103 research outputs found
CHARACTERISTIC OF CMCASE OF Bacillus sp. ISOLATED FROM SOIL OF GUNUNG HALIMUN NATIONAL PARK*[Karakteristik CMCase Bacillus sp. Yang Diisolasi dari Tanah Taman Nasional Gunung Halimun]]
Delapan isolat bakten diisolasi dari lanah Taman Nasional Gunung Halimun dipelajari posisi laksonomi dan karaktcr fisiuloginyu. Kemanipuan sclululilik dari 8 isolat Icrscbut diuji dengan membandingkan luas koloni dan zona bening yang terbentuk pada koloni yang ditumbuhkan pada CMC.Selanjutnya Karakteristik CMC-ase dari satu isolat yang mempunyai kemampuan sclulolitik yang paling tinggi diuji. Isolat dengan cepal menggunakan CMC scbagai sumber carbon utama pada suhu 30° C dengan keeepatan pertumbuhan 1.71 '. 1,58"',dan 1.50 ' pada pH ft. 7 dan 8. Tidak ada pertumbuhan yang bcrarti pada kultur yang nienggunakan Avicel sebagai sumber karbon utama.Aktivitas CMCase maksiinum sebcsar6 Unit terjadi pada pH 7 setclah 4 hari kultivasi. Maksimum pertumbuhan scl dicapai pada hari ke 4. Penambahan gliikosa incnstimulusi pertumbuhan binmassa tctatpi menghambat aklivitas enzim. Km dan Vmuk dari CMC-ase adalah IDmM dan2.(,8mM.d'
Reduksitoksisitas Cu Terhadap Bakteri Burkholderia sp. Isolat St.F Dengan Penambahan Asam Amino Glisin
Pengaruh asam amino glisin terhadap penurunan toksisitas logam Cu pada bakteri Burkholderia sp. Isolat St.F dipelajari dalam media dengan pH yang berbeda. Tingkat toksisitas diukur dengan indikator kecepatan pertumbuhan dan tingkat konsumsi oksigen oleh bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan glisin dengan konsentrasi 3,2 mM menyebabkan bakteri isolat St.F mampu tumbuh normal pada medium yang mengandung 5 mg/1 logam Cu. Padahal, tanpa penambahan glisin bakteri ini mampu tumbuh normal hanya sampai konsentrasi Cu sebesar 4 mgA. Penambahan glisin diduga dapat mendetoksifikasi Cu melalui pembentukan ikatan kompleks Cu-glisin. Disamping itu, penambahan glisin juga mungkin meningkatkan ketersediaan sumber N bagi pertumbuhan sel bakteri.
Kata kunci: asam amino glisin, detoksifikasi Cu, Burkholderia sp
PHOSPHATASE ACTIVITY OF Bacillus sp. ISOLATED FROM FOREST SOIL OF GUNUNG HALIMUN NATIONAL PARK*[Aktifitas Fosfatase Bacillus sp. yang Diisolasi dari Tanah Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun]
Bacillus sp diisolasi dari tanah Taman Nasional Gunung Halimun. Dalam media tumbuh yang mengandung Ca3(PO4)2 bakteri membentuk zona bening disekitar koloni.Glukosa digunakan dengan cepat selama kultivasi.Tinggi konsentrasi fosfat terlarut yang dibebaskan selama fase pertumbuhan menunjukkan bahwa bakteri mampu memacu pelarutan Ca3(PO4)2. Selama fase pertumbuhan terjadi hidrolisa organik fosfat (phenyl phosphate) menghasilkan phenol dan fosfat hal ini menunjukkan,bahwa Bacillus sp mampu menggunakan organik fosfat.Selama kultivasi terjadi penurunan pH sejalan dengan pelarutan Ca3(PO4)2
Isolasi Bakteri Pengakumulasi Poliposfat
Polyphosphate accumulating bacteria play important key role on biological phosphorous removal. Activated sludge originated from wastewater treatment plant for drinking water production acclimated with anaerobic-aerobic phase in sequential batch reactor continuously succeed to establish microbial community that are able to adsorb glucose and acetate under anaerobic condition. Acinetobacter calcoaceticus S1 was an isolated bacterium from community performing organic substrate absorption. S1 is able to adsorb glucose and acetate under anaerobic condition. During substrate absorption an increase of orthophosphate in bulk solution indicating phosphate released out of cell. Reduction of glycogen and polyhydroxybutirate (PHB) took place under anaerobic phase. S1 is a community member of anaerobic-aerobic system for removal of phosphorous in influent wastewater
POTENCY OF RHIZOSPHERE BACTERIA TO PROMOTE RICE GROWTH UNDER SALINE CONDITION
Saline soil is a common problem in coastal paddy field, especially in Indonesia. Salinity affects rice growth and the activities of soil functional microbes, including functional bacteria, which play roles in plant growth. Some of these microbes are associated with rice plants and are able to survive under saline condition. The presence of functional microbes is also important to improve soil quality. Nitrogen and phosphate are essential soil nutrients and is available in soil due to the activities of nitrogen-fixing bacteria and free-living plant-associated bacteria. The objective of the present study was to obtain nitrogen-fixing, phosphate solubilizing and Indole Acetic Acid  (IAA)-producing bacteria that are able to survive and promote the growth of rice under saline conditions. From rice and peanut rhizosphere, Ca-phosphate (Ca-P) solubilizing and nitrogen-fixing bacteria were isolated separately using specific media. Then, the Ca-P solubilizing ability, phosphomonoesterase activity and IAA-producing ability were quantitatively examined. Based on the abilities, 20 strains were selected and identified as Burkholderia cepacia-complex, Burkholderia anthina, Burkholderia cenocepacia, Bacillus cereus-complex (three strains), Achromobacter spanius, Azospirillum sp. (four strains), Azotobacter sp. (three strains), Rhizobium leguminosarum, Rhizobium sp. (two strains), and Pseudomonas sp. (three strains). The inoculation of several single strains or the mixture of the selected strains promoted the growth of rice under saline conditions. These inoculants could be potential as biofertilizer in saline paddy fields
Ethanol Production Using Cellulolytic, Xylanolytic and Fermentative Yeast on Cassava Waste
The objective of study was to produce ethanol using cellulolytic yeast SporidiobolusruineniaeBS-070 and fermentative yeast Saccharomyces cerevisiaeJSAT13-2-Y249 on cassava waste. Cassava waste was selected as substrate for ethanol production since it contained high polysaccharide. The process for ethanol production was divided by two steps. First step was hydrolyses of polysaccharide into fermentable sugar which was performed by SporidiobolusruineniaeBS-070. The second step was fermentation by fermentative strain Saccharomyces cerevisiaeJSAT13-2-Y249. Very high fermentable sugar was achieved after 48 hours incubations, and maximum ethanol (4500 mg/L) was achieved after 96 hours incubation. The co-culture of SporidiobolusruineniaeBS-070 and fermentative yeast Saccharomyces cerevisiaeJSAT13-2-Y249 are quite promising to produce biofuel ethanol on cassava waste. This implies the fermentation of cassava waste will solve environmental problem and produce sustainable biofuel
DIVERSITY AND ECOLOGICAL PERSPECTIVE OF SOIL YEAST IN GUNUNG HALIMUN NATIONAL PARK*[Khamir Tanah Taman Nasional Gunung Halimun: Keragaman dan Perspektif]
Taman Nasional Gunung Halimun merupakan hutan hujan tropika yang berada di pulau Jawa. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui populasi dari khamir tanah pada berbagai ketinggian tempat (600 m, 1000 m, dan 1500 m) di atas permukaan laut, dan selanjutnya mempelajari peran ekologi dari khamir, dilakukan dengan mengisolasi dan menganalisa karakter fisiologi terutama dalam mendekomposisi selulosa dan hidrolisa fosfat. Khamir yang diisolasi dari tanah dan daerah perakaran dimurnikan dan ditumbuhkan pada media yang mengandung carboxymethylcellulose (CMC) sebagai sumber karbon utama, dan juga ditumbuhkan pada media pivoskaya untuk mengetahui kemampuan pelarutan Ca3(PO4)2. Populasi khamir pada daerah yang atas sedikit lebih tinggi .Sebanyak 23 isolat khamir yang termasuk dalam marga Debaryomyces, Pichia, Rhodotorula, dan Candida diisolasi dari tanah.15 isolat mempunyai kemampuan menghidrolisa selulosa dan 9 isolat mampu melarutkan Ca3(PO4)2. Khamir ditemukan di tanah dan daerah perakaran dan memegang peran penting dalam degradasi senyawa organik dan mineralisasi fosfat di dalam tanah
CELLULOLYTIC YEAST ISOLATED FROM SOIL GUNUNG HALIMUN NATIONAL PARK* [Khamir Selulotik yang Diisolasi dari Tanah Taman Nasional Gunung Halimun]
Beberapa khamir tanah yang lermasuk dalam marga Debaryomyces dan Candida diisolasi dari tanah Taman Nasional Gunung Halimun.Kemampuan selulotiknya diuji dcngan menumbuhkannya pada media yang mengandung carboxymethyl cellulose (CMC) sebagai sumber karbon utama. Pertumbuhan biomassa dan pH diikuti selama kultivasi. Pengamh penambahan glukosa terhadap aktivitas selulolitik juga dipelajari.Dari 23 isolat yang diuji, 19 termasuk khamir selulolitik, dan 1 isolat yang mempunyai kemampuan tertinggi dipelajari karakterisktik ezymatik sclulasenya. Penambahan glukosa menstimulasi pertumbuhan sel dan menyebabkan kebutuhan sel akan glukosa bertambah, dan sclanjutnya memacu sintesa ensim. Dari isolat-isolat yang diuji, isolat Debaryomyces S-6 mempunyai aktifitas paling tinggi yaitu sebesar 12 UI pada 96 jam inkubasi. Selama waktu kultivasi pH meningkat dari 6,5 menjadi 7. Adanya khamir yang menghidrolisa selulosa mengindikasikan khamir memegang peranan penting dalam transformasi bahan organik dalam tanah
