediabetes tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar LDL serum

    Pengaruh Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Kolesterol Total Serum Tikus Wistar Jantan yang Diinduksi Diet Tinggi Fruktosa

    No full text
    Fruktosa merupakan jenis monosakarida seperti HFCS yang digunakan sebagai pemanis minuman dan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi insulin yang menjadi faktor risiko terjadinya kondisi prediabetes hingga diabetes melitus tipe 2. Penyandang diabetes melitus tipe 2 dapat mengalami peningkatan kadar kolesterol total serum. Daun kelor dipercaya dapat menurunkan kadar kolesterol total serum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk daun kelor (Moringa oleifera) terhadap kolesterol total serum pada tikus wistar jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi diet tinggi fruktosa. Penelitian true eksperimental dengan desain post test only ini dilakukan selama 16 minggu. Tiga puluh ekor tikus dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: K0 (kontrol normal), E1 (diabetes melitus), E3 (prediabetes + kuersetin 50 mg/kg BB), E4 (prediabetes + serbuk daun kelor 500 mg/kg BB). Metode analisis kadar kolesterol total serum menggunakan CHOD-PAP. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar kolesterol total serum tertinggi hingga terendah secara berturut-turut: K0 (64±7,04 mg/dL), E3 (53,67±11,38 mg/dL), E2 (50,50±8,12 mg/ dL), (49,50±12,26 mg/dL) dan E1 (38±11,79 mg/dL). Hasil uji One Way ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan asupan pakan dan perubahan berat badan antar kelompok perlakuan (p > 0,05), namun terdapat perbedaan kadar kolesterol total serum antar kelompok perlakuan (p = 0,004). Hasil uji post hoc Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol total serum yang signifikan antara kelompok K0 dan E1. Kesimpulan penelitian ini adalah serbuk daun kelor tidak berpengaruh secara nyata terhadap asupan, berat badan, dan penurunan kadar kolesterol total serum tikus yang diinduksi diet tinggi fruktosa

    Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Kadar Trigliserida Serum pada Tikus Wistar Jantan yang Diinduksi Diet Tinggi Fruktosa

    No full text
    Fruktosa merupakan gula sederhana yang memberikan rasa manis dan jika dikonsumsi lebih dari 25% per hari atau sekitar 85 gram dapat menyebabkan hipertrigliseridemia dan meningkatkan risiko kejadian prediabetes yang merupakan awalan dari penyakit diabetes melitus tipe 2. Daun kelor dipercaya memiliki manfaat untuk menurunkan kadar glukosa darah dan kadar trigliserida. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk daun kelor terhadap kadar trigliserida serum pada tikus wistar jantan yang diinduksi dengan diet tinggi fruktosa (HF). Penelitian eksperimental dengan desain post test only ini dilakukan pada tikus wistar jantan (Rattus norvegicus) selama 16 minggu perlakuan. Tiga puluh ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu K0 (Kontrol negatif; diet standar AIN-93M), E1 (diet HF modifikasi AIN-93M 16 minggu), E2 (diet HF modifikasi AIN-93M 12 minggu), E3 (diet HF modifikasi AIN-93M 16 minggu + kuersetin 50 mg/kgBB 4 minggu), dan E4 (diet HF modifikasi AIN-93M 16 minggu + serbuk daun kelor 500 mg/kgBB 4 minggu). Trigliserida diukur menggunakan metode GPO-PAP dan dianalisis dengan One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada asupan makan, rata-rata berat badan, dan kadar trigliserida serum hewan coba antar kelompok perlakuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian serbuk daun kelor tidak memengaruhi kadar trigliserida serum hewan coba

    Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Gizi Makro dengan Derajat Luka Pasien Gangren Diabetikum di Klinik Pedis Care Kota Malang

    No full text
    Kondisi hiperglikemia yang berkepanjangan pada pasien DM, menyebabkan suplai O2 dan zat gizi ke jaringan menjadi terganggu sehingga menyebabkan kerusakan jaringan yang akan berkembang menjadi luka gangren. Sehingga salah satu upaya untuk menurunkan derajat luka adalah dengan mengatur tingkat konsumsi zat gizi makro, guna pengontrolan glukosa darah dan mempercepat penyembuhan luka gangren diabetikum. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi zat gizi makro dengan derajat luka pasien gangren diabetikum di Klinik Pedis Care Kota Malang. Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dengan metode pengambilan sampel adalah total sampling dan didapatkan 15 orang pasien. Data tingkat konsumsi makanan diambil dari wawancara Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Untuk variabel derajat luka pasien gangren diabetikum diklasifikasikan menurut rekomendasi dari Wagner. Untuk uji hubungan menggunakan uji Spearman. Hasil rata-rata asupan protein adalah 77,97 g, lemak 73,11 g dan KH 242,06 g. Hasil uji hubungan derajat luka dengan tingkat konsumsi protein (p=0 (p≤0,05)), KH (p=0,589 (p>0,05)), lemak (p=0,017 (p≤0,05)). Maka terdapat hubungan antara derajat luka gangren diabetikum dengan tingkat konsumsi protein dan karbohidrat namun tidak terdapat hubungan antara tingkat konsumsi lemak dengan derajat luka gangren diabetikum
    corecore