177 research outputs found
KEPEMIMPINAN MULTI INTELEGENSI DALAM PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DI MTs NEGERI 1 LOMBOK TENGAH
Kepemimpinan mullti intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam memimpin guna untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi,wawancara dan dokumentasi dimana dalam analisis data dilakukan dengan cara yaitu meeduksi data, display data dan cinclusion data. Untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan cara ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan, tringulasi dan kecukupan referensi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tipe kepemimpinan kepala madrasah dalam pengembangan lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah dilakukan dengan tipe kepemimpinan yang demokratis, dimana setiap keputusan dilakukan secara bersama-sama atau dengan musawarah mufakat baik oleh pimpinan maupun bawahan. Hal ini dilakukan agar hasil keputusan dapat dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan secara bersama-sama. Sedangkan kepemimpinan multiintelegensi kepala madrasah dalam mengembangkan lembaga pendidikan dilakukan dengan beberapa kemampuan yang dimiliki yaitu kemampuan verbalis/linguostik (berbahasa), kemampuan logika, kemamapuan seni dan kemampuan spiritual dilakaukan dengan cara melakukan kegiatan pembinaan keagamaan dimadrasah dan juga melalui keteladanan. Pengembangan lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah juga dilakukan dengan beberapa kegiatan pengelolaan diantaranya pengelolaan kurikulum, proses belajar mengajar, tenaga pendidik, media pembelajaran dan pengelolaan standar mutu kelulusan dan lainnya
Pengembangan E-Modul Akuntansi Perusahaan Dagang Berbasis Instalasi Android Untuk Meningkatkan Kemandirian dan Hasil Belajar Peserta Didik
This study aims to produce learning media in the form of e-modules based android in the form of applications and test their effectiveness in increasing student independence and learning outcomes. The development research method uses the ADDIE model with field test design a quasi-experimental one-group pretest-posttest. The test subjects were 29 students. Data analysis used the n-gain score and paired sample test statistics. The results showed that, (1) the developed Android-based e-module learning media was very suitable to be used as an accounting learning medium based on the validation results of material experts of 91.10%, media experts of 89.67%, and supported by student responses that were very good at 87.64%. (2) the android-based e-module learning media is very effective and has a significant effect on increasing student learning independence, as evidenced by the average score after the application of the media is 87.76 with a normalized gain value of 0.71 high criteria and statistical test results sig. 0.00 0.05. (3) the android-based e-module learning media is very effective and has a significant effect on improving student learning outcomes, as evidenced by the average score after the application of the media is 89.63 with a normalized gain value of 0.73 high criteria and reinforced by the sig statistical test results. 0.00 0.05. Besides that, the application of Android-based e-module learning media is very possible for students to increase motivation and critical thinking skills
STRATEGI GURU DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 2 SIKUR LOMBOK TIMUR
Strategi guru dalam pendidikan dan pengajaran tidak hanya tidak hanya ditujuakan pada aspek kognitif saja tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik anak didik terutama dalam membina akhlak atau budi pekerti yang luhur pada siswa di sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas. Strategi guru dalam membina akhlak siswa, dilakukan secara beragam dan penuh hikmah dan bijaksana di sekolah. Pokok permasalahan yang dikaji dalam tesis ini adalah strategi guru dalam membina akhlak siswa di SMP Negeri 2 Sikur, pembinaan ahlak siswa dan peranan strategi guru dalam membina akhlak siswa. Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui strategi guru dalam membina akhlak siswa, pembinaan ahlak siswa dan peran strategi dalam membina akhlak siswa.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan sumber data berupa data primer dan data skunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi. Analisis data dilakukan secara logis dan sistematis dengan tiga tahap yaitu data reduction (reduksi data), data display, conclusion drawing. keabsahan atau validitas data dilakukan dengan cara ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan, tringulasi, kecukupan referensi.Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa strategi guru dalam membina akhlak siswa di SMP Negeri 2 Sikur Lombok Timur dilakukan melalui metode keteladanan dengan cara memberikan keteladanan atau contoh yang baik dan mulia kepada siswa atau guru harus bisa digugu dan ditiru. Selain itu juga melalui metode nasehat, melalui metode pembiasaan melalui metode kisah qurani dan nabawi, melalui metode amstal (perumpamaan), melalui metode ceramah dan melaui metode diskusi. Adapun pembinaan akhlak siswa dilakukan dengan cara melakukan pembinaan keagamaan seperti melakukan imtaq dalam bentuk ceramah agama, mengadakan majlis ta’lim ndalam bentuk pengajian dengan mengundang tuan guru dan uztad. Kemudian dengan pemberian hukuman kepada siswa, menanamkan sifat siddiq, amanah, tablig dan fatonah, meningkatkan kerjasama guru dalam membina akhlak siswa, meningkatkan kerjasama antara guru dengan orang tua dan pengembangan kurikulum berbasis nilai-nilai akhlak mulia di sekolah. Sedangkan peran strategi dalam membina akhlak siswa adalah peran strategi sebagai alat motivasi, sebagai alat untuk mencapai tujuan dan sebagai alat bantu dalam membina moral/akhlak siswa
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN SANTRI DI PONPES USWATUN HASANAH CEMPAKA PUTIH LOMBOK TENGAH
Manajemen pondok pesantren berbasis entrepreneurship menjadi dinamika tersendiri bagi dunia pesantren dewasa ini. Bahkan banyak terdapat pondok pesantren yang pada saat ini mampu bertahan mengembangkan pondoknya dengan bertumpu pada sumber daya yang mereka miliki terutama dalam mewujudkan kemandirian santri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pondok pesantren berbasis entrepreneurship di Ponpes Uswatun Hasanah Cempaka Putih Lombok Tengah termasuk kendala yang dihadapi dan solusi yang dilakukan dalam manajemen pondok pesantren berbasis entrepreneurship guna mewujudkan kemandirian santri di Ponpes Uswatun Hasanah Cempaka Putih Lombok Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari informen dengan memberikan sejumlah pertanyaan (kuesioner) kepada informen dan data sekunder dari instansi terkait. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara logis, sistematis yang meliputi tiga tahap yaitu data reduction,data display, conclusion drawing. Hasil penelitian ini adalah manajemen pondok pesantren berbasis entrepreneurship dalam mewujudkan kemandirian santri di Ponpes Uswatun Hasanah Cempaka Putih Lombok Tengah dilakukan dengan cara melakukan planning seperti merumuskan program prioritas, merumuskan tujuan yang ingin dicapai dan menyesuaikan program dengan kebutuhan pondok pesantren, melakukan organizing seperti menempatkan seseorang sesuai dengan bidang keahliannya, menggerakkan (actuating) seperti pengembangan kurikulum, pengembangan sarana dan sumber belajar termasuk pembinaaan keterampilan dan kemandirian santri seperti keterampilan computer, keterampilan menjahit, keterampilan berbahasa arab dan derbahasa inggris, keterampilan membuat kaligrafi, keterampilan melukis dan potografer, tilawah, muzakarah dan tahajjud bersama guna mewujudkan kemandirian santri. Kemudian melakukan controling dan evaluasi. Kendala yang dihadapi yaitu kurangnya motivasi belajar santri dalam pembelajaran di pondok pesantren, ketidakdisiplinan santri dalam pembelajaran di pondok pesantren, kurangnya perhatian orang tua santri terhadap belajar anak. Adapun solusi atau upaya yang dilakukan yaitu meningkatkan motivasi belajar pada santri, menanamkan kebiasaan yang baik pada diri santri seperti memberikan contoh teladan yang baik, sikap hormat kepada guru, orang tua dan sesama teman, meningkatkan kedisiplinan dengan cara membuat kode etik pondok pesantren dan meningkatkan hubungan kerjasama antara pondok pesantren dan orang tua santri
MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS MADRASAH (MBS) DI MAN 1 MATARAM
Manajemen pendidikan berbasis madrasah merupakan salah suatu model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada madrasah dan mendorong pengambilan keputusan partisipasif yang melibatkan secara langsung warga madrasah (kepala madrasah, guru, siswa, karyawan, orang tua, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu madrasah berdasarkan kebijakan pemerintah. Manajemen pendidikan berbasis madrasah juga merupakan suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara memanfaatkanberbagai sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien dengan tetap mengacu pada fungsi menejemen yaitu planning, organizing, actuatin dan controling sehingga mutu pendidikan madrasah dapat dicapai baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui manajemen pendidikan berbasis madrasah hambatan yang dihadapi dan solusi yang dilakukan dalam manajemen pendidikan berbasis madrasah di MAN 1 Mataram. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Data hasil penelitian dideskripsikan atau dijabarkan dalam bentuk uraian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sumber data dalam peneltian ini ada dua yaitu data primer yang diperoleh secara langsung dari informan baik dari hasil observasi, dokumentasi maupun hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala madrasah, guru, siswa dan karyawan serta komite sekolah dan data sekunder diperoleh dari buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara logis dan sistematis dengan tiga tahap yaitu: a) reduksi data, b) display data dan c) conclusions atau menarik kesimpulan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa manajemen berbasis madrasah di MAN 1 Mataram cukup baik. Hal ini tampak dari terlaksananya fungsi manajemen dan komponen-komponen manajemen berbasis madarasah seperti melakukan perencanaan yang matang, merumuskan program prioritas, merumuskan tujuan yang ingin dicapai dan menyesuaikan program dengan kebutuhan madrasah, melakukan organizing, menggerakkan (actuating) dan melakukan controling dan evaluasi kegiatan madarasah. Manajemen pendidikan berbasis madrasah juga dilakukan dengan cara melakukan manjemen kurikulum, manajemen proses belajar mengajar, manajemen tenaga pendidik, manajemen sarana dan prasarana, manajemen media pembelajaran, melakukan hubungan kerjasama dengan masyarakat. Kendala yang dihadapi dalam manajemen berbasis madrasah yaitu kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran di madrasah, kenakalan siswa dalam proses pembelajaran di madrasah, ketidakdisiplinan siswa dalam pembelajaran di sekolah, kurangnya perhatian orang tua siswa terhadap belajar anak. Solusi yang dilakukan yaitu dengan cara meningkatkan motivasi belajar pada siswa, menanamkan kebiasaan yang baik pada diri siswa, meningkatkan kedisiplinan dengan cara membuat kode etik madrasah, meningkatkan hubungan kerjasama antara madrasah dan orang tua siswa seperti membimbing dan mengarahkan serta membiasakan anak didik di rumah belajar disiplin waktu, memberikan pendampingan dan kontrolan terhadap belajar anak dalam belaja
Estudo retrospectivo do perfil epidemiológico do trauma facial relacionado à violência do hospital de pronto socorro de Porto Alegre
O presente estudo tem por objetivo realizar um levantamento epidemiológico do perfil do trauma facial relacionado à violência, analisando dados dos pacientes que foram atendidos no Hospital de Pronto Socorro de Porto Alegre, do mês de novembro de 2015 à julho de 2016. Estudo retrospectivo descritivo transversal onde foram analisados dados como idade e sexo do paciente, tipo de trauma, região anatômica, etiologia e motivo da agressão dos prontuários dos pacientes atendidos nesse período e tabulados, organizados e contabilizados. A análise estatística foi realizada pelo teste Qui-Quadrado no software Paws Statistics 18, avaliando p < 0,05. Os resultados do estudo revelam que no período avaliado foram contabilizados 1224 casos, tendo uma média de 136 atendimentos por mês. O sexo mais prevalente foi o masculino. A faixa etária que mais ocorreram os danos foi 21 a 40 anos, e a média de idade 30 anos. O tipo de lesão que mais acometeu os pacientes avaliados foi lesão em tecidos moles. Relativo à localização anatômica da lesão, regiões de couro cabeludo (parietal, occiptal, temporal) e múltiplas regiões foram as mais acometidas no sexo masculino, diferindo do feminino, onde a região frontal e nasal foram as mais predominantes. Conclui-se que a violência é um grande fator de risco para traumas faciais em pacientes adultos e que estudos como este ajudam na elaboração de novas formas de prevenção e tratamento dessas lesões, cuja complexidade é reconhecida na literatura, envolvendo, necessariamente, atuações interprofissionais.The present study has as objective to make an epidemiologic survey of the profile of the facial trauma related to violence, analyzing the data of the patients that were treated at the Hospital de Pronto Socorro de Porto Alegre, from November of 2015, to July of 2016. Data were analyzed as age and sex of the patient, type of trauma, anatomical region, etiology and reason for the aggression of the medical records of patients treated during this period and tabulated, organized and accounted for.Statistical analysis was performed using the Chi-Square test in Paws Statistics software 18, evaluating p <0.05. The results of the study reveal that in the period evaluated 1224 cases were