The Use of Compost and Zeolite on Improving Growth of Sorghum Cultivated in Ultisol
Soil conditioners are needed to improve the quality of soil particularly in marginal land. In this study, we tested the effects of compost addition, and their combination with zeolite on sorghum plants grown in ultisols. Chemical and physical characteristics of ultisols, compost, and zeolite were analyzed. The sorghum growth and physiology parameters such as dry biomass of stover, dty biomass of root, and height of plants were observed as well. Results showed that compost amendment to ultisols had obvious and positive effects on sorghum growth and yield. The betterment of the plant growth and yield was observed after combining zeolite and compost to ultisols, even though addition of zeolite did slightly enhance the growth and yield of sorghum in the planting media of mixture soil and compost. Our results hence demonstrate that in ultisols which has poor nutrients, the combination of compost and zeolite could be effectively used to enhance soil fertility and plant growth as well as biomass yield
Peranan Filosofi Wayang Kulitan Merupakan Media Komunikasi Pendidikan Moral Generasi Muda Sejak Dini
Sukses suatu bangsa dapat dilihat dari moral yang baik dalam mendidik anak sejak dini. Jika generasinya memiliki moral yang baik maka kondisi bangsa tersebut akan menjadi baik. Sebaliknya, jika moral generasinya rusak, maka rusaklah bangsa tersebut. Karena di tangan generasi mudalah kunci perbaikan suatu bangsa. Pada era sekarang di seluruh dunia kini sedang dikaji perlunya pendidikan moral atau pendidikan budi pekerti dibangkitkan kembali. Hal tersebut dikaji kembali oleh seluruh bangsa karena pada era sekarang ini keterkikisan moral bukan hanya dirasakan oleh bangsa Indonesia saja tetapi juga dirasakan oleh bangsa lain di seluruh dunia. Karakter budaya kuat bangsa Indonesia adalah pengamalan dan sikap berpegang teguh atas nilai-nilai religiusitas dan moral dalam dimensi kehidupan. Pendidikan moral di masyarakat akan lebih bervariasi salah satunya melalui budaya pagelaran wayang kulit. Untuk pelajaran moral non formal sebaiknya diberikan sejak dini terhadap generasi muda. Khususnya di Bali pelajaran moral sejak usia dini yang bersifat non formal bisa diperoleh dari pagelaran wayang kulit. Seperti salah satu contoh wayang kulitan Mahabharata ada tiga yang terkandung antara lain nilai moral terhadap diri sendiri, nilai moral terhadap sesama, dan nilai moral terhadap alam semesta. Disamping cerita dalam pewayang kulitan, tokoh dalam pewayang kulitan juga memberi pelajaran agar manusia berbuat baik seperti sifat-sifat dari karakter tokoh tersebut. Seperti di dalam cerita Mahabharata Yudistira memiliki karakter sabar dan jujur, Arjuna cerdas dan pemberani, sedangkan Bima memiliki karakter teguh dan tegas, Sedangkan Kresna memiliki karakter bijaksana, cerdas, dan cerdik dalam bersiasat. Didalam cerita pewayangan tokoh memiliki karakter moral yang baik pada akhirnya akan menang dalam segala hal. Untuk itu moral dari tokoh yang baik dapat menjadi panutan bagi generasi muda untuk memiliki moral yang baik untuk salah satunya meraih sukses dalam kehidupan ini dan menang dalam segala masalah dengan bermodal moral yang baik. Namun yang harus ditumbuhkan kepada generasi muda bagaimana mereka tetap menyayangi tontonan pagelaran wayang kulit sebagai hiburan sekaligus membina moral mereka. Mengingat kecenderungan tersebut maka untuk menyelamatkan moral generasi muda tugas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menumbuhkan budaya menonton kesenian wayang kulit sehingga generasi muda mengerti makna cerita pewayang kulitan dan karakter tokoh wayang bermoral baik yang dapat dijadikan panutan bagi generasi muda untuk membentuk moral mereka lebih baik. Disamping itu untuk menambah minat menonton wayang kulit bagi generasi muda, pihak dalang sebaiknya menyisipkan dialog-dialog yang lucu untuk membuat suasana nyaman bagi penonton
- …