recorded, with an average of 136 visits per month. The most prevalent gender was male. The age at which the most damage occurred ranged from 21 to 40 years old, and the average age was 30 years old. The type of lesion that most affected the evaluated patients was soft tissue injury. Regarding the anatomical location of the lesion, scalp regions (parietal, occipital, temporal) and multiple regions were the most affected in males, differing from females, where the frontal and nasal regions were the most predominant. It is concluded that violence is a great risk factor for facial trauma in adult patients and that studies like this help in the elaboration of new forms of prevention and treatment of these lesions, which complexity is recognized in the literature, necessarily involving interprofessional actions
O Sistema CEP/Conep e as pesquisas em ciências humanas e sociais: outras éticas, outras semânticas
Esta nota de conjuntura tem o objetivo de evidenciar algumas questões importantes sobre como se configura o Sistema CEP/Conep e as implicações dessa regulação no campo das ciências humanas e sociais. Primeiro, explicito o que consiste esse sistema para, em seguida, esboçar as controvérsias provenientes desse controle, que tem como aspecto central, ser regido pelo que a análise do Estado e sua organização burocrática chamam de lógica cartorial
Gramáticas del Estado: un estudio sobre las prácticas estatales y el discurso del "desarrollo" en Atafona - São João da Barra/RJ
The state can present itself in various ways in the daily lives of different social groups, especially those at the "margins of the state. These groups are constantly targeted by regulatory and "development" policies that attempt to discipline and regulate their practices, while at the same time, it is worth noting, the practices and way of life in these spaces shape the ways the state acts. Based on an ethnographic study carried out between the years 2012 and 2013 with the fishermen community of Atafona (São da Barra -RJ), this article seeks to analyze how the State's actions occurred in the implementation of an economic project of "development" through the implementation of a port complex and the increase in the number of oil extraction platforms. I take this process as part of a modernizing project of the nation-state, thus describing how it is put into practice and what meanings the category "development" assumes. In the same way, I try to understand the strategies used by fishermen to maintain their practices in the disputed maritime space, where certain groups have more legitimacy than others in the appropriation of the sea, since the State particularizes the public space, legitimizing the use of those who have the role of "developing" the country.El Estado puede presentarse de diversas formas en la vida cotidiana de los distintos grupos sociales, especialmente los que se encuentran en los "márgenes del Estado". Estos grupos están constantemente en el punto de mira de políticas reguladoras y de "desarrollo" que pretenden disciplinar y regular sus prácticas, al mismo tiempo, cabe señalar, que las prácticas y el modo de vida en estos espacios conforman las formas de actuar del Estado. A partir de un estudio etnográfico realizado entre los años 2012 y 2013 con la comunidad de pescadores de Atafona (São da Barra -RJ), este artículo busca analizar cómo se produjo la actuación del Estado en la implementación de un proyecto económico de "desarrollo" a través de la implantación de un complejo portuario y el aumento del número de plataformas de extracción de petróleo. Tomo este proceso como parte de un proyecto modernizador del Estado-nación, describiendo así cómo se pone en práctica y qué significados asume la categoría "desarrollo". Del mismo modo, busco entender las estrategias utilizadas por los pescadores para mantener sus prácticas en el espacio marítimo en disputa, donde ciertos grupos tienen más legitimidad que otros en la apropiación del mar, ya que el Estado particulariza el espacio público, legitimando el uso de aquellos que tienen el papel de "desarrollar" el país.O Estado pode se apresentar de variadas formas na vida cotidiana de diferentes grupos sociais, principalmente, com aqueles que se encontram nas “margens do Estado”. Estes grupos são constantemente alvos de políticas de regulação e de “desenvolvimento” que intentam disciplinar e regular suas práticas, ao mesmo tempo, vale salientar, as práticas e o modo de vida nestes espaços moldam as formas do Estado agir. A partir de um estudo etnográfico realizado entre os anos 2012 e 2013 com a comunidade de pescadores de Atafona (São da Barra -RJ), este artigo busca analisar como ocorreu a atuação do Estado na implementação de um projeto econômico de “desenvolvimento” através da implantação de um complexo portuário e o aumento do número de plataformas de extração de petróleo. Tomo este processo como integrante de um projeto modernizador de Estado-Nação, dessa forma, descrevo como ele é colocado em prática e quais os significados que a categoria “desenvolvimento” assume. Do mesmo modo, procuro compreender as estratégias utilizadas pelos pescadores para manterem suas práticas no espaço marítimo disputado, onde certos grupos têm mais legitimidade que outros na apropriação do mar, já que o Estado particulariza o espaço público, legitimando o uso daqueles que tem o papel de “desenvolver” o país
PRINCÍPIO DA ESSENCIALIDADE NO ICMS: INCLUSÃO DA ÁGUA MINERAL NA CESTA BÁSICA
O artigo apresenta a possibilidade de tornar acessível a toda população brasileira a água mineral para consumo, por meio da diminuição da carga tributária, em especial redução do ICMS, concedido ao rol de alimentos considerados mínimo existencial (ração-tipo), elencado no Decreto-Lei nº 399, de 1938. O objetivo é analisar a possibilidade de incluir a água mineral no rol de alimentos da cesta básica. Para a realização deste estudo, foi adotado como metodologia de pesquisa o método dedutivo, diante do entendimento de que os produtos da cesta básica deveriam atender as necessidades normais de um cidadão adulto (DL, art. 31, e anexo), e sendo a água um produto indispensável diante da sua essencialidade para o organismo. Os objetivos específicos consistem em analisar a possibilidade de redução da carga tributária, de forma a permitir que o consumidor final adquira o produto, arcando com valor mais baixo, e consequentemente a água mineral se torne acessível a todas as classes sociais. Concluiu-se, ao fim, que é dever do Estado facilitar à sociedade o acesso aos produtos essenciais mínimos para sobrevivência, podendo valer-se da alteração no critério quantitativo da regra matriz de incidência tributária, no que tange à água mineral como mercadoria
Infringir para resistir : mobilizações coletivas dos pescadores de Atafona – São João da Barra (Rj)
Fil: Guedes Falcão, Hully. Universidade Federal Fluminense. Programa de Pós-Graduação em Antropologia; Brasil.Fil: Reis Mota, Fabio. Universidade Federal Fluminense. Instituto de Estudos sobre Administração Institucional de Conflitos; Brasil.Este artigo tem como objetivo analisar as diferentes formas de mobilização, crítica e sensibilidades jurídicas construídas frente às configurações vivenciadas pelos pescadores de Atafona – São João da Barra – Rio de Janeiro. As ações coletivas podem ser empreendidas em grupo ou individualmente pautadas em justificações nas quais os atores acionam diferentes dispositivos jurídicos e simbólicos para fazer valer suas demandas, neste caso, a manutenção do território, seja ele mar ou terra, e da prática constitutiva de suas identidades, a pesca. Os pescadores de Atafona, especialmente aqueles que praticam a pesca de plataforma, para manterem seu território e suas atividades infringem a regra de exclusão, que consiste numa zona de exclusão de 500 metros de raio instituída pela Capitania dos Portos (Marinha do Brasil). Infringir assume outro significado para os pescadores, que é o de fazer justiça. Neste sentido, este trabalho intenta compreender os diferentes modos de agir, sentimentos morais e vocabulários acionados nesta situação de mudança.This paper has as a goal to analyze different types of mobilization, criticism and legal sensibilities on the configurations lived by the Atafona´s fishers – São João da Barra, Rio de Janeiro, Brazil. The collective actions could be undertaken in either a collective, or an individual way, and they are lined by justifications in which the actors operate different legal and symbolic devices in order to make their demands gain worth. Those being, as referred in this case, keeping their land, even in the ocean or the ground, or the maintenance of the practice that constitutes their identity, fishery. The Atafona fishers, especially those who perform the “Platform fishing”, infringe the exclusion law, established by the Capitania dos Portos (Brazilian marine), which consists in the delimitation of an exclusion area in a range of 500 meters. The infraction assumes, for them [the fishers] a different meaning: making justice. In this sense, this paper tries to understand the diverse ways of acting and moral feelings, besides the vocabularies operated by the actors in their demands, this change of situation
